Aug 18, 2013 09:08
Manusia sejatinya akan selalu bergantung kepada Tuhannya. Tidak terhitung banyaknya harap dan pinta yang dipanjatkan kepada Sang Pemilik Alam. Tidak terhingga air mata yang menetes mengiringi permintaan hati. Namun seringkali, apa yang didapat tidak selalu sesuai harap atau bahkan tidak pernah terlaksana. Ada kala dimana Tuhan memang sengaja membuat kita menunggu, sebentar atau lama. Atau Tuhan memang tidak akan memberikan sama sekali. Lalu kemudian kita selalu bertanya-tanya. Beribu pertanyaan mengisi ruang dikepala. Kapan? Mengapa? Bagaimana? Bukankah mudah saja bagi Tuhan jika memang Ia berkehendak? Bukankah katanya Tuhan pasti mengabulkan? Ya, Tuhan pasti mengabulkan namun mengertilah cara Tuhan bekerja dan mekanisme alam semesta dalam mengabulkan doa kita memang tidak akan pernah bisa kita pahami. Kita hanya perlu menyakini Tuhan pasti mendengar dan Tuhan pasti mengabulkan.
Memang kadang sulit menerima semua yang ditimpakan oleh takdirNya. Kehilangan, bencana, kejatuhan, kegagalan, semua pasti sulit diterima. Tapi bukankan itu cara Tuhan memuliakan hambanya yang bisa menerima semua cobaanya dengan lapang dada? Bukankah dengan ujian, derajat kita akan meningkat dihadapNya? Lalu apa yang harus dikeluhkan? Apa yang harus disedihkan? Apa lagi yang harus ditangiskan?
Mengapa masih sulit menerima apa yang sudah tertulis di kitabNya sementara tintanya sudah mengering? Mengapa masih saja sulit mengerti bahwa apa-apa yang menimpa kita memang sudah sesuai dengan jatahnya?
Mengapa masih saja tidak menerima bahwa apa yang terampas pasti akan tergantikan?
Mengertilah bahwa setiap diri sudah memiliki bagiannya sendiri. Tidak akan tertukar. Tidak akan lebih apalagi berkurang. Jika memang sudah menjadi takaran diri maka sejauh apapun ia pergi, ia pasti akan kembali. Kadang Tuhan membiarkan kita kehilangan sesuatu semata-mata bukan untuk mengambilnya secara hakiki, tapi meminjamnya untuk sementara. Karena bisa jadi saat ini kita tidak membutuhkannya, kita menginginkannya tapi tidak benar-benar membutuhkannya.
Biarkan ia pergi. Mungkin suatu hari ia akan kembali atau telah terganti dengan yang lebih membahagiakan hati. Bukankan seorang Yacub-pun harus merelakan Yusuf anak kesayangannya pergi, padahal ia sangat mencintainya. Tapi apa yang terjadi, Yusuf pun kembali kepada ayah yang amat mencintainya. Jika seorang manusia istimewa seperti Yacub saja harus mengalaminya, apalagi kita yang seujung kuku-pun belum mampu mengimbangi kemuliaannya :)
Tersenyum karena diantara ribuan sebab kesedihan, Tuhan masih memberikan berjuta kebahagiaan.
Karena Allah mendengar.
Karena Allah melihat.
Karena Allah pasti sudah menghitung.
Karena Allah tidak pernah tidur.
thought,
contemplation,
personal