[fanfic] Kitkat

May 06, 2011 02:00


Title : _KitKat?_ *lolz*

Author : kuro_sasori

Genre/Rate : AU, Romance, Fluff???/ PG - 13

Fandom : The Gazette ==a

Pairing : ReitaxRuki ==a

Disclaimer : Those boys aren’t mine. Demo, of course I’m the owner of this story line 0.oa

Summary : Mungkin Reita selalu menyayanginya lebih dari siapapun, tapi tidak termasuk dari apapun.

WARNING : Yaoi and absolutely GAJE. Jangan baca, jangan baca, jangan baca *ngrapal mantra*



Dozo, silahkan menikmati … X3

@ V42 @

14 Februari.

Valentine’s day.

Ruki meletakkan seloyang kue coklat yang benar-benar mengundang selera. Dengan senyum manis, pemuda mungil itu menatap kekasihnya, “Happy Valentine’s day, Rei~ …”

Reita tertawa, “terima kasih, Ru~ …” dengan cepat jari telunjuknya mencolek krim coklat asli itu dan memasukkannya kedalam mulut, “wow … enak. Kata Kai, kau membuatnya sendiri bersamanya yah?”

Ruki hanya mengangguk, senyumnya semakin lebar saat melihat Reita dengan cepat memotong kue itu dan melahapnya. Apalagi yang lebih membahagiakan dari melihat orang yang cintai memakan kue buatanmu sendiri? Yah, walaupun Reita memang penggila coklat, jadi wajar saja.

“coklatnya pas, enak sekali …” Lagi-lagi senyum Ruki bertambah lebar, “Pakai resep cinta untukku yak?” canda Reita sambil mengedipkan matanya.

Ruki tertawa, “tentu saja, ini kan hari kasih sayang …”

Reita meraih tangan kanan Ruki, menatap pemuda mungil itu lekat-lekat, “dan aku akan selalu sayang padamu, lebih dari siapapun …” kata-kata Reita membuat semu merah di wajah Ruki. Reita mengecup tangan itu dengan penuh kasih.

Dan Ruki kembali melambung karena bahagia.

Ruki baru selesai mencuci piring saat dia menemukan Reita tengah asyik menonton TV sambil sibuk mengunyah. Alis Ruki terangkat, bungkusan yang dipegang Reita teramat sangat ia kenal. Lagi-lagi Kitkat. “bukankah kau sudah puas makan coklat Rei?”

Reita menyuap potongan terakhir wafer coklat kesayangannya itu, “Ya, tapi rasanya ada yang kurang kalau belum makan Kitkat Ru …” sahut Reita dengan wajah santai.

Ruki mendengus.

Mungkin Reita selalu menyayanginya lebih dari siapapun, tapi tidak termasuk dari apapun. Karena entah kenapa, Ruki merasa kalau Reita lebih sayang Kitkat daripada dirinya. Lolz

@ V42 @

“kau sudah makan?” Ruki menarik bangku kosong tepat didepan meja Reita yang penuh dengan buku dan laptop yang masih menyala.

Kantin tampak ramai dengan para mahasiswa yang ingin mengisi perut mereka setelah memeras keringat *???* sedari pagi dengan kegiatan kuliah yang lebih sering membosankan dan melelahkan. lolz

Reita hanya mengangguk, masih asyik menatap layar komputernya sementara jemari kedua tangannya terus menari tanpa henti di keyboard. Ruki melirik bagian kanan meja yang penuh dengan bungkusan plastik makanan ringan. Dahinya berkerut, “kau sudah makan, Rei?”

Reita melirik Ruki sekilas, mengangguk “aku sudah makan kok …”

“kitkat?”

“yapz …”

Ruki mendengus, kembali melirik bungkus-bungkus kitkat yang kosong di atas meja. “kau harusnya tidak makan kitkat saja… tidak bergizi tau!” tak ada respon dari Reita selain gumaman yang sudah sering kali Ruki dengar kalau Ruki mulai mengeluh tentang Kitkat. “memang kau tidak lapar?”

“tidak Ru~, sudah cukup kok …” Reita tersenyum sekilas, kembali menekuni laptopnya. Tangan kanannya merogoh kantong jaket dan mengeluarkan sebuah benda berwarna merah yang lagi-lagi mendapat dengusan dari Ruki. Kitkat.

“dasar maniak BAKA!”

@ V42 @

05.17 PM

Ruki melirik jam tangannya untuk kesekian kalinya dalam kurun waktu 15 menit itu. Pemuda mungil itu berdiri dengan gelisah, dia memang sedang menunggu seseorang. Dan orang yang tengah di tunggu Ruki belum juga muncul, lebih tepatnya orang itu hampir terlambat lebih dari 15 menit.

Entah karena apa.

-------

05.20 PM

Terlalu terlambat

Ruki mendesah berat, duduk di palang besi dekat trotoar jalan yang ramai. Seharusnya saat ini dia berada di gedung bioskop dan menonton film yang sudah lama dia ingin tonton. Tapi karena keterlambatan orang itu, sepertinya Ruki harus menonton film itu lain kali.

Yah, 5 menit lagi dan Ruki akan pulang.

-------

05.24 PM

Kurang dari 30 detik lagi, dan Ruki sudah bersiap untuk pulang saat sebuah langkah kaki yang terburu-buru menghampirinya.

Ruki menatap pemuda tinggi yang memakai noseband di depannya itu dengan wajah tanpa ekspresi. Dahinya sedikit berkerut heran saat melihat keringat yang membasahi wajah pemuda itu. “darimana … ?”

“ah, gomen … aku tadi harus ke mini market dulu. Kitkatku habis.” Jelas Reita sambil menunjukkan kantong plastik yang berisi ―entah berapa buah kitkat. “harusnya cuma sebentar, tapi karena mini market depan stasiun kehabisan stok kitkat, jadi aku harus mencari ke mini market lain.” Ruki masih memasang wajah tanpa ekspresinya. Mulutnya membulat tanpa suara.

“aku mencari ke tiga mini market lain sampai akhirnya menemukan kitkat. Syukurlah …”

Alis Ruki terangkat.

“aku sudah tidak makan kitkat seharian ini, rasanya tidak enak sama sekali …” keluh Reita lagi, masih terlalu sibuk dengan ceritanya sampai tak memperhatikan sikap lain Ruki. “gomen … aku terlambat”

Ruki hanya tersenyum, “sangat terlambat. Kita pulang saja …”

“eh, kita tidak jadi nonton?”

“lain kali saja …” sahut Ruki cuek, lama-lama pemuda mungil itu mungkin akan mengutuk pencipta wafer coklat kesayangan Reita itu. Hanya gara-gara kitkat, Ruki tak jadi nonton film yang sangat ingin dia tonton. Hanya gara-gara kitkat, Ruki harus menunggu hampir setengah jam seperti orang bodoh. Dan CUMA gara-gara kitkat, kencan mereka gagal.

Tapi itulah Reita, entah harus berapa kali Ruki terpaksa mengalah HANYA untuk sebuah kitkat.

*sabar Ru~ lolz*

@ V42 @

Dengan langkah cepat Reita meraih ponselnya, dari nada deringnya pun dia sudah tau siapa yang menelpon. Siapa lagi? “moshi-moshi?”

“kau pasti baru mandi …” sahut suara dari seberang line telpon.

Reita tertawa, tentu saja orang itu bisa menebak aktivitasnya pagi hari, “yah, begitulah … btw, Ohayou Ru~ …” Reita memasang headset ketelinganya, sehingga dia tak perlu memegang ponsel di telinganya, dia membuka pintu almarinya dan memilih-milih pakaian.

“Ohayou Rei~ …” Tawa renyah *??* Ruki langsung membangunkan kerja urat syaraf otak Reita. “lebih baik kau ambil jeans hitam dari dalam mesin pengering, kurasa itu cocok dengan kaos putih dan jaket abu-abumu …”

Reita memang sudah mengambil sebuah kaos putih dan jaket abu-abu dengan line hitam. Lagi-lagi Ruki dapat menebak dengan mudah, amat sangat mudah malah, “oke …”

“dan lebih kau beli roti melon di mini market depan stasiun ―jangan makan kitkat saja― saat dijalan”

Reita melirik jam dindingnya, hampir jam 7.35 AM. Kalau tidak berangkat sekarang dia bisa terlambat masuk kelas. Di mulutnya sudah bertengger *emang burung?! XD* sebungkus kitkat yang sudah terbuka. Tanpa melihat pun, Ruki dapat mengetahui kalau sarapannya pagi itu hanya kitkat. “iya, iya …”

“ah, btw Rei, kau tidak lupa hari ini kan?”

“hari ini? memang kenapa?” Reita memutar bola matanya, sedikit mendesah pelan saat mengingat ini adalah hari senin.

Yah, seperti kebanyakan orang pada umumnya, semboyan itu juga melekat kuat di otak pemuda bernoseband itu, “I hate Monday”. Senin adalah awal dari hari-hari penuh kesibukan seperti biasanya. Awal dari kesetresan dan kelelahan. Dan akhir dari kebebasan.

“hari ini …”

Reita melirik jam tangannya, jam 07. 58 AM.

Dengan bingung dia melirik ke jam dindingnya, jarum panjangnya masih menunjuk ke angka 7. Kenapa berbeda?

Dengan buru-buru Reita melihat ke layar ponselnya, jam digitalnya juga menunjukkan jam 07.58 AM. Sial! Dia akan terlambat!

“gomen, aku pergi dulu Ru~…” Reita langsung memutuskan line telpon dan berlari ke parkiran.

Dia terpaksa ngebut, kalau tak mau terlambat masuk mata kuliah paginya.

@ V42 @

Sibuk dan sibuk, hanya itu yang ada dalam pikiran Reita seharian ini.

Sedari pagi dia terus saja bolak-balik keperpustakaan, tugasnya menumpuk seperti cucian yang tidak ada habisnya. Benar-benar melelahkan dan memusingkan.

Hari yang menguras seluruh energi pemuda itu.

“Rei, kau mau ikut main di café gazette nanti malam?”

Reita hampir terlonjak kaget, pikirannya tegah terfokus pada tugas yang hampir selesai. Tinggal sedikit lagi sampai tiba-tiba saja Aoi mengagetkannya. “aku masih punya tugas”

“sebentar lagi selesai kan?” sahut Aoi dengan nada membujuk, Reita mengangkat sebelah alisnya, “ayolah … kau sudah lama tidak ikut. Lagi pula kau perlu waktu untuk santai.” Reita hanya terdiam sementara Aoi menarik kursi di depanya dan duduk. “Selesaikan saja dulu tugasmu, kami akan menunggumu di tempat biasa. Kami butuh kau sebagai pemain bass. Bagaimana?” dengan santai Aoi meraih sebungkus kitkat yang tergeletak di atas meja.

Reita langsung merebut kitkat itu, “jangan sentuh kitkatku…”

“pelit! Dasar maniak Kitkat!” cibir Aoi.

Reita mendengus, “ini kitkat terakhirku tahu! Dan aku belum punya uang untuk beli kitkat”

Cengiran Aoi mendadak terlihat aneh, “bagaimana kalau …” Reita menatap Aoi, curiga dengan nada membujuknya, “kalau kita sukses malam ini, kita akan dapat uang dari pemilik café. Dan kau bisa membeli kitkat …”

Tanpa perlu berpikir dua kali, “OK”

“bagus!” Aoi tersenyum penuh kemenangan, bangkit berdiri dari tempat duduknya.

@ V42 @

Sudah jam 11 lewat ketika Reita memutar kunci pintu apatonya. Di tangan kirinya ada bungkusan plastik putih cukup besar yang berisi kitkat dalam jumlah besar. Sebelum pulang tadi, pemuda itu menyempatkan diri mampir ke mini market untuk membeli persediaan kitkatnya yang sudah habis.

“eh, Ruki?” Reita terkejut melihat tubuh mungil yang terlelap di sofa di ruang tamu mungilnya. Kenapa Ruki ada di apatonya? Apa mereka ada janji bertemu hari ini?

Entah sudah berapa lama Ruki menunggunya. “Ru…” bisik Reita, mengusap pipi putih Ruki dengan lembut.

Ruki mendesah pelan, kelopak mata itu terbuka perlahan “Rei?”

“Tadaima…” Reita tersenyum, mencubit pipi chubby Ruki gemas, “sudah lama menungguku?”

Ruki balas tersenyum manis, “Okaeri~ darimana saja kau?”

“aku baru main dengan Aoi dan yang lain … ada apa?” Reita duduk di samping Ruki.

Ada apa? Ruki menatap Reita tak percaya, dengan mudah dan teramat santai Reita bertanya ada apa?

Senyum manis itu berubah menjadi senyum lesu, agak apatis malah, “tidak apa-apa, sudah kuduga kau lupa …” Ruki melirik kearah jam tangannya, sudah hampir jam 12. Sebentar lagi tanggal 14 akan berakhir tanpa ada hal yang special dari seorang Reita ==a

“sebentar lagi tanggal 15 maret, yah sudahlah …”

Reita menatap bingung wajah campuran pasrah dan kesal Ruki. Otaknya kembali berpikir cepat, kenapa Ruki mengungkit-ungkit soal tanggal? Rasanya ulang tahunnya bukan hari ini atau besok apalagi ulang tahun Ruki. Atau hari jadian mereka? Ah rasanya bukan juga …

Lalu apa?

Eh? 15 maret?

Berarti hari ini bukannya …

Tergagap, Reita mengambil sekotak besar kitkat yang baru saja di belinya, “ah, karena aku kemalaman jadi aku kehabisan cake tadi, cuma ada Kitkat nih …” Berusaha tersenyum lebar, Reita mengecup pipi Ruki, “happy white day, sayang …”

Ruki mencibir, mengambil kotak kitkat itu, “kau pasti lupa, mengaku deh …”

“hehehe … tapi kan aku sudah kasih coklat balasan …” Reita mengelak, sedikit menatap kotak kitkat di tangan Ruki dengan tak rela. Lalu buru-buru berusaha seakan itu bukan masalah besar. Meski begitu, Ruki sempat melihat tatapan tidak rela itu.

Pemuda mungil itu mendengus lagi, lagi-lagi karena kitkat. “kitkat yang niatnya hanya untuk kau makan sendiri? Alasan yang bagus Rei …” gerutu Ruki, membuka sebungkus kitkat dan menggigitnya sedikit.

Apa coba istimewanya kitkat dibanding dengan wafer coklat lain?

Kenapa lebih penting kitkat daripada kue coklat buatan Ruki?

Mungkin bahkan bagi Reita, kitkat memang LEBIH berharga dari Ruki.

Lagi-lagi Ruki mendapati pandangan rindu Reita pada kitkat yang tengah ia makan. “kau sudah memberikan kotak kitkat ini sebagai coklat balasan white day kan?, jadi ini milikku XP”

Reita hanya mengangguk, mengalihkan pandangannya ketempat lain sehingga tak perlu melihat betapa nikmatnya Ruki memakan kitkat itu. lolz XDD

Ruki hampir tertawa melihat tampang memelas Reita, perlahan dia memotong sebagian kitkat yang tengah dimakannya dan memberikanya pada Reita. “nih …”

“sedikit sekali …” gerutu Reita, langsung memakan potongan kecil kitkat dari tangan Ruki.

“jangan protes, aku hampir saja minta putus darimu hanya gara-gara kau lebih cinta kitkat daripada aku …” Reita langsung menelan kitkatnya tiba-tiba, hingga terbatuk. Ruki tertawa. “kau selalu menomorsatukan kitkat daripada aku … jadi untuk hari ini tidak ada kitkat untukmu Rei~ XP” tegas Ruki, menyuap potongan besar kitkat di tangannya.

Wajah Reita semakin memelas, meski Reita berusaha tertawa ―tawa garing yang membuat Ruki kembali terbahak. “tapi sebungkus berdua sepertinya ide bagus” bisik Ruki sambil terkekeh. Perlahan Ruki mendekat dan menutup jarak antara bibir mereka.

Reita dapat merasakan manisnya coklat kitkat di mulut Ruki. Pemuda itu mengeratkan pelukannya pada Ruki, mencecap seluruh bagian dari mulut Ruki, menikmati manisnya kitkat bercampur dengan manisnya mulut Ruki. Lebih enak dari sekedar kitkat biasa. Sepertinya cukup sebagai ganti dia tak makan kitkat hari ini.

Ruki melepaskan ciuman itu, menjilat sudut bibirnya, “dasar maniak Kitkat”

@ V42 @ _owari_

Previous post Next post
Up