title: Merantai Malaikat
author: mesti
genre: romance, angst
rating: R, buat jaga2
pairing : Hall x Bou
fandom: juliadoll, ancafe
disclaimer : i do not own them
notes: fanfic ini adalah side story dari fanfic PhsycoSex Y yg ditulis oleh rurumichi (rurumichi.multiply.com). credits to ruru-chan yang udah nulis PshycoSex Y dan udah ngebolehin saia nulis dan ngepost side story ini..
“Hentikan…”
Parau suara itu memohon sedikit belas kasihan. Malaikat… malaikat putih yang malang… Ia tak pernah menemukan mainan yang lebih menarik daripada ini.
“Hentikan, Hall… Sakit…”
Segala isak tangis itu takkan pernah mencapai telinga batinnya. Percuma saja, malaikat kecil…
Sakit? Belum. Ini belum ada apa-apanya… Ia terus menghujani setiap inchi demi inchi tubuh malaikat itu dengan rabaan dan kecupan kasar. Mengukirkan perlahan warna-warna kelam kebencian.
Malaikatku, ini pertama kalinya kau bersentuhan dengan rona kegelapan, kan?
“Jangan sentuh aku!!”
Ia tertawa mendengar jeritan rapuh itu. Menertawakan rona keputus asaan yang terpantul jelas di sana.
Huh… bagi malaikat itu, ia adalah makhluk yang sangat menjijikkan, bukan? Seberapa menjijikkan? Seiblis apakah? Seanjing apakah?
Ia adalah keburukan dalam gradasi yang paling pekat. Benar. Ia tahu itu. Bahkan malaikat pun tak sudi menyinggahkan sekedar sebentuk pandang padanya. Malaikat selalu memalingkan muka, selalu menutup mata terhadap dirinya. Tak peduli betapa dekat jarak kulit mereka kini. Tak peduli betapa keras ia mendekap tubuh lembut sang malaikat.
Ia menutup mulut malaikat itu dengan bibirnya, berusah membungkam setiap kata penolakan yang harus ia terima.
Alangkah ajaibnya… Bagaimana ia harus menjabarkan sensasi ini? Melambungkannya ke nirwana sekaligus mencabiknya menjadi kepingan tak berharga pada saat yang bersamaan.
Semakin dekat ia pada klimaks keabsurdan ini, semakin jauh ia jatuh dalam kehampaan..
“Aku ingin membunuhmu…” Malaikat yang telah ia patahkan sayapnya menatapnya dengan kilatan kebencian yang begitu jernih.
Sejak awal, ia telah menduga reaksi seperti ini. Tapi mengapa luka di hatinya menganga semakin lebar saat mendengar sepatah kalimat itu?
Tak ada pengampunan baginya. Tidak akan pernah ada. Sejak awal, ia adalah makhluk terkutuk yang eksistensinya tidak dibutuhkan di bumi ini.
Bahkan sang malaikat pun tak bisa, dan tak pernah sudi menariknya keluar dari kegelapan ini. Kegelapan yang mengurungnya begitu rapat. Kegelapan yang ia ciptakan sendiri, meski tanpa ia inginkan.
Ia tertawa dalam sentuhan luka yang tak terobati. Alangkah lucunya hidup ini! Alangkah ironisnya!
Dan saat pintu ruangan itu tertutup kembali, dan meninggalkannya sendirian dalam kebisuan makna…
Ia dapat mendengar dengan jelas, kelebat sayap malaikat terbang menembus horizon dan tak pernah kembali..
............................................................