Apr 17, 2012 10:36
Title: My Angel... You're not mine...
Author : Shin Sungrin @C_ELF_free885
Rating : 15 +
Cast : Park Jungsu (Teuki), Park Yuhjin, Kim Kibum, Kim Heechul, Choi Heegi, Choi Siwon, and cameo(s)
Disclaimer : I don’t own Super Junior members, they belong to SM Entertainment. I make no money from this. It just for fun, ^^ . Please don’t sue me.
My Angel... You're not mine...
"Ommunie...!" Seorang gadis kecil berlari menyongsongku.
"Yuhjin ah..." ku elus kepalanya penuh sayang.
"Ah, annyeong, jungsu sshi... Dari tempat kerja langsung jemput Yuhjin ya?" Wali kelas Yuhjin yang cantik selalu menemani Yuhjin bermain bila aku belum datang.
"Ne. Gamshamnida sudah menemani Yuhjin..." Aku pun berpamitan padanya.
"Ommunie, Ommunie, hari ini mampir beli es krim ya!"
"Boleh... tapi kamu harus janji sampai di rumah langsung gosok gigi dan tidur siang ya..."
"Oke!"
Kupandangi wajah cerianya yang menyenangkan, berharap punya lebih banyak waktu menemaninya...
Jadi begini, aku adalah laki-laki berumur 28 tahun, saat ini bekerja sebagai manajer artis di sebuah kantor agensi terkenal. Artis pertama yang ku orbit kan, dan satu-satunya sampai saat ini sudah menjadi artis TOP. Film-film yang dibintanginya banyak sekali untuk ukuran artis baru yang usianya masih sangat muda. Untunglah... Karena dia saja sudah sangat sukses, aku tidak perlu mencari talenta lain dan membuang lebih banyak waktu berhargaku bersama Yuhjin. Nah, Yuhjin ini gadis kecil berumur 8 tahun. Dia anak dari sahabatku semasa SMA dulu, Choi Eunye. Meski Yuhjin bukan darah dagingku, tapi aku sangat menyayanginya, lebih dari diriku sendiri...
*Flasback*
Sembilan tahun yang lalu...
"Jungsu ah!"
"Appa..! Aku sudah memutuskan mengambil Yuhjin dan merawatnya seperti anakku sendiri. Jangan larang-larang aku lagi!"
"Aissh... kau ini tau apa tentang merawat anak?! Apalagi Yuhjin itu bayi yang baru lahir!"
"Jungsu ah... Ayahmu benar... Kau masih sembilan belas tahun... Pikirkan kuliahmu, mau jadi apa kau? Merawat bayi, padahal hanya tinggal sendiri di apartemen?"
"Yobo! Aku tahu ujung-ujungnya kamu pasti ingin Jungsu pindah lagi kemari khan?! Aku tak mau seorang Choi pun masuk rumah ini!"
"Appa... Yuhjin masih bayi, tak adakah tersisa rasa belas kasih? Dia belum tahu apa-apa-"
"Lalu, apakah si bangsat Choi Sanho itu punya rasa belas kasih? Hah?! Kutanya padamu... Kenapa tak kau serahkan anak itu pada Kakeknya?!"
"Eunye... Ayahnya mengusirnya waktu tahu dia hamil..."
"Wanita seperti itu... yang bahkan tak di akui keluarganya sendiri... Mengapa kau repot-repot menjaganya sewaktu hamil, membiarkannya tinggal di apartemenmu, membiayai hidupnya... Kau bahkan pakai uang yang ku siapkan untuk kuliahmu untuk biaya melahirkan! Aku tak akan perhitungan soal uang, tapi setidaknya jangan masuk lebih dalam! Wanita yang bahkan tak tahu bagaimanan memilih pria-"
"Ayah! Jangan bicara seperti itu tentang orang yang sudah meninggal!" Sang istri mencoba mengingatkan.
"Anak ini... Apa segitu cintanya kau pada si Eunye ini?"
"Bukankah kami sudah menjelaskan semuanya? Kami memutuskan perjodohan kami karena kami tidak bisa bersama? Setelah itu Eunye langsung di jodohkan dengan rekan bisnis ayahnya yang lain hingga Ayah begitu marah..."
"Ya. Aku juga tahu si Eunye itu punya pacar rahasia sebelum dijodohkan denganmu! Si Choi itu mengkhianatiku dengan menjodohkan anaknya dengan anak musuh bisnisku dan membocorkan banyak kelemahanku. Tak ingatkah kau perusahaan kita hampir bangkrut karenanya?! Lalu kau! Cinta sepihakmu itu... tak bisakah kau..."
"Ayah tahu segalanya... Kenapa tak bisa mengerti kuatnya persahabatan? Ayah kami berselisih, lantas apa kami harus putus hubungan?"
"Sudah, sudah, cukup! Kalian berdua berhenti bertengkar! Kau Jungsu, mau apa kau tinggal di apartemen sendirian, kuliah, dan merawat anak?! Dan Ayah, anak ini, mulai sekarang adalah Park Yuhjin. Anakmu benar, dia hanyalah selembar kertas putih, tak ada hubungannya dengan kesalahan kakeknya padamu. Kau selalu merasa sebagai orang yang lebih baik dari Choi Sanho, buktikanlah dengan menerima cucunya yang tak di akuinya ini sebagai bagian dari keluarga kita."
"Gamshamnida, Ommunie..."
"Ya! Yobo!"
"Kau tak mungkin merawatnya di apartemenmu sendirian, biar Yuhjin tinggal di sini. Walaupun Ibu masih kuat, tapi lebih baik kita cari babysitter yang lebih cekatan-"
"Aissh... Yobo!"
"Sudahlah, setidaknya dengan begini anakmu mau pulang ke rumah. Sejak kuliah minta tinggal sendiri di apartemen... Rumah ini tak terasa seperti rumah lagi! Sekarang bertambah Yuhjin yang begini manis.. Aiiih... Lihat matanya, berbinar-binar, sepertinya dia sedang senang..."
*End of Flashback*
"Gomawo... Yuhjin ah..."
"Eh?"
"Tidak apa-apa... Ayah hanya ingat sesuatu yang menyenangkan..."
"Ommunie! Ayah janji minggu ini akan jadi Ommunie!"
"Ne, Ne, Ommunie..."
Entah darimana Yuhjin mendapat ide seperti ini, setiap minggu ia memanggilku Appa dan Ommunie secara bergantian.
"Yuhjin ah... Apakah kau ingin punya Ibu sungguhan?"
"Eh? Ayah mau menikah?"
"Ani-"
"Yuhjin sudah punya Appa dan Ommunie, tak perlu yang lain lagi."
Well, ya, Appa dan Ommunie yang dimaksudnya ya aku seorang diri. Benar-benar pemikiran yang aneh...
"Sudah makannya?"
"Ne." Yuhjin mengangguk lucu.
"Ayo kita pulang, Nenek dan Kakek pasti sudah menunggu."
"Hari ini kakek mau bantu aku tidur siang."
"Eh? Kakaek bilang mau mendongeng untukmu?"
Yuhjin tertawa-tawa, berskip-skip ria, memandang segala hal penuh ingin tahu.
Aku berhutang banyak padanya... Dulu karena tak mau meneruskan bisnis keluarga aku banyak berselisih paham dengan Ayahku, Aku bahkan keluar dari rumah dan tinggal di apartemen. Tapi... sejak ada Yuhjin, walaupun aku harus tinggal di rumah lagi, hubunganku dengan Ayah malah menjadi lebih baik. Padahal dulu Ayah lah yang paling menentangku mengambil Yuhjin.
Eunye... tenanglah kau di sana, aku akan menjaga Yuhjin dengan baik.
"Kami pulang..."
"Kakek, Nenek, Yuhjin pulang..." Yuhjin segera melompat ke pelukan Ayah yang sedang melipat koran.
"Yuhjin ah..."
"Nenek, Nenek, hari ini Ommunie belikan es krim buat yuhjin!"
"Es krim?! Ayo cepat gosok gigi..."
~Sorry Sorry Shawty Shawty... (handphone ku berbunyi)
"Yoboseyo?"
"Manager? Jadwal hari ini..."
"Ne. Ne. Aku akan segera menjemputmu."
"Uhmm... Oppa telfon ya?"
Tak tega aku melihat wajahnya yang berubah cemberut.
"Tak apa, Kakek akan cerita untukmu, nanti setelah tidur siang Ayah pasti sudah ada di sampingmu lagi."
Terharu aku melihat Ayah membantuku membesarkan hati Yuhjin.
"Ne. Salam sama Kibum oppa ya... Kapan Oppa datang melamarku..."
"No way! Yuhjin ah... tadi kau bilang tak butuh yang lain lagi selain Appa dan Ommunie?!"
"Ommunie... ini khan beda!"
"Aissh... ingin menangis saja rasanya... Yuhjin lebih memilih Kibum dari pada aku..."
Yuhjin menghampiriku yang memelas pura-pura menangis...
"Appa..."
"Ne?"
"Karena Oppa tak akan pernah bisa jadi Appa dan Ommunie buat Yuhjin..."
---
"Manager? Kenapa matamu merah?"
"Eh? Ini... Aissh... Yuhjin mengatakan sesuatu yang membuatku sedih..."
"Ee?"
"Yuhjin bilang ingin menikah denganmu!"
"What?!"
Senang rasanya membalaskan dendamku tadi... Melihat wajahnya yang bingung itu, jadi sedikit tak tega... Mana mungkin aku cerita kalau aku habis menangis terharu karena kata-kata Yuhjin tadi...
Pekerjaanku, mendampingi artis bernama Kim Kibum, mengatur pekerjaan untuknya. Hari ini dia ada pemotretan dengan fotografer berbakat bernama Kim Heechul. Dia baru kembali ke dunia fotografi setelah tiga tahun vakum. Kakaknya, Kim Youngwoon, fotografer handal yang kebetulan juga sahabatku, meninggal karena kecelakaan waktu pengambilan gambar di gunung. Sejak kematian kakaknya, Heechul kehilangan semangat untuk memotret. Aku senang akhirnya dia kembali. Youngwoon juga pasti bisa tenang di alam sana... Apakah dia bahagia bersama Eunye sekarang?
Youngwoon yang kubicarakan ini adalah kekasih Eunye, ayah kandung Yuhjin. Youngwoon tak pernah tahu kalau dia memiliki seorang anak dari Eunye. Aku sangat menyesal tak pernah bisa memberitahunya... Eunye membuatku berjanji untuk tidak memberitahu Youngwoon tentang kehamilannya, lalu juga bahwa Yuhjin adalah anaknya.
Eunye sangat mengerti Youngwoon, dia tak ingin membebani langkahnya, dia ingin Youngwoon meraih semua mimpi-mimpinya, menjadi fotogrefer tingkat dunia. Sepertinya sudah lama Eunye tahu bahwa kondisinya tak memungkinkan untuk mengandung bahkan melahirkan anak, tapi karena Yuhjin terlanjur ada di rahimnya, ia tak mau menyerah pada keadaan. Ia tak mau memberitahu Youngwoon karena dia pasti menyuruhnya menggugurkan kandungannya demi keselamatannya. Ayahnya mengusirnya ketika ia memberitahukan kehamilannya. Lalu ia menemuiku, aku memohon padanya agar tinggal di apartemenku, sementara aku tidur di tempatku kerja part time. Aku sangat lelah, harus kuliah dan bekerja tanpa jeda, semua kulakukan untuk membiayai hidup Eunye selama ia hamil. Ketika ia harus operasi untuk melahirkan, aku mengambil tabungan kuliahku yang disiapkan Ayah untuk membiayainya. Semua pengorbanan dan jerih payahku rasanya tak ada habisnya, namun Tuhan malah mengambilnya dariku. Eunye meninggal setelah melahirkan Yuhjin karena tubuhnya yang lemah...
"Manager?"
"Eh?"
"Kenapa kau melamun?"
"Ah, tidak, bukan apa-apa..."
"Benarkah? Uhmm... Manager, bolehkah aku mengajak teman ke Cafe Rain nanti?"
"Berapa orang?"
"Dua."
"Yah, tak masalah..."
---
Setelah pemotretan selesai, kami dan kru pergi makan-makan di Cafe Rain. Kibum entah menghilang ke mana ketika aku tertangkap Kim Heechul.
"Hyung! Ayo minum-minum denganku... Sudah lama kita tak bertemu..."
Heechul memintaku bercerita tantang Youngwoon, dia tidak menampilkan wajah sedih lagi, sepertinya dia sudah benar-benar bangkit dari keterpurukannya...
"Hyung, ngomong-ngomong... Siapa itu, Noona cantik yang selalu bersama Kakak, Eun.. Eun.. Choi Eun sapa gitu..."
Jantungku serasa berhenti berdegup, tanpa sadar bibirku membisikkan namanya...
"Nah, iya, itu dia, Eunye Noona! Apa kabarnya dia sekarang? Kakak dulu jatuh cinta setengah mati padanya! Waktu Eunye noona memutuskannya, kakak langsung menerima semua pekerjaan yang mengharuskannya keluar negeri! Padahal selama masih bersama Eunye noona, dia selalu menolaknya... Apakah Eunye noona sudah menikah dengan orang lain? Apakah hyung dengar kabar tentangnya?"
Eunye... aku hanya berjanji tidak mengatakannya pada Youngwoon... Setidaknya Yuhjin masih punya kerabat yang mungkin akan menerimanya. Tapi... kalau Yuhjin di ambil keluarga Youngwoon...
"Aissh, ke mana si Kibum itu?! Sebentar, aku mau mencarinya dulu. Nanti kita ngobrol lagi."
Aku memang pengecut! Tapi... aku belum siap melepas Yuhjin... Apa yang harus kulakukan sekarang?
---
"Kibum ah!"
Rupanya Kibum ada di ruang bar Cafe bersama dua temannya.
"Manager? Aah.. kenalkan, ini managerku, Park Jungsu. Manager, ini teman-temanku yang kubicarakan tadi. Choi Heegi, teman sekelasku waktu SMA, dan Lee Sungmin, teman kuliah Heegi, teman baru ku."
"Annyeong..."
"Annyeong..."
"Oh, annyeong... Maaf, pinjam Kibum nya sebentar ya..."
---
"Ada apa, Manager?"
"Ku cari kau dari tadi, kenapa tidak bergabung di dalam? Kau ini model utamanya, apa kata para kru kalau kau tak mau berbaur?"
"Bukan begitu, Manager... Temanku agak pemalu orangnya, makanya..."
"Sudah, kau ajak gabung saja... Ngomong-ngomong... Choi Heegi ini..."
Nama keluarganya sama dengan Eunye! Wajah mereka pun ada kemiripan... Jangan-jangan... Ah, tidak, tidak mungkin ada kebetulan seperti ini!
"Aku dulu pernah cerita motivasi utama ku mau kau jadikan artis khan?"
"Eh? Gadis ini... cinta pertama mu?!
---
Akhirnya pekerjaan hari ini selesai juga... Sampai di rumah, mandi air hangat, lalu mengintip kamar Yuhjin. Masih jam delapan malam, dia mungkin masih belum tidur...
"Appa!"
Baru sampai ujung hidung, Yuhjin sudah menangkap kedatanganku.
"Sudah pulang Jungsu ah..."
"Hari ini lumayan lancar, jadi bisa cepat pulang..."
"Baiklah, Kakek mau nonton bola, Yuhjin sudah ada Ayah khan?"
"Ne. Terima kasih sudah menemani Yuhjin seharian ini ya, Kek..."
"Appa, Appa, Kakek tadi cerita Putri Salju dan Tujuh Kurcaci, ceritanya bagus deh..."
Malam ini Yuhjin bercerita tentang Putri Salju dan tertidur...
---
"Dia sudah tidur?"
"Ne."
"Aku tadi menyuruhnya memanggilmu 'Appa'..."
"Ee? Apakah Ayah menyuruhnya tidak memanggilku Ommunie lagi?"
"Aku hanya meluruskan persepsinya..."
"Apakah dia tidak membantah?"
"Yah... Aku hanya bilang kalau Appa bisa sedih ingat Ibu mu yang sudah meninggal..."
(Suasana hening seketika)
"Appa...!"
"Yuhjin sudah tahu kalau Ibunya meninggal..."
"Bagaimana-"
"Anak-anak jaman sekarang pintar-pintar, Ayah sudah menyadarinya sejak lama... Dia bahkan lebih pintar dari pada kamu! Meskipun tahu, meskipun sedih, ia tak akan menangis... Anak itu... Ibunya pastilah wanita yang sangat baik..."
Aku mulai menangis... Rasanya hampir-hampir tak percaya, Ayahku yang keras itu mengatakan hal-hal yang begini indah, tentang Yuhjin, tentang Eunye, tentang aku...
"Ya, Eunye memang sangat baik... Kurasa Yuhjin juga lebih kuat dari aku... Pastilah itu menurun dari Ayahnya..."
Tak kuasa aku menahan airmata ku mengingat sahabatku Youngwoon dan Eunye...
"Jungsu ah... Sudah lama aku ingin menanyakan ini padamu... Sebetulnya, apakah Yuhjin benar-benar tak memiliki siapa-siapa hingga dulu kau lah yang harus mengambilnya?"
Mungkin... bila ku ceritakan semuanya pada Ayah, beban di hatiku ini akan menjadi lebih ringan...
Dan ternyata benar, setelah menceritakan semua tentang Eunye, Youngwoon, dan janjiku, benban di hatiku kini terasa lebih ringan...
"Tadi aku bertemu dengan adik Youngwoon, dia masih ingat Eunye... Aku ingin memberitahunya tentang yuhjin, tapi aku takut... Aku takut mereka mengambil Yuhjin dariku..."
"Jugnsu ah... Yuhjin bukan milikmu seorang... Dia punya kakek, Nenek, Paman, dan Bibi kandung, tapi tak pernah tahu ia memilikinya... Kita memang merawatnya seperti keluarga sendiri, tapi yang namanya ikatan darah... Kalau keluarga Youngwoon menginginkan Yuhjin, dan Yuhjin lebih bahagia bersama mereka... Jungsu ah... Sampai kapan kau akan lari dari semua ini?"
---
(Beberapa bulan kemudian...)
"Manager?"
"Ne?"
"Akhir-akhir ini kau sering melamun... Apakah kau lelah? Bagaimana kalau kita sedikit refreshing?"
"Kibum ah... Tak biasanya kau perhatian..."
"He he... Sebenarnya aku ingin bertemu Heegi di Cafe langganannya, dan..."
"Araso, araso, Memangnya Cafe macam apa itu?"
"Cafe yang menyediakan macam-macam cake lezat dan coffe yang nikmat, Cafe yang sehangat pelukan Teddy Bear..."
"Ee?"
"Itu semboyan Cafe nya. Pembuat cake nya teman Sungmin, namanya Donghae, cake buatannya luar biasa! Padahal dia masih seumuranku, tapi sangat pro! Dan lagi, dia bisa membuat cake yang cocok untuk selera cowok yang gahar sekalipun. Keren deh!"
Tak seperti biasanya Kibum bercerita dengan penuh antusias selama aku menyetir, dia tertawa-tawa dengan ceria... Sepertinya, akhirnya dia menemukan teman-teman yang disukainya.
Kami pun sampai di Cafe yang dia ceritakan panjang lebar, dan memang ada boneka Teddy Bear besar menjadi maskot Cafe itu. Sepertinya yang ditemuinya adalah teman-teman yang sama yang dibawanya ke Cafe Rain waktu itu. Kibum terlihat sangat ceria dan akrab dengan tiga orang itu. Yang memakai baju serba putih itu pasti Donghae si pembuat cake...
"Heegi ah... Apa-apaan bajumu ini? Apakah kau bekerja di sini sekarang?'
"Ne. Heegi sudah dua bulan part-time di sini."
"Dua bulan? Waooow..."
"Apa-apaan 'Waow' mu itu?!"
"Donghae ah... Apakah kau tidak rugi mempekerjakan dia? Cewek ini khan destroyer..."
"Ehmmm..."
"Ga rugi dong... Gantinya khan Heegi- Ups! Eeeh... Wah! Hyung-manager ikut juga toh? Mari, mari, silahkan duduk, suka Cake apa?"
"Sungmin ah... temani aku beli rokok sebentar..."
"Kau khan tidak merokok-"
"Sudah, ikut saja!"
Mood Kibum tiba-tiba berubah, ia pergi entah ke mana dengan anak laki-laki berbaju pink tadi.
"Jadi, Manager-hyung mau pesan apa?"
Eunye?! Aiiih... sekilas tadi aku seperti melihat Eunye dalam senyumnya... Gadis itu menyeduh teh untukku, menungguku memesan.
"Namamu... Choi Heegi?"
"Benar. Manager-hyung masih ingat... Padahal sudah lama..."
"Kenapa kalian memanggilku Manager-hyung?"
"Eh, karena Kibum selalu memanggil Anda, Manager, jadinya..."
"Heegi ah... Apakah kau punya kakak perempuan?"
"Kakak? Apakah hyung kenal Eunye onnie?"!
"Eh? Ani... Bukan begitu, maksudku..."
"Yaaah... Padahal ku kira akhirnya aku menemukan teman Kakak... Sudah sembilan tahun sejak Kakak pergi dari rumah... Kami sama sekali tak tahu bagaimana keadaannya..."
"Bagaimana mungkin?!"
"Ee?"
"Ayahmu, Choi Sanho! Tidakkah dia memberitahu kalian?"
"Manager-hyung tahu nama Ayahku? Jadi benar manager-hyung teman Kak Eunye?"
"Heegi ah... Apakah mungkin Ayahmu tidak memberitahumu?"
""Memberitahuku?"
Kepalaku tiba-tiba berputar-putar... Bagaimana mungkin?! Ini... Sembilan tahun yang lalu... orang pertama yang ku lihat setelah kematian Eunye adalah Choi Sanho!
---
*Flashback*
~Di rumah sakit...
Saat aku menangisi kepergian Eunye di ruang tunggu kamar operasi, aku mendengar seseorang mendekat...
"Kau... Park Jungsu."
Aku menoleh, dan yang kulihat adalah orang yang paling ingin ku salahkan atas yang menimpa Eunye...
"Choi Sanho..."
"Putriku..."
Hatiku penuh dengan kebencian padanya, airmata sedih dan marah bercampur, aku tak lagi punya tenaga menjawabnya...
"Terima kasih sudah menjaga putriku selama ini..."
*End of Flashback*
----
Kularikan mobilku sekencang mungkin di antara sibuknya lalu lintas. Aku harus menemui orang itu!
Aku telah sampai depan rumahnya, ku tekan bel dengan tak sabar...
"Choi Sanho! Choi Sanho! Cepat keluar!"
Pintu itu pun terbuka... Tinju ku hampir melayang ketika ku sadari orang itu ternyata bukan Choi Sanho.
"Anda siapa? Kenapa seperti ini? Bagaimana kalau masuk dulu?"
Melihat sikap pria itu yang begitu tenang, padahal ia lebih muda dari ku, membuatku kembali menguasai diri...
"Saya Park Jungsu. Saya datang ingin bertemu dengan Choi Sanho."
"Ayah... Delapan tahun yang lalu meninggal karena sakit... Apakah ada hal yang mendesak?"
"Apa?!!"
---
"Silahkan diminum..."
"Saya benar-benar tidak tahu..."
Rasanya lemas sekali mendengar Choi Sanho sudah meninggal...
"Tidak apa-apa... Sudah sering kejadian seperti ini..."
"Eh?"
"Ayah memang sedikit extreem... Teman dan lawan, semuanya... Ayah banyak melakukan kesalahan semasa hidupnya... Orang-orang yang datang marah-marah sudah tak terhitung banyaknya..."
"Kenapa tidak pindah rumah saja?"
"Bagaimana pun... Kami sekeluarga tidak ingin lari dari tanggung jawab. Selama satu tahun sebelum meninggal, Ayah banyak mengakui kesalahan-kesalahannya dan meminta kami bersabar bila tiba-tiba ada kejadian seperti ini. Sebenarnya Ayah menyuruh kami pindah rumah, bahkan merubah nama, tapi kami sangat tersentuh dengan perubahan Ayah menjelang kematiannya... Inilah yang bisa kami lakukan agar nantinya arwah Ayah bisa tenang di alam sana."
"Maaf... Nama Anda tadi..?"
"Park Jungsu. Dan kamu adalah?"
"Saya putra Choi Sanho, Choi Siwon."
Laki-laki ini sangat tegar... Dengan bangga ia mengakui ayahnya, meski ia tahu banyak kesalahan yang telah dilakukan ayahnya...
"Park Jungsu.. Park Jungsu.. Ah, mohon tunggu sebentar."
Choi Siwon menyerahkan sebuah surat padaku. Di amplopnya tertuliskan namaku, surat itu tampak kumal...
"Saya rasa surat ini mungkin untuk Anda."
Kubuka surat itu dan membaca isinya dengan bimbang...
"Tuan Park Jungsu,
Putra sahabatku Park Hyukjin,
dan Penyelamat putriku Choi Eunye,
Yang sangat layak mendapat lebih dari rasa terima kasih yang pernah kuberikan dalam hidupku.
Bila kau menerima surat ini, itu artinya aku sudah tak ada lagi di dunia ini untuk mengungkapkan rasa terima kasihku padamu.
Bila saatnya telah tiba, dimana kau datang mencariku dan akhirnya membaca suratku ini, berarti telah tiba pula saatnya aku menerima hukumanku yang terberat.
Karena itu, aku mohon kepadamu, sudilah engkau menceritakan kematian Eunye pada istri dan anak-anakku, karena aku tak mampu...
Sudah setengah tahun aku mencoba, tapi aku tak sanggup... Istriku yang selalu memandangi foto Eunye... Putraku yang selalu merasa bertanggung jawab atas kesalahan yang ku perbuat... Dan putriku yang lugu...
Kumohon padamu...
Katakanlah pada mereka betapa aku ini Ayah dan lelaki berhati dingin...
Membiarkan anakku yang sedang hamil menderita, kesepian, terlunta-lunta tanpa keluarganya...
Katakanlah pada mereka, selama ini aku menutupi kematian Eunye dari mereka, bahkan ketika mereka mengampuni semua dosa ku dan bersedia membereskan semua masalah yang ku buat...
Kumohon...
Semoga kau masih berkenan membawa Eunye kecil kepada keluargaku...
Aku tahu permintaanku ini sangat-sangat tak tahu diri...
Kumohon...
Demi keselamatan nyawa istriku, demi sedikit rasa bangga putra ku yang masih tersisa, demi sedikit rasa simpatimu untuk putriku yang lugu...
Kumohon...
Aku benar-benar mohon padamu,
Tuan Park Jungsu Yang Berhati Malaikat"
Apa ini?! Apakah ini yang mengalir di pipiku? Aku tak ingat kapan aku mulai menangis...
Hatiku terasa hampa saat aku membaca surat itu... Setelah surat itu habis, hatiku tiba-tiba merasakan sakit yang teramat sangat!
Eunye... Youngwoon... Apa yang telah kalian lakukan padaku?!
Ini benar-benar tak adil! Mengapa kalian meninggalkanku dengan beban seberat ini...
Setelah membaca surat ini, mana mungkin aku bisa menyalahkan Choi Sanho lagi... Bagaimana mungkin aku bisa menghindar dari kenyataan ini?
"Apakah Anda baik-baik saja? Park Jungsu-sshi?!"
Tenagaku habis terkuras karena banyak menangis, aku tak punya tenaga lagi menanggapi kepanikannya...
"Oppa...?"
"Oh, Heegi, sudah pulang?"
"Ada apa ini?- Eh? Manager-hyung?! Tadi tiba-tiba pergi, kenapa sekarang bisa ada di rumahku? Dan kenapa Anda menangis?!- Ya! Oppa! Apa yang telah kau lakukan padanya?!"
"Aku juga tak tahu, waktu membaca surat Ayah dia tiba-tiba menangis!"
"Surat Ayah?"
"Maaf... saya permisi pulang..."
"Jungsu-sshi... tunggu sebentar..."
"Siwon-sshi, Heegi, ini sangat berat bagi saya-"
"Jungsu-sshi, sebenarnya ada apa?"
"Siwon-sshi... Saya mohon biarkan saya menghimpun kekuatan sejenak. Terima kasih sudah mempersilahkan saya masuk, padahal sikap saya tadi sangat tidak sopan..."
Aku pun segera kabur dari sana...
"Manager-hyung?!"
Malam ini aku tak ingin pulang, berputar-putar ke sana ke mari dengan mobilku... Mencoba memikirkan kembali segalanya... Memikirkan bagaimana sembilan tahun ini aku hidup...
---
"Yoboseyo? Kibum ah?"
"Ya. Manager? Ada apa pagi-pagi begini? Jadwalnya berubah?"
"Bukan... Dua minggu lagi Yuhjin ulang tahun khan, aku ingin merayakannya... Cafe yang kemarin... Cake nya benar-benar enak, bisa kau kirimkan nomor telefon yang bisa kuhubungi kalau aku ingin memesan Cake ulang tahun Yuhjin di sana?"
"Ne. Aku ada nomor telfon pembuat Cake nya, sementara ini dia yang bertanggung jawab dengan Cafe itu selama pemiliknya ke Perancis..."
"Baiklah... Kutunggu..."
Pagi buta, udara begitu sejuk, jalanan masih begitu sepi... Sudah lama aku tak menikmati suasana setenang ini... Seolah memberiku kekuatan untuk bertahan dua minggu ini...
--- to be continued ---
Thanks for reading ^^ enjoy oart 2 too ^-^
my 2nd fanfic of super junior leeteuk he