Title : Di Atas Awan
Cast : Jiguiwa (Jinguji Yuta x Iwahashi Genki), Kishi Yuta. Semuanya anggota King & Prince
Genre : Fluff
Rating : Teen
Summary : Pesawat mengalami turbulensi dan Genki membutuhkan seseorang untuk menenangkannya tapi ia tidak ingin minta tolong pada Jinguji.
==================================================================================
Genki menghempaskan tubuhnya ke kursi penumpang dengan muka kesal dan tangan yang dilipat di depan dada. Kishi melirik sahabatnya itu sejenak sebelum kemudian menaikkan tas Genki ke bagasi atas. Ia tahu Genki tak mungkin menaruh barangnya ke bagasi dalam keadaan kesal.
“Kaki minggir. Aku mau duduk.”
Kishi menggeser kaki kiri Genki yang menghalangi jalannya lalu ikut menghempaskan tubuhnya ke kursi penumpang di samping kiri Genki. Masih dengan kekesalannya, Genki memakai earphone dan menyetel lagu-lagu hiphop kesukaannya. Pemuda itu bahkan tak menoleh sedikitpun saat seseorang duduk di kursi penumpang di samping kanannya.
“Jin.”
“Hm?”
“Kalian kali ini bertengkar karena apa lagi?”
Pemuda di samping kanan Genki menghela napas panjang. Diliriknya Genki sekilas sebelum kemudian mengambil ponsel dari dalam saku dan membuka permainan solitaire.
“Tidak ada. Sudah, Kishi-kun, kita bicara nanti lagi kalau sudah sampai.”
Kishi yang sudah sangat penasaran karena tiba-tiba mood Genki berubah dan jadi tidak bisa diajak bicara akhirnya memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut. Beberapa waktu kemudian, pesawat lepas landas.
Genki tengah menonton film 'Captain America : The Winter Soldier' saat ia tiba-tiba merasakan guncangan. Dalam kepanikannya, Genki menoleh ke segala arah untuk mengecek keadaan, kalau-kalau itu ternyata hanya halusinasinya. Tapi tidak. Pesawat benar-benar mengalami turbulensi. Genki merasakan jantungnya berdetak semakin kencang dan napasnya semakin cepat.
“Kishi-kun… Kishi-kun. Tolonglah. Kishi-kun.” Tanpa berani menengok, Genki berusaha menggapai tangan Kishi, namun pemilik tangan yang hendak diraihnya itu ternyata sedang sibuk dengan urusannya sendiri.
“Gawat! Gawat! Ya Tuhan tolong selamatkan hamba. Hamba ingin kembali dengan selamat sampai Jepang. Hamba masih ingin membelikan ayah hamba rumah dengan kolam renang. Hamba berjanji akan semakin rajin menabung. Tolong hamba, ya Tuhan.”
Kishi terus berdoa dengan kedua telapak tangan yang ditangkupkan dan kedua mata yang ditutup erat. Genki yang terus menerus diacuhkan akhirnya menyerah. Ia mengepalkan kedua tangannya, mencoba menekan rasa paniknya. Rasanya ingin sekali meraih tangan Jinguji tapi ia sedang bertengkar dengan Jinguji! Genki merasa gengsi untuk meminta bantuannya, terlebih karena mereka belum berbaikan dan ia tidak mau meminta maaf terlebih dahulu.
Tanpa Genki sadari, Jinguji sedari tadi memperhatikannya. Jinguji tahu betul bahwa kondisi ini membuat Genki takut dan panik, harus ada seseorang yang bisa menenangkannya. Kishi tidak menggubris Genki karena sibuk berdoa, dan sekarang sepertinya Genki sudah hampir menangis.
‘Persetan dengan gengsi.’
Jinguji mengulurkan tangannya untuk meraih tangan Genki dan digenggamnya dengan erat. Tersentak, Genki menatap Jinguji dari sudut matanya. Jinguji tidak sedang memandangnya, namun genggaman tangannya terasa semakin erat. Senyuman mengulas di wajah Genki. Ia balik menggenggam tangan Jinguji dengan kedua tangannya dan seolah mendengar Jinguji berkata padanya untuk tidak khawatir karena Jinguji ada bersamanya dan semua akan baik-baik saja.
Sepertinya saat tiba di bandara nanti Genki harus minta maaf pada Jinguji karena sudah memarahinya padahal Jinguji tidak salah apa-apa.
=END=
Aku ngantuk
Catatan
Ide cerita diambil dari interview pada majalah ANAN nomor 2047 yang terbit pada tanggal 5 April 2017
Pada interview tersebut, Genki menceritakan tentang kejadian saat mereka naik pesawat dari Hawaii untuk kembali ke Jepang. Sesaat sebelum pesawat mendarat, pesawat mengalami turbulensi beberapa kali. Genki merasa ketakutan dan meminta Kishi, yang duduk di sampingnya, untuk memegang tangannya. Tapi Kishi terlalu sibuk dengan kepanikannya sendiri sembari berseru "Gawat! Gawat!" sehingga tidak mendengar Genki. Hingga akhirnya pesawat mendarat dengan selamat pun Genki dan Kishi tidak berpegangan tangan sama sekali.