[review] Premiere Parasyte Movie

Jan 14, 2015 22:47





Senin, 12 Januari 2015 lalu gw dapat 2 tiket premiere movie Parasyte gratis dari MuviBlast, hasil menang quiz di FB page mereka. Berbuhung Parasyte ini emang masuk list movie yang pengen gw tonton di Blitz, gw nyengir jaya pas dikasi pemberitahuannya--lumayan ini kedua kalinya gw menang quiz buat nonton premiere :D

Sejujurnya, gw belom baca manganya dan belom nonton animenya. Bukannya ga tertarik, cuma jadwal kerja 8-5 ditambah tua di jalanan macetnya Jakarta bikin gw belom sempet buat baca/nonton banyak series yang gw mau. Parasyte ini masuk list gw tapi belum sempat terjamah, malah adek gw yang ngikutin animenya ;_____;

Jadi karena gw belom familiar dengan universenya Parasyte ini, gw akan ngereview dari sudut pandang orang awam yang sama sekali ga tau apa - apa soal series ini. (dan ya, spoiiiilleeeerrrrrr! Read at your own risk, you have been warned~!)


image Click to view



Adegan awal movie dibuka dengan narasi dari Tamura Reiko: "Kalau jumlah umat manusia berkurang separuh, apakah hutan yang rusak juga akan berkurang separuh? Kalau jumlah manusia berkurang sampai 99%, apakah jumlah polusi (racun) juga akan berkurang 99%?"

Mungkin itu yang menjadi pertanyaan bagi para alien - alien parasyte, karena mereka muncul serentak secara tiba - tiba, menyebar dengan satu tujuan: menghabisi spesies manusia. Para alien ini akan mengambil alih tubuh manusia dengan cara masuk via telinga (mungkin bisa via hidung / mulut juga?) lalu mengambil alih otaknya. Mereka yang sukses akan menjadikan tubuh manusia itu sebagai inangnya, dan saat menyerang atau makan, kepala inangnya ini akan bermorph sesuai kebutuhan, termasuk menjadi senjata yang saking tajam dan kuatnya mampu membelah beton.

[kayak begini loh...]


cilukbaaaaa~


Tokoh utama dari Parasyte, Izumi Shinichi, dihadapkan dengan situasi pelik di mana salah satu alien yang gagal bersarang di otaknya, akhirnya mengambil alih tangan kanannya. Alien yang kemudian dipanggil Migi (dari kata 'kanan') itu tadinya berusaha masuk ke telinga Shinichi, namun terhalang oleh earphone. Setelah usahanya untuk masuk via hidung juga gagal, Migi akhirnya menembus kulit tangan kanan Shinichi, dan hidup parasit di sana dengan menjadikan gizi dari darah Shinichi sebagai makanannya.



Sementara itu di mana - mana terjadi 'pembantaian misterius' karena pola makan para alien yang brutal. Makanan para alien ini memang manusia--mereka biasanya memakan kepala terlebih dahulu, lalu mencabik tubuh korbannya dan memakan daging serta organ - organ dalamnya. Carcass sisa makan mereka yang gruesome ini jelas menimbulkan kehebohan. Lambat laun seiring dengan bertambah cerdasnya para alien, mereka berusaha untuk tidak menarik perhatian. Bahkan ada yang mencalonkan diri sebagai pejabat pemerintahan.

Shinichi sendiri terjebak di antara alien parasyte ini. Di satu sisi dia ingin memberitahu warning kepada dunia mengenai invasi alien ini, tapi itu merupakan langkah bunuh diri dengan adanya Migi di tangannya sendiri. Belum lagi ada banyak alien parasyte lain di sekitarnya, termasuk guru di sekolahnya, Tamura Reiko (atau Ryoko di versi anime/manga)--yang untungnya tidak berniat menyerang dan lebih tertarik menjadikan Shinichi-Migi sebagai data penelitian.

Seiring bergulirnya waktu, tetap saja Shinichi harus bertarung dengan parasyte lainnya, termasuk Mr. A. Ketika tubuh ibunya diambil alih oleh alien parasyte, Shinichi yang tidak terima dengan kenyataan itu lengah dan terluka parah, sekarat. Tidak ingin kehilangan inangnya, Migi pun 'memperbaiki' tubuh Shinichi mempergunakan selnya sendiri--walaupun efeknya dia melemah dan harus tidur dormant 4 jam sehari seperti dalam keadaan koma.

Sebagai hasilnya, Shinichi mengalami perubahan. Baik secara fisik (lebih tinggi dan atletis di anime/manga) dan lambat laun mulai 'berhati batu' atau seperti 'heartless' dengan berubahnya pola pikir dan emosi mengikuti Migi dan para alien lainnya.




Shinichi versi anime, sebelum (atas) dan sesudah perubahan / disembuhkan Migi (bawah)

Ada beberapa perbedaan di antara manga dan animenya. Dari hasil diceritain orang - orang yang mengikuti series ini, tokoh Kana dan Uda tidak muncul di movie. Ayah Shinichi juga diceritakan sudah meninggal. Ada beberapa perbedaan alur dan cara pembantaian alien parasyte ketika Shinichi terpaksa melawan mereka. Untuk mengetahui perbedaan - perbedaannya, coba tonton sendiri.

Is it good?
Movie ini sendiri mendapat mixed reviews di internet. Ada yang bilang bagus, tapi ada juga yang bilang ngekhianatin series aslinya karena beda dengan animenya (manganya juga ga?) Gw pribadi yang nonton tanpa tahu apa - apa sama sekali soal Parasyte series sih berpendapat kalau movienya bagus. Adegan animasi aliennya oke, battlenya keren, adegan gorenya dapet, akting para pemainnya not bad, humornya juga ada. Secara plot kalo kamu ga tau apa - apa soal Parasyte, alur yang ada lumayan ngalir dan cukup mudah dimengerti walau pacing adegannya agak cepat.

Sebagai bonus, aktor tokoh utamanya, Somentani Shouta bisa ngasi liat perbedaan sikap Shinichi ketika baru disusupi Migi sampai dia jadi 'heartless'--dari nerd sensitif yang suka panik menjadi petarung badass, walaupun secara fisik dia ga kelihatan segarang Shinichi pasca-perubahan seperti di manga dan animenya.

Soal perubahan plot, nggak ada yang ngalahin twistnya Black Butler kok. Gw termasuk salah satu yang teriak "Cielnya manaaaaa" dan agak - agak gimana waktu setting dan sifat banyak karakter berubah drastis, tapi kalau itu semua dilupakan sejenak dan kita menikmati movienya sebagai satu entitas tersendiri... yah, it's still a good movie. Sama halnya kayak nonton segala macam film yang asalnya dari novel. Just treat them differently.

Gw nonton sama adek gw, dan karena dia yang ngikutin anime Parasyte ini mendahului gw, sepanjang screening dia yang ngasi info bagian mana yang sama, bagian mana yang beda, chara mana yang ga ada (dan misuh-misuh waktu Kimishima Kana ga ada di movie, soalnya dia lebih suka Kana daripada Satomi) dsb. Overall dia masih happy - happy aja dengan adaptasi movie ini, walaupun memang beda dari animenya.



Yep, sorry fellas. No Kana in the movie :p

Anothe big bonus ketika subtitlenya ga bikin makan hati. Masih menggunakan double subtitle bahasa Indonesia dan Inggris, tapi tingkat keterbacaannya lebih tinggi dibanding pas nonton beberapa movie double sebelumnya. Tingkat akurasi terjemahannya oke. Seenganya gw ga kepengen tebalikin meja kayak pas gw nonton K Project terus subtitlenya ngaco - ngaco ma nyampur sama bahasa Malay--ngerusak momen haru karena malah ilfil mendadak :p (Subtitle Black Butler sama Doraemon masih bikin agak - agak gimana, tapi K Project ini paling facepalm secara gw berasa nonton VCD bajakan yang subtitle Indonesianya belom ada #nangis Still, gw bersyukur itu movie masuk sini. Seenganya gw bisa nonton itu movie di bioskop!)

Is Parasyte recommended?
From me, yes. Posisi gw netral pas nonton karena ga punya bias dari mana - mana. Gw kurang tahu apakah gw akan misuh - misuh kalau gw ud ngikutin seriesnya sebelumnya, tapi secara overall buat gw yang biasa suka agak kedodoran lemah jantung kalo nonton horror sih suka sama movie ini. Bikin gw pengen buruan maraton baca manganya dan nonton animenya.

Jadi, kapan giliran kamu yang nonton?

movie, review

Previous post Next post
Up