Jinguji Yuta/Nagase Ren, mentioned Hirano Sho/Kishi Yuta
“Kalau kau mengharapkan cokelat buatan tangan seperti milik Kishi-san-maaf saja, aku tidak punya waktu dan kesabaran untuk membuatnya.”
Jadi dari Kinpuru yang mereka pelukan(?) itu udah mikir mau bikin jiguren (karena dulu ini kapal saya!!!) dan kinpuru kemaren gemes bgt mereka tatap-tatapan. awalnya mau bikin jiguren pelukan doang, tapi gatau kenapa malah gak ada pelukannya??? jadi gajelas, mon maap kalau jadi bingung. dan gajelas BANGET tadinya mau dibawa ke arah mana. bikinnya agak ngalir tanpa tujuan(?), mon maap.
.
Saat Jinguji masuk ke ruang ganti King & Prince sore itu, anggota lainnya sedang pesta cokelat. Kishi membuat cokelat buatan tangan, kata Sho. Ditambah dengan cokelat Valentine yang mereka dapatkan hari ini, semuanya diletakkan di atas meja untuk dimakan bersama-sama. Tetapi cokelat berbentuk hati di tupperware bening tidak boleh disentuh-karena itu Kishi buat khusus untuk Sho-dan boks cokelat yang terlihat mahal di samping Kishi juga tidak boleh disentuh-karena itu hadiah Sho untuk Kishi.
Jadi Jinguji ikut mengeluarkan cokelat-cokelat yang ia terima (kebanyakan hanya cokelat batangan biasa yang Jinguji bahkan tidak ingat wajah pemberinya), meletakkannya di atas meja. Tidak akan dimakan sampai habis, tentu saja (Jinguji merinding melihat tumbukan cokelat di depan Sho) tetapi setidaknya mereka jadi bisa mencicipi berbagai cokelat yang kelihatan mahal tersebut.
Tepat saat itulah matanya bertemu dengan mata Ren, dan seringaian tipis mengembang pada wajah Ren.
“Aah!” kata Ren tiba-tiba, menghempaskan punggungnya ke sofa. “Sepertinya aku makan terlalu banyak. Aku mau jalan-jalan sebentar.”
“Oh? Jangan lupa kembali sebelum pemotretan dimulai, ya!” balas Kishi dengan mulut penuh cokelat. Sho-yang melihat sisa cokelat di ujung mulut Kishi-tertawa dan menyapu sisa cokelat tersebut dengan jempolnya. Kishi mengeluarkan ”Ng?” bingung, namun tidak bereaksi saat tiba-tiba Sho mendekat dan mengecup bibirnya.
Kaito mengeluarkan teriakan horor, menutup matanya dengan kedua tangan. “Ahh!! Aku sama sekali tidak perlu melihat itu!”
Memanfaatkan keadaan tersebut, sekali lagi Jinguji dan Ren bertukar pandang. Ren berdiri terlebih dahulu, berjalan keluar pintu tanpa kata.
“Aku juga,” kata Jinguji akhirnya, perlahan bangkit dari sofa. “Rasanya sekarang aku perlu mencuci mata di toilet…”
Sesaat Jinguji berpikir Kaito akan mengatakan ”aku ikut!” atau semacamnya, tetapi ternyata Kaito masih terlalu sibuk protes pada Sho dan Kishi. Jadi ia memasukkan sebelah tangan ke dalam tasnya-mengambil sesuatu-dan menyelinap keluar.
Ren sudah tidak ada di sana saat Jinguji menutup pintu. Tetapi, tanpa diberitahu pun, ia sudah tahu di mana Ren akan menunggunya. Banyak orang lalu-lalang di gedung tempat studio pemotretan tersebut. Jadi hanya ada beberapa tempat sepi di mana mereka bisa berbicara tanpa diganggu. Setelah cukup lama mencari, akhirnya beberapa bulan lalu mereka menemukan lorong sepi yang sepertinya sudah tidak digunakan lagi.
Setiap kali ada pemotretan di tempat ini, sudah menjadi perjanjian tak tertulis mereka untuk bertemu di sana.
“Ren?” Jinguji melongok, kemudian tersenyum melihat Ren yang bersandar di tembok dengan tangan terlipat. “Maaf. Lama, ya?”
“Tidak, kok,” jawab Ren sambil menegakkan tubuhnya. Ia melihat ke bawah, dan Jinguji baru menyadari bahwa tangan kanan Ren menggenggam sesuatu.
Eh? Jinguji mengernyitkan dahi, lalu berjalan mendekat untuk memastikan. Benar. Ternyata ia tidak salah lihat. Cokelat batangan yang dihiasi pita dan bunga plastik-set ’edisi spesial Valentine’ yang dijual di minimarket dekat sini. Pfft, astaga. Yang benar saja-
Ren menyodorkan cokelat tersebut-hampir mengenai dada Jinguji. “Kalau kau mengharapkan cokelat buatan tangan seperti milik Kishi-san-maaf saja, aku tidak punya waktu dan kesabaran untuk membuatnya.”
Kalimat tersebut terdengar dingin. Namun Jinguji tak dapat menahan senyum begitu melihat Ren mengalihkan pandangan dengan wajah memerah. Bukannya mengambil cokelat tersebut, Jinguji malah menangkap tangan Ren, memutuskan untuk menggodanya sedikit lagi. “Wah, cokelat buatan tangan? Memangnya bisa? Atau… Demi aku, kau akan berusaha sekuat tenaga untuk membuatnya?”
Kali ini Ren mengeluarkan suara yang tidak jelas-tercampur antara ingin mengelak dan ingin membela diri. Dan melihat reaksi Ren, Jinguji kembali tertawa senang.
“Jangan tertawa!”
“Maaf, maaf,” kata Jinguji akhirnya. Ia menerima cokelat dari tangan Ren, kemudian tangannya yang lain melambaikan sesuatu di wajah Ren. “Nah, ini hadiah Valentine dariku. Ternyata kita sehati, hm?”
Cokelat batangan yang dihiasi pita dan bunga plastik. Persis seperti yang baru saja diserahkan Ren padanya.
“Aku tahu kau pasti tidak mengharapkan cokelat buatan tangan dariku-aku juga tidak bisa membuatnya, lagipula. Tapi aku minta maaf karena tidak sempat mencari cokelat yang lebih… artistik.”
Berbeda dengan sebelumnya, kali ini suara Jinguji terdengar lebih serius. Ia menunduk, melihat cokelat di tangannya dengan menyesal. Padahal tahun-tahun sebelumnya ia selalu mencari tahu toko cokelat yang istimewa dari jauh-jauh hari, membuat pesanan khusus, dan menyerahkannya pada Ren di hari Valentine. Tetapi tahun ini ia sibuk, jauh lebih sibuk daripada yang ia pikir. Tanpa disadari, ini sudah hari Valentine dan ia tidak sempat menyiapkan apa-apa.
Melihat Kishi yang masih sempat membuat cokelat buatan tangan untuk Sho, dan Sho yang masih sempat memilihkan cokelat mewah untuk Kishi… Entah kenapa Jinguji merasa gagal.
“Jin.”
Jinguji hampir melompat kaget saat tiba-tiba kedua tangan Ren menangkup pipinya. Tangan Ren memaksanya untuk melihat ke depan, dan kini keduanya saling bertatapan. Awalnya Ren memandang Jinguji dengan tatapan serius. Namun perlahan, seulas senyum mengembang pada wajahnya.
Dan dengan suara halus, Ren pun berbisik, “Terima kasih untuk cokelatnya.”
“Eh? Tapi ini hanya-“
“Bukan, bukan. Bukan itu yang penting. Kau masih mengingatku di tengah kesibukanmu, dan membeli cokelat sebelum ke sini… Itu saja sudah membuatku senang sekali. Yah-maksudku-memang kita membeli cokelat yang sama, di tempat yang paling mudah ditemui. Tetapi yang penting adalah perasaannya, kan? Jadi… Terima kasih.”
“Ren…”
“Hmm?”
“Tadi… cokelatmu yang mana ya? Yang di tangan kiriku, atau di tangan kananku?”
Momen tersebut rusak seketika.
“Hah?!” Ren melepaskan kedua tangannya dari pipi Jinguji, menatapnya setengah tidak percaya. “Aku baru saja-kau tahu tidak-barusan itu memalukan sekali, dan kau merusak momennya dengan-dengan-“
“Habisnya, cokelat kita kan sama persis…”
Jinguji mengulurkan kedua tangannya, menunjukkan pada Ren bahwa memang benar kedua cokelat tersebut sama persis. Ren hanya menggerutu rendah, melipat tangan di dada sambil memperhatikan kedua cokelat tersebut lekat-lekat.
“Ya sudahlah, yang mana juga sama saja, kan?” kata Ren akhirnya, mengambil cokelat di tangan kanan Jinguji. “Yang penting kan perasaan-“
Kalau tadi Ren yang mengejutkan Jinguji, sekarang giliran Jinguji yang menangkap dagu Ren dan mencium bibirnya tanpa peringatan.
Manis.
Tentu saja-Ren baru saja memakan banyak sekali cokelat tadi. Jinguji menarik tubuhnya mundur untuk mengambil nafas, namun Ren menarik kerah baju Jinguji dan menciumnya sekali lagi.
“Ugh,” gerutu Jinguji saat Ren akhirnya melepas ciuman tersebut. “Kau lebih buruk dari Sho.”
“Hahaha! Aku, disamakan dengan Sho? Kenapa, kau mau dicium di depan Kaito juga?”
Terbawa oleh tawa Ren, Jinguji juga ikut tertawa kecil. Tetapi ia meraih tangan Ren, dan dengan suara yang lebih tenang menjawab, “Ya. Mungkin lain kali. Tapi sekarang… Aku ingin Ren hanya menjadi Ren milikku sendiri.”
“Oh, kebetulan sekali,” Ren balas menggenggam, menatap Jinguji dengan seringaian tipis. “Aku juga ingin Jin menjadi Jin milikku sendiri. Kishi-san, Sho, Kaito-aku tidak ingin membagimu dengan siapapun.”
Keduanya saling bertatapan, kemudian pada saat yang sama mereka mulai tertawa. Jinguji merentangkan tangan, dan Ren memeluk Jinguji tanpa ragu. Mereka sudah harus kembali sebentar lagi, atau anggota lain akan mulai mencari mereka. Tetapi baik Jinguji maupun Ren tak mau melepas pelukan tersebut. Sebentar lagi saja.
Ya. Tidak masalah jika mereka hanya menyiapkan cokelat dari minimarket. Karena Valentine bukan hanya tentang cokelat, kan? Suara tawa saat mereka bersama, hangatnya pelukan tersebut, dan perasaan bahagia di hati-bagi Ren dan Jinguji, semuanya lebih berharga daripada cokelat apapun.
“Selamat hari Valentine, Ren.”
“Selamat hari Valentine juga, Jin.”
”Terima kasih untuk hadiah terbaiknya.”
.
mon maap rada cringe (menangis). akhirnya kesampaian juga bikin jiguren huhuhu kapal saya pas kinpuri pertama kali muncul bareng(?)