Mar 05, 2011 00:54
Yay!!
Second fanfic!! huah doain inspirasinya gak macet ditengah jalan XDD btw ini
ficlet ato drabble ya??
Fandom:
w-inds.
Pairing:
KeitaxRyohei
Rating: PG
Genre: Angst
Warning:
Ke-GJ-an, Yaoi lah...
Suasana sunyi
dan tegang menyelimut kedua orang yang tengah duduk di atas sofa yang berbeda.
Keduanya saling mengalihkan pandangan. Menunduk dan mendongakan kepala menatap
dinding atas ruangan itu. Mereka mencoba mengatur kata-kata yang akan diucapkan.
Hingga seorang lelaki berambut coklat pendek, salah seorang diantara keduanya, mencoba
memecahkan kesunyian yang terasa ganjil itu…
“Kurasa kita
tidak perlu sampai sejauh itu. Aku yakin masih ada kesempatan untuk kita
berdua.”
Seorang yang lain
di ruangan itu, lelaki dengan rambut yang dicat pirang dan poni yang menutupi
wajahnya, menjawab perlahan.
“Kurasa ini
adalah keputusan yang tepat. Kau akan memiliki ruang gerak yang lebih bebas.
Banyak hal yang bisa kita lalui tanpa harus memaksakan keadaan kita saat ini.”
“Aku merasa
begitu nyaman dan bebas bersamamu. Aku tidak merasa bahwa gerak gerikku
terganggu olehmu.”, lelaki berambut coklat kembali membantah.
“Mungkin
sekarang belum terasa, tapi cepat atau lambat kau akan merasa lebih baik jika
kau tidak memilih hubungan ini.”, dan lelaki berambut pirang kembali
menjawabnya dengan tenang.
“Heh? Apa? Bagaimana
kau bisa berkata begitu? Kau tahu bagaimana perasaanku. Kau tahu bahwa ini
bukanlah main-main.” ucap lelaki berambut coklat dengan nada tak percaya, “Kau
tahu bahwa kaulah yang aku mau. kaulah segalanya.”
“Keita, Aku
juga tahu bahwa kau punya masa depan yang begitu cerah. Dan aku tahu persis bahwa
jika kau bersamaku maka semua itu akan menjadi suram. Kau pasti akan menemukan
seseorang yang lebih tepat untuk menapakinya.”
“BAGAIMANA KAU
BISA TAHU?!”, lelaki berambut coklat, Keita, mulai berang, “Kau bukan peramal,
Ryohei! Kau bukan dewa yang bisa melihat masa depan dengan begitu pasti!”
“Aku memang
bukan peramal, ataupun dewa. Meskipun aku pernah berharap demikian. tapi aku
tahu persis, bahwa dunia ini tidak cukup kuat untuk menerimamu jika kau memilih
bersamaku.” senyum getir terbentuk diwajah lelah Ryohei, lelaki berambut pirang
itu.
“Bagaimana kau
bisa mendorong keluar seperti ini, Ryohei? Aku mencintaimu… Aku mencintaimu…
dan begitu pula kau… Mengapa kita harus seperti ini?”, air mata menetes perlahan
hingga menjadi deras di wajah Keita.
“Maafkan aku,
Keita. Tapi kau akan lebih baik jika tanpaku.”, Nada bicara Ryohei begitu
tenang dan persuasive. Seakan memaksa lelaki dihadapannya untuk menyerah
terhadap hubungan mereka.
“…katakan kau
mencintaiku! Katakan kau mencintaiku!”, mata basah keita menatap dengan tajam,”
Katakan bahwa kau mencintaiku, Ryohei!!”. Dunianya terasa runtuh dihadapannya,
hatinya pun ikut remuk menjadi serpihan.
Lelaki
berambut pirang itu, tersenyum lelah dan berkata, “Aku akan selalu mencintaimu,
apapun bentuknya. Aku mencintaimu.” meskipun di dalam matanya tampak jelas air
mata yang tertahan, tapi mata itu juga tak goyah dengan keputusannya. Tatapan
mata itu yang memaksa Keita menyerah. Keita bangkit dari duduknya, menatap
tajam dinding dihadapannya.
“Baiklah, jika
itu yang kau mau. Kau bilang masa depanku akan lebih cerah tanpamu. Akan
kubuktikan itu, dan kupastikan…”, dipalingkannya tatapan tajam itu pada lelaki
berambut pirang yang masih duduk. “kau menyesal karena tak bersamaku di dalamnya.”
Keita beranjak
menuju pintu apartmen Ryohei, dan mengambil mantelnya. Pintu itu segera terbuka
dengan kasar, namun dia berhenti sesaat, “Hubungan kita mungkin berakhir, tapi
tidak demikian dengan w-inds.!”
BLAM!!
Ryohei yang
masih merunduk memandangi kedua kakinya, hanya terdiam. Sesaat kemudian
tubuhnya berguncang. Bendungan air mata yang sedari tadi ia pertahankan, hancur
juga. Air matanya mengucur deras. Bibirnya bergetar, suara tangisnya mulai
terdengar. Ruang sunyi itu menggemakan suara tangisnya. Aku melakukan hal yang benar… aku melakukan hal yang benar… aku
melakukan hal yang benar…, gumamnya. Tapi, hatinya tahu bahwa hal-hal yang
benar terkadang juga melukai seseorang, termasuk hatinya yang harus ia cabik
sendiri.
Ryohei tahu hal
itu…
-=fanfic=-