AKU, KAU, KITA, MEREKA
Aku mungkin hanya orang biasa yang tak bisa meramal. Hari ini aku sedang makan di restoran dengan keluargaku. Aku menikmati setiap makanan yang sedang kumakan, menikmait setiap detik pembicaraan, setiap tertawaan. Sejak aku tiba, di sudut itu sudah ada benda itu. Tetapi aku seolah tidak menyadarinya.
Sesaat, ketika ada perdebatan di antara kami, mataku mengalihkan pandangan ke arah sudut itu, tempat benda itu berada. Kuperhatikan sekilas, namun lama kelamaan, seperti ada magnet yang memaksaku menatapnya dengan intens. Hanya sangkar burung. Biasa. Ada tiga ekor burung parkit di sana. Yang paling kanan berwarna hijau tua. Yang di tengah dan yang paling indah berwarna biru langit. Yang terakhir berwarna kuning cerah berada di paling kiri. Ketiga matanya tertutup dan bahkan walaupun itu hanya binatang, aku bisa melihat ketidaknyamanan yang luar biasa di sana.
Awalnya hanya tiga ekor burung yang ada di sana. Setelah kuperhatikan dengan seksama, ternyata ada dua ekor burung lainnya nun jauh di atas sangkar burung itu berwarna hijau pucat. Menatap ke arah luar yang berlawanan dengan tempat aku duduk. Entah apa yang mereka lakukan aku juga tak tau. Ketika itu daerah tempatku berdiri sedang sangat ramai.
Ketika aku hendak mengabadikan moment itu, datanglah seseorang mengguncang sangkar itu dan turunlah seekor dari yang berdua itu ke tempat ketiga ekor burung bertengger. Si kuning yang paling pojok seolah tak terima dengan kedatangannya mengusirnya dengan kicauan keras dan si hijau pucat ini ’melawan’ sampai si biru berkicau yang entah apa dan mereka berdua terdiam. Sesaat tenang, namun si hijau tua yang paling pojok tiba-tiba berkicau keras seolah frustasi dan berteriak ’tolong keluarkan aku dari sini.’ Yah. Tentu saja aku tak bisa bahasa burung. Aku hanya berasumsi dia sedang berkata begitu. Si hijau pucat ini tidak mau kembali walaupun ’ditolak’ dari tempatnya. Dan si hijau pucat yang satu lagi? Bahkan sekarang dia masih bergeming dan hanya sesekali menggosok paruhnya ke tubuhnya.
Sepersekian detik itu aku takjub dan hampir saja lupa mengabadikan moment itu. Ketika aku berhasil mendapatkan apa yang kuinginkan, jiwaku sebagai seorang Cassiopeia seolah bangkit. Apakah kalian melihat hubungannnya dengan cerita aneh di atas? Tidak? Oke, kuberitahu apa yang kupikirkan. Aku berasumsi bahwa dua ekor burung parkit yang berada nun jauh di atas adalah HoMin dan tiga ekor burung yang ada di bawah adalah JYJ. Si hijau tua adalah Yoochun, si biru yang paling indah adalah sang ’ibu’ Jaejoong, si kuning yang sepertinya antagonis di sini adalah Junsu, si hijau pucat yang turun ke bawah adalah Changmin, dan terakhir, si hijau pucat yang tak kunjung turun dan tak perduli adalah leader tercinta kita, Yunho. Kenapa aku berpikir begitu?
Pertama, melihat penampilan mereka. Mata yang tertutup seolah melambangkan bahwa mereka berusaha untuk terlihat biasa dalam ketidakbiasaan mereka. Kedua, sikap burung itu. Ketika salah satu dari hijau tua itu turun, dia turun karena guncangan seseorang. Kurasa, andai saja Changmin dipaksa mengaku dengan berbagai macam cara, aku sangat yakin dia akan bertindak seperti burung itu, turun ke tempat ketiganya dan mengadu serta bertahan walaupun ditolak. Dan kenapa aku melambangkan si kuning yang pertama kali membentak ’Changmin’ sebagai ’Junsu?’ Karena basic-nya dua manusia ’ajaib’ ini sering bertengkar bukan? Walaupun hanya bercanda tapi kurasa, Junsu adalah tipe orang yang sedikit sensitive. Kalau Changmin memutuskan untuk kembali, mungkin Junsu adalah orang yang TERKESAN paling pertama menolak kehadirannya. Dan Changmin? Walaupun demikian ia akan tetap pada pendiriannya bersama mereka. Kenapa si biru kupanggil ’Jaejoong?’ Sederhana saja. Aku sangat yakin Jaejoong sangat mencintai Changmin lebih dari member lain meskipun itu Yunho? Kenapa? Karena cintanya pada Yunho BERBEDA jenis. Jaejoong akan mati-matian membela Changmin dan ”bertingkah biasa” pada waktu yang bersamaan. Kenapa si hijau tua Yoochun? Karena menurutku, Yoochun bukan tipe orang yang akan menyelesaikan masalahnya yang seperti ini secara langsung. Kurasa ia akan cenderung berlari dan mencari his comfort space untuk meneriakkan kegalauannya. Dan si hijau tua yang di atas? Kurasa sudah sangat jelas alasannya. Dia berada pada posisi yang rumit. Dia tau dan tidak tau apa yang harus ia lakukan pada saat yang bersamaan. Dia berada tepat pada dua titik perpecahan yang tak segan-segan menelannya hidup-hidup jika ia salah memilih. Dia HARUS tersenyum bahkan di saat duri-duri tajam menusuki dirinya. Semua hanya untuk sebuah title LEADER yang harus dia pegang, dan yah, title kekasih pada saat yang bersamaan.
Tapi pada akhirnya aku melihat, mereka berada pada satu sangkar yang sama. Mereka berada di bawah perlindungan yang sama. Bahkan di tengah badai dan konflik itu mereka masih tetap berada pada rumah yang sama dalam satu atap yang sama. Dalam satu nama yang sama DONGBANGSHINKI, TOHOSHINKI, TVXQ. Hati mereka satu. Lebih baik berada berjauhan dengan hati yang menyatu daripada tinggal satu atap namun tak bisa menyatukan hati. Lagipula, bukankah konflik biasa terjadi dalam tiap ’rumah tangga.’ Pada akhirnya, kekuatan mereka, kau, dan aku akan terbukti dan terpenuhi ketika rumah tangga ini kembali. Kenapa kau dan aku juga ikut? Karena kita adalah member ke-6 dari mereka! Kita bagian dari mereka. Kita satu! Kita membangun mereka dan mereka menyusun kita. Tidakkah itu menciptakan hal yang harmonis? Perbedaan membuat kita unik tapi kita, kita tetaplah member ke 6 dengan satu nama CASSIOPEIA! Kita merah melambangkan darah. Kitalah darah dari DONGBANGSHINKI. Kitalah yang membuat sirkulasi terjadi. Kitalah yang membuat mereka bisa bernafas, tertawa, menangis, dan kegirangan pada saat yang bersamaan. Dan mereka, mereka adalah organ kita. Apa gunanya darah tanpa organ? Kita membangun satu tubuh. Kita mencintai dan dicintai. Apapun hasil akhirnya nanti, aku percaya, kita dan mereka ada bukan karena kebetulan, dan bukan karena takdir. Kita ada karena mereka ada, dan mereka ada karena kita ada.
LONG LIVE CASSIOPEIA