[Fanfic] Sang Penggemar Rahasia (Matsushima Sou x OC) --OC's POV--

Oct 11, 2014 21:29

Title : Sang Penggemar Rahasia (OC’s POV)
Cast : Matsushima Sou (Sexy Zone), Iwamoto Shiori (OC)
Genre : Fluff
Rating : G
A/N : Gara-gara liat foto Sou-chan yang keren ini X’D

**********************************************************************************



::: Shiori’s POV :::
Aku berlari memasuki ruang ujian. Hari ini ada tes potensi akademik yang diadakan oleh bimbingan belajar yang aku ikuti. Ujian dimulai pukul sepuluh, dan aku baru turun dari bus pukul sepuluh lebih lima menit. Ini semua gara-gara adikku yang menumpahkan minumannya tepat di atas baju yang baru saja aku seterika sehingga aku harus mencari baju ganti.

Aku berhenti tepat sebelum pintu masuk ke ruang ujian. Aku mengatur nafas sejenak, lalu mengetuk pintu. Pengawas ujian mendongak menatapku lalu mengedikkan kepalanya untuk memberi isyarat padaku supaya segera masuk. Aku mengangguk dan mengambil kertas ujian yang ada di meja pengawas lalu segera mencari tempat duduk.

Oh, tidak…

Dia di sana. Tepat di samping satu-satunya bangku kosong yang tersisa. Oh Tuhan…

Tiba-tiba pensil yang sedang ia pegang terjatuh. Ia lalu beranjak mengambil pensil itu. Begitu ia kembali duduk di bangkunya, ia mendadak mendongak menatapku.

“Kenapa kau tidak duduk?” tanyanya. Aku segera tersadar bahwa aku sedari tadi berdiri tak jauh dari tempatnya. Aku lalu mengangguk dan segera duduk.

Selama dua jam aku berusaha berkonsentrasi dengan soal-soal yang ada di hadapanku. Namun sudut mataku terus saja memperhatikan setiap gerak geriknya. Aku terus menerus mengerjapkan mata setiap kali aku tergoda untuk menoleh memandangnya.

Ketika waktu mengerjakan ujian tersisa lima belas menit, dia bangkit dan mengumpulkan kertas jawabannya di meja pengawas. Ia lalu mengambil tasnya dan beranjak pergi. Aku yang sebenarnya sudah selesai mengerjakan semua soal sejak setengah jam yang lalu pun ikut beranjak mengumpulkan kertas jawabanku dan mengikutinya keluar kelas.

Aku menyusulnya ketika ia berhenti di halte bus. Aku memutuskan untuk sekalian pulang ke rumah. Aku mengatur nafas sejenak, lalu menyapanya.

“Matsushima-kun, konnichiwa,” sapaku. Ia menoleh dan tersenyum.
“Konnichiwa, Iwamoto,” sapanya. Aku lalu duduk di bangku yang sama dengannya.
“Bagaimana ujianmu?” tanyanya. Aku seketika menoleh ketika mendengar pertanyaannya.
“Mm… Lumayan. Kau?”
“Sama. Tapi…aku ragu-ragu,”
“Halah, bercanda kamu. Peringkat satu paralel masa ragu-ragu,” ucapku sambil tertawa. Namun sedetik kemudian aku langsung berhenti. Astaga, keceplosan. Dia pasti mikir, darimana aku tahu kalau aku tidak satu sekolah dengannya? Aduh… Baka baka baka!
“Bagaimana kau bisa tahu?” tanyanya. Aku memalingkan wajahku sejenak. Aish, baka.
“Ano.. Aku punya teman dan dia satu sekolah denganmu. Dia pernah cerita kalau kau peringkat satu paralel dua tahun berturut-turut,” aku segera merangkai kalimat yang terdengar meyakinkan. Aku menyelipkan senyum di akhir kalimatku.
“Oh…”

Tak lama kemudian, bus datang dan berhenti di depan halte. Matsushima bangkit dan beranjak memasuki bus itu, begitu pun aku. Aku melihatnya duduk di kursi depan dan akhirnya aku memutuskan untuk duduk di kursi yang berada beberapa kursi di belakangnya. Aku menyenderkan kepalaku ke kaca. Dengan begitu, aku bisa melihat Matsushima yang juga tengah menyenderkan kepalanya ke kaca bus.

Untuk beberapa saat, aku menikmati detik-detik yang terasa berlalu sangat lambat, hingga akhirnya ponselku berbunyi, memberitahuku bahwa ada panggilan masuk.

“Hai, moshi-moshi. Eh? Hontou? Nandeee. Tsukarechattayo. Ima? Hai, hai, wakatta. Hai. Jyaa mata,”

Aku melihat bayangannya yang sedang memegang ponselnya. Kemudian ia bangkit dan berjalan menghampiri pintu bus. Aku mendongak memandangnya. Bus berhenti di halte berikutnya dan ia turun dari bus.

Aku menghempaskan tubuhku kembali ke kursi bus. Aku memandangnya dari kaca bus yang kembali berjalan meninggalkan halte, meninggalkan ia yang masih berdiri di halte sembari memeriksa ponselnya.

Aku menghembuskan nafas panjang terhadap kesempatan yang begitu singkat tadi.

▶▷▶▷▶▷▶▷▶▷
“Tadaima,”
“Okaeri!”

Aku melempar tasku ke sofa ruang tamu lalu merebahkan diri di depan televisi. Aku memejamkan mata. Tampaknya efek dari soal-soal ujian tadi baru terasa sekarang.

“Neechan, hasil ujian neechan di bimbingan belajar bulan lalu sudah dikirim,”

Aku membuka kelopak mataku dan melihat adik laki-lakiku berjalan menghampiriku dengan map di tangannya. Aku mengulurkan tanganku untuk menerima map itu. Begitu aku sudah menerimanya, aku lantas membukanya. Namun yang kucari bukanlah namaku, melainkan nama Matsushima Sou.

“Hm… Dia peringkat satu lagi rupanya. Dewa banget sih dia,” gumamku.
“Ciee kakak, yang dicari bukannya nama kakak malah namanya Sou-kun,” suara adikku terasa sangat dekat dari telingaku. Aku langsung beringsut menjauh setelah tahu bahwa adikku ikut melihat hasil tesku.
“Apaan sih. Udah sana, hush hush,” usirku dengan gerakan tangan mengusir.
“Gitu. Sekarang udah ada Sou-kun, adik sendiri dilupain. Jahat dih jahat,” ucap adikku seraya pergi meninggalkanku.
“Haaaash, diem kamu,” ujarku sambil melempar bantal padanya yang langsung dapat dihindarinya dengan mudah.
“Ngomong-ngomong, kak, Sou-senpai jadi juara satu paralel lagi di ujian tengah semester kemarin lho,” ia melongokkan kepalanya dari balik dinding dapur. Ia satu sekolah dengan Matsushima Sou. Karena itulah aku tahu tentang Matsushima Sou.
“Mou, jangan bahas itu sekarang,” aku sontak menutup kedua telinga dan mataku. Aku jadi teringat ulahku tadi yang keceplosan di depannya, dan hal itu membuatku malu setengah mati.

▶▷▶▷▶▷▶▷▶▷
Hari ini jadwal lesku adalah bahasa inggris. Pelajaran sudah dimulai sejak sepuluh menit yang lalu ketika seseorang mengetuk pintu kelas. Aku mendongak dari kebosanan yang melandaku untuk melihat siapa yang terlambat dan sontak aku terkejut.

“Maaf aku terlambat, sensei,” ujar Matsushima sambil menunduk meminta maaf.
“Hai, daijoubu. Cepat duduk,” perintah Kiritani-sensei. Matsushima bergegas menuju satu-satunya bangku kosong yang ada di ruang kelas paling belakang.

Bangku kosong yang berada tepat di sebelahku.

Sontak aku menjadi panik dan berusaha keras untuk tidak terlihat memperhatikannya. Ia duduk di sampingku dan Kiritani-sensei kembali memulai pelajaran.

Kiritani-sensei memberi tugas untuk dikerjakan. Sepuluh menit kemudian aku meregangkan tanganku yang pegal karena menulis jawaban di buku tulis. Dan tiba-tiba ponselku berbunyi.

‘Kimi ga~ Kimi ga atsui koi wa suru nara~’

Aku langsung mengambil ponselku yang berbunyi nyaring dari dalam saku celanaku kemudian berlari keluar kelas. Aish, ibuku sore-sore gini kenapa telpon sih.

“Hai, moshi-moshi,”
“Shiori-chan, nanti waktu pulang sekalian mampir ke supermarket ya. Mama kehabisan minyak goreng sama tofu nih. Ya ya ya? Oh iya, kamu masih pelajaran ya ini?”
“Mamaaaa. Shiori masih ada les ini aduuuh. Kenapa nggak kirim email aja sih. Aaah, mama,”
“Ohohoho. Duh, mama lupa nih. Ya udah, lanjutin belajarmu. Bye bye, honey~”

Klik

Aku menghembuskan nafas dongkol. Ibuku itu selalu saja random. Sudah tahu anaknya sedang les juga masih ditelpon untuk beli minyak goreng sama tofu. Aish.

Aku kembali ke dalam kelas dan berjalan menuju bangkuku. Namun tubuhku langsung mematung ketika aku melihat Matsushima sedang membaca bukuku di halaman yang tidak akan pernah aku tunjukkan pada siapapun.

Karena tak ingin menarik perhatian, aku memutuskan untuk duduk. Namun aku mengalihkan pandanganku dari Matsushima. Melirik pun tidak. Aku takut, sungguh.

“Iwamoto,” panggilnya. Aku menelan ludah dengan perasaan gugup.
“Hai?” jawabku tanpa menoleh sedikit pun. Tiba-tiba sebuah buku terulur padaku.
“Bukalah, tiga lembar sebelum halaman terakhir,” ujarnya.

Aku mengambil buku itu tanpa menoleh. Sesuai perintahnya, aku membuka buku itu pada lembar ketiga sebelum buku itu terakhir, dan kemudian aku berharap saat ini aku memiliki pengendali waktu. Lembar itu berisi gambar sketsa seorang gadis berambut panjang yang tengah duduk dan sedang memandang ke depan. Di bawah gambar itu, Matsushima menuliskan sebuah nama. Iwamoto Shiori.

“Jadi,” ucap Matsushima. Kali ini aku menoleh memandangnya. “Aku menjadi penggemar rahasia dari penggemar rahasiaku sendiri?” lanjutnya sembari tersenyum.

Aku hanya bisa meringis untuk menjawabnya. Oh, Kami-sama! Doki-doki da yo!

-END-

Owari de~~~su XD
Aku akan nulis untuk Sou's POV sesegera mungkin :3
Arigatou for reading my fanfic XD //bow-with-Shori//

fanfic : fluff, sexy zone fanfiction, fanfic, fanfiction, matsushima sou, indonesian fanfiction

Previous post Next post
Up