May 28, 2011 09:41
Fandom : w-inds.
Pairing : Ryohei x ??
summary : Ryohei mencoba meraih mimpinya dengan sisa-sisa semangatnya setelah orang tua dan kakaknya meninggal dalam sebuah kecelakaan... long way from sapporo to tokyo.... (suck isn't? summary is hard)
[Long Road, Long Way to the Dream]
Suara deburan ombak memberikan sedikit alunan musik untuk malam yang sudah semakin pekat. Memang terlalu berlebihan rasanya untuk disebut music, tapi setidaknya deburan ombak yang pecah pada lambung kapal itu mengiringi suara mesin yang bising. Langit malam itu begitu cerah, bintang-bintang berkelap-kelip menggantikan lampu-lampu daratan yang jauh disana. Namun, secerah-cerahnya malam itu, bahkan jika bulan muncul pada akhir periodenya, masih belum bisa menerangi hati muram yang sedang termenung di dalam kapal ferry. Kapal ferry yang menyebrangi lautan Jepang, dari pulau besar di bagian utara menuju pelabuhan ramai di ibukota negara.
------------------------********-------------------------
Matanya menerawang pada lautan malam yang gelap. Tiga puluh lima menit lewat pukul satu malam, sepertiga perjalanan telah terlampaui, masih ada sepuluh jam dua puluh lima menit menuju pelabuhan Tokyo. Ada berbagai pertanyaan muncul dipikirannya, tidak ada satupun yang bisa dia jawab. Seluruh jawaban yang terpikir terasa tidak masuk akal atau belum memuaskan rasa gelisahnya. Andai saja hatiku bisa tenang seperti pekatnya warna lautan malam, gumamnya dalam hati.
Kedua tangannya memeluk erat tas ransel besar berwarna hitam-merah. Tas itu hampir sebesar tas milik pendaki gunung. Di depan kakinya, tergeletak tas olahraga berwarna biru pudar yang tampak penuh dengan pakaian. Tubuhnya berbalut jaket musim dingin berlapis dengan jumper dan kaos oblong, dengan celana jeans longgar khas para skater.
Akankah aku mampu bertahan?
Apakah dunia baru yang akan kuhadapi akan ramah kepadaku?
Akankah aku mampu mempertahankan prinsipku?
Akankah aku mampu mewujudkan mimpiku?
Akankah aku mampu mewujudkan harapan kedua orang tuaku?
Pertanyaan itu melayang-layang di pikirannya. Terus melayang hingga membawanya menutup matanya yang lelah terus memandang lautan gelap. Dengan satu doa terakhir, matanya memejam…
Tuhan, bantulah aku menghadapi hari esok…
------------------------********-------------------------
Aaww, kurasakan kaku dan nyeri dileherku. Entah sudah berapa jam sejak aku mulai tertidur, yang kutahu, leherku terasa nyeri karena posisi tidur yang tidak berubah. Mataku mulai terbuka perlahan ketika kusadari ada cahaya yang terang masuk dari jendela di sisi kananku. Sudah pagi, jam dinding besar pada dinding kabin menunjukkan pukul 8 pagi. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan hingga perutku mulai berbunyi karena lapar. Kuputuskan untuk memulai hari ini dengan udara yang segar. Segera ku bawa ransel besarku dan kupasang ke punggungku, dan tangan kiriku menenteng tas biru usang berisikan pakaian. Meja penitipan barang tampak baru buka dan sepi, segera kuberikan tas biru usangku dan petugas yang tersenyum segar itu memberiku kartu tanda penggunaan jasa.
Kulangkahkan kakiku menuju buritan kapal yang cukup luas. Kurasakan angin dingin musim semi yang berhembus menuju bagian depan kapal. Jika ini kapal layar, sudah tentu akan melaju kencang dengan dorongan angin itu. Aku duduk pada bangku yang disediakan, dan mulai mencari-cari roti-roti yang kubeli kemarin sebelum berangkat. Dan saat kutemukan roti-roti itu sudah tidak bulat dan tampak empuk, melainkan gepeng karena tergencet barang-barang yang ada didalamnya. Isi krim didalamnya tampak sedikit keluar karena gencetan, tapi rasanya masih enak. Kumakan 2 buah roti isi krim melon. Kupaksakan makan keduanya meskipun perutku sudah cukup kenyang setelah makan sedikit roti kedua. Aku harus memulai hari ini dengan berenergi. Dengan menenggak air minum, aku memberikan semangat bagi diriku sendiri.
Ada hal yang lupa kulakukan, aku belum ke toilet untuk buang air dan mencuci muka. Setelah buang air, aku mencuci tanganku dan membasuh wajah serta menggosok gigiku. Menggosok semua gigiku dengan teliti, dengan gerak membentuk lingkaran kecil-kecil, sama persis seperti yang dikatakan ibuku. Setelah itu aku mengeluarkan sebotol sabun pembersih wajah, untuk menyegarkan wajahku. Sabun pembersih wajah untuk kulit sensitive, Kakakku yang membelikannya untukku saat dia pergi ke Mall 3 bulan yang lalu. Dia membeli yang berukuran besar, agar awet katanya. Kukeringkan wajahku dengan tisu yang tersedia disisi wastafel. Jangan lupa mengeringkan sisi-sisi wastafel dengan tisu yang telah kau gunakan untuk menjaganya tetap bersih dan tidak boros tisu. Ayahku sering berpesan begitu, beliau orang yang rapi, bersih dan peduli lingkungan. Aku hanya tersenyum kecil sambil melakukan sesuai pesan ayahku. Air mataku yang hampir menetes, kutahan lagi. Bagaimana mungkin sebuah wastafle sempit di kabin kapal ferry membawa berbagai macam kenangan? Aku membasuh lagi wajahku, mengeringkannya dan memasukkan lagi sikat gigi, pasti gigi, dan sabun wajahku ke dalam tas dan segera keluar.
Aku menghampiri meja penitipan barang dan mengambil tas biru usangku serta membayar 150 yen uang sewa. Aku kembali ke tempat dudukku dan menata hatiku kembali, aku pasti bisa, aku akan memulainya dengan bersemangat. Kukeluarkan sebuah buku jurnal yang kubeli beberapa saat sebelum berangkat dan mulai menulis, perjalananku…
Diatas kapal ferry, Sapporo- Tokyo
2004, March 14
Hari ini kumulai perjalananku, kumulai langkahku meraih mimpi-mimpi yang menunggu untuk kuwujudkan. Hari ini berkatilah aku Tuhan. Berkatilah aku ayah, ibu dan kakak. Aku berjanji akan mewujudkan semua mimpi-mimpiku…
Chiba Ryohei.
fic,
fanfic,
-=fanfic=-