[Fanfic] 雪月花 -setsugekka- [chap.01]

Apr 28, 2011 10:26


[Fanfic] 雪月花 -setsugekka- [chap.01]

title:「雪月花」-snow, moon, and flowers-

author: kiyora_ruki

chap: 01

fandom: the GazettE, SCREW, kiyoharu

pairs: aoixuruha, reitaxruki

rate: PG

genre: fluff, AU, romance, angst

summary: Aoi cukup terpana melihat senyum penjaga toko bunga tersebut. Entah kenapa ia merasa senyuman penjaga toko bunga itu terlihat lebih cantik dari senyuman andalan gadis-gadis cantik di kabaret klub miliknya sekalipun.

disclaimer: the gazeboys, screw-tachi, and kiyo-mori san have their own self. I only have the plot and story line *peace*


A/N: Fanfic pelepas kejenuhan dari mengerjakan TA, jadi maaf kalo ada banyak typo ya :D

I hope you will likes it. Happy reading~~~~

++++

Aoi melangkahkan kakinya dengan sedikit tergesa ke klub Ninety Seven, sebuah klub malam terkenal yang terletak di pinggiran sudut Kabuki-cho, Shinjuku, Tokyo.

Ya, karena suatu alasan hari ini ia terlambat untuk datang ke klub malam yang telah ia kelola selama kurang lebih dua tahun itu. Ia mempercepat langkahnya begitu melihat light box ruko-ruko di sekitar klub-nya yang sudah bersinar gemerlap dari kejauhan. Sebagai pemilik klub, tentunya ia tidak ingin kinerjanya sebagai pemilik tampak mengecewakan di depan para pegawai dan tamu-tamunya. Dan seperti yang ia duga, para tamu yang semuanya wanita tampak telah mengantri di depan pintu klubnya untuk bisa masuk dan bersantai semalaman dengan para hostest favorit mereka. Lalu dengan langkah tergesa Aoi segera masuk ke dalam klub melalui pintu khusus karyawan di belakang.

“Aoi-san, kau terlambat~”, Reita menyapa bosnya itu sambil mengangkat tumpukan wine yang baru saja datang.

“Iya. Hhhhh…. tiba-tiba saja ibuku datang dari Mie siang tadi”, jawabnya singkat sambil merapikan jasnya yang tampak sedikit berantakan.

“Hee? Bibi datang lagi?”

“Ya, kali ini sudah dua kali ia datang dalam sebulan. Dan seperti biasa aku harus mendengarkan ceramahnya tentang Omiai-ku bulan depan”

“Ahahaha… tapi cobalah sekali-kali datang, lagipula selera bibi tentang wanita tidak begitu buruk. Aku bisa mengerti perasaan bibi yang mempunyai anak di atas usia tiga puluh itu”, sindir Reita kepada bosnya yang dibalas dengan tendangan kecil di kaki kirinya oleh Aoi.

“Awwwww…. Aku hanya bercanda kan! Kau ini, Yuu. Aduhh~~~~”

“Sudahlah… teruskan pekerjaanmu. Para tamu sudah mengantri di depan, kita harus membuka klub sebentar lagi”

“Tsk… Iya… iya… baiklah bos~~~”, gerutu Reita sambil mengangkat kembali kotak wine yang dibawanya. Meski ia masih sedikit jengkel dengan tindakan usil Aoi, tapi apa boleh buat sebagai manajer klub ini ia harus cukup profesional dalam bekerja.

Sebelum membuka klubnya, seperti biasa Aoi memeriksa kelengkapan para host yang akan bekerja hari ini. Satu persatu ia memperhatikan wajah anak buahnya, semuanya tampak berpakaian parlente dan berjejer rapi di depannya. Setelah semua persiapan lengkap, ia pun menyalakan light box klubnya tanda klub tersebut sudah dibuka.

Klub malam yang dikelola Aoi ini menyediakan jasa hostest dan saat ini merupakan Host Club nomor satu di wilayah Kabuki-cho, yang terkenal dengan distrik lampu merah Tokyo. Selain membuka host klub, Aoi juga mempunyai kabaret klub yang memiliki konsep yang sama dengan host klub tapi semua hostest-nya adalah wanita. Semua klub miliknya berkonsep pure untuk menghibur tamu dan tidak menyediakan jasa porstitusi, semua hostest baik pria dan wanita menemani para tamu yang datang ke klub mereka dengan mengobrol dan minum. Ia juga memiliki empat cabang host klub dan kabaret klub di sekitar wilayah Kantou. Maka tak heran, sosoknya cukup disegani orang-orang di sekitarnya sebagai salah satu pengusaha muda bertangan dingin yang sukses di dunia hiburan malam.

Hari ini pun seperti biasa setelah klub utamanya ini dibuka, para hostest sudah dibuat sibuk dengan banyaknya tamu yang datang. Para tamu yang semuanya wanita duduk bersantai semalaman sambil menikmati minuman dengan para hostest favorit mereka. Namun, Aoi menyadari ada sedikit kejanggalan terhadap kelengkapan personil anak buahnya, Ruki, sang hostest nomor satu yang paling terkenal di klub miliknya itu belum menampakkan dirinya.

“Sial… ke mana anak itu?” Aoi tampak cukup kewalahan menanggapi komplain dari para tamu yang dengan sengaja datang untuk menemui anak buah nomor satunya itu. Dengan segera ia menyuruh Reita untuk menghubungi Ruki agar ia tidak mengalami kerugian dari ketidakhadiran anak emas di klubnya itu.

“Dia baru bangun tidur…. Katanya 10 menit lagi ia akan segera datang”, bisik Reita kepada Aoi yang sedang menghadapi komplain pelanggan Ruki.

“Bilang padanya, kalau sampai lebih dari 10 menit ia belum datang juga, aku akan memotong bonusnya”

++++

“Ruki-chan~~~ kenapa datang terlambat?” Seorang tamu langganannya bergelayut manja di lengan Ruki sambil menatap manja lelaki kecil itu dengan mata berbinar. Seperti biasa, Ruki membalas tingkah manja tamunya itu dengan senyumnya yang menawan.

“Maafkan aku, aku sungguh menyesal. Tadi aku hanya terjebak sedikit kemacetan untuk bisa sampai ke sini”, kata Ruki sambil mengecup tangan pelanggannya.

“Ah, Ruki-chan~~~~~ memangnya kau dari mana saja hari ini, Ruki?? Ayo cepat ceritakan padaku!”, seru pelanggan wanitanya dengan wajah yang memerah.

Kemudian dengan sedikit gurauan ia menceritakan cerita tentang alasan keterlambatannya yang sebagian besar fiktif kepada pelanggannya. Sebagai hostest nomor satu, ia tentu tahu ia harus menjaga citranya di depan pelanggan. Ruki tidak ingin mereka mengetahui bahwa ia terlambat karena kecerobohannya terlelap tidur setelah ia bekerja di tempat Kiyoharu-san. Ia harus mengarang alasan yang lain, supaya tetap terlihat keren di depan tamu-tamunya.

“Hei, Ru-san… Minako-san ingin kau datang ke tempat duduknya”, bisik Manabu yang bertugas menyampaikan pesan dari para tamu yang telah memesan tempat di klub mereka.

“Ya. Maaf nona-nona, aku permisi sebentar. Aku akan kembali lagi nanti”, seru Ruki sambil mengerlipkan sebelah matanya ke wanita-wanita muda yang menjadi tamunya itu. Ia lalu pergi ke meja di belakangnya, memberi salam pada wanita muda lainnya yang telah menghabiskan sebagian uangnya yang tidak sedikit untuk mengobrol dengannya. Ya, sebagai host nomor satu, para tamu yang ingin sekedar mengobrol dengan Ruki harus menghabiskan uang sedikit lebih banyak dari biasanya. Tidak hanya Ruki, di beberapa klub cabang yang dimiliki oleh Aoi juga mempunyai beberapa hostest nomor satu yang menjadi sumber uang Aoi. Oleh karena itu, kehadiran para host nomor satu seperti Ruki ini merupakan salah satu aset yang berharga demi kelangsungan klub miliknya ini.

Reita melihat dari kejauhan ke arah Ruki dan tamu-tamunya duduk dengan sedikit tersenyum. Ia lega melihat temannya itu sudah kembali mengembalikan mood para tamunya dengan lihai, meskipun sebelumnya Aoi sempat menegurnya habis-habisan karena keterlambatannya. Ia lalu kembali menyiapkan beberapa minuman yang dipesan oleh para tamu.

++++

“Hei, Rei~ to…tolong ambilkan air~” Ruki menepuk pundak sahabatnya itu di tengah waktu istirahatnya. Reita hanya tersenyum simpul dan menyerahkan sebotol air mineral ke arahnya. Saat ini mereka baru saja menutup klubnya. Para host yang kelelahan mengistirahatkan tubuh mereka sebentar di sofa sambil mengobrol dengan para host lain.

“Sa..sankyuu”, katanya sambil meneguk air pemberian Reita. “Huahhhh…. Aku benar-benar tidak tahan setiap hari harus menggombal dan minum alkohol sebanyak ini. Huahhhhh….”

“Hahahaha…. Itu kan sudah jadi konsekuensimu sebagai host nomor satu di sini. Selain itu tadi juga kau sempat datang terlambat, jadi mungkin para tamu sedikit kesal”

“Huft. Ya, salahku juga sih. Tapi aku tidak mengerti dengan bos, kenapa ia tampak puluhan kali lebih menyeramkan saat memarahiku. Aku kan hanya terlambat 30 menit”, gerutu Ruki.

“Yah kalau itu sih, wajar~ kau itu kan mesin uangnya. Kau seperti tidak mengenal bos kita saja”

“Tapi aku dengar dari Rui, ia juga datang terlambat datang hari ini kan? Curang sekali ia! Bisanya hanya memarahi pegawai, tidak ada yang memarahi kecerobohannya”, kata Ruki sambil menyalakan pematik rokoknya dan memulai menghisapnya.

“Heee…. kau tahu juga? Aku rasa orang yang seusianya memang harus memiliki pendamping untuk mengingatkannya tentang waktu”

“Otsukaresamaaaaaaa~ Kerja bagus, Ruki~ Reita~”, seru Aoi yang kemudian muncul di belakang mereka sambil menepuk pundak keduanya.

“Huwaaaa….”, keduanya tampak kaget dengan kemunculan bos mereka secara tak terduga dari belakang.

“Kenapa kaget? Ayoo teruskan saja obrolan kalian tentangku~”, seru Aoi sambil mengelus kepala dua orang anak buah tercintanya.

Ruki dan Reita tampak sedikit salah tingkah. Namun, Aoi tampak tidak begitu menanggapi ucapan mereka. Ia hanya ingin meledek kedua orang yang usil itu.

“Sudahlah, sudah pagi kan. Kalian tidak mau pulang??”, tanya Aoi sambil menyerahakan kunci klub yang dibawanya kepada Reita. Aoi memang menyerahkan kepercayaannya kepada Reita untuk membawa kunci klubnya, karena sifat Aoi yang sedikit ceroboh ia tidak lagi berani untuk menyimpan barang-barang berharganya sendirian. Setelah mengunci pintu, Reita bersama Ruki kemudian pamit kepadanya dan bergegas pulang.

“Kami duluan, bos~~~~” lambai Ruki kepada Aoi dan menaiki motor yang dikendarai Reita. Karena mereka tinggal di kompleks apaato yang sama, jadi Ruki dan Reita selalu pulang bersama. Sedangkan apaato Aoi yang tidak terlalu jauh dari klubnya memilih pulang tanpa menaiki kendaraan. Dari dulu ia memang lebih suka jalan kaki daripada menaiki kendaraan. Jalan pagi ini memang cukup sepi, selain itu cuaca di pagi itu tidak terlalu dingin karena Jepang baru memasuki musim semi.

Selangkah demi selangkah Aoi melewati jalan yang ia lalui setiap hari, namun hari ini ia ingin mampir ke sebuah tempat sebelum pulang ke apaatonya. Di sebuah tikungan di dekat pasar ia berbelok ke arah gang kecil yang hanya muat dilewati satu orang. Tak beberapa lama ia melangkah di depannya tampak jalan keluar dan beberapa toko yang berdesain unik berjejer di kanan-kiri jalan. Aoi lalu melangkahkan kakinya di depan deretan toko-toko yang baru buka di pinggiran jalan itu. Tak lama ia pun melangkahkan kakinya menuju ke sebuah toko dengan deretan bunga-bunga indah di depannya.

“Irasshaimase~~”, seru penjaga toko yang sedang menata bunga di dalam pot kepada sang tamu yang baru datang. Aoi menundukkan sedikit badannya dan kemudian masuk ke dalam toko bunga tersebut. Aoi sempat terheran melihat penjaga toko bunga yang ternyata seorang laki-laki yang kelihatan masih sangat muda itu. Ia baru pertama kali datang ke toko bunga ini. Karena toko bunga langganannya sudah pindah beberapa bulan yang lalu, maka ia terpaksa mencari toko bunga di tempat yang lain yang tak jauh dari rumahnya. Lalu, setelah bertanya kepada Rui, salah seorang pegawainya yang sering menangani dekorasi klubnya merekomendasikan sebuah toko bunga di dekat Shinjuku yang sering ia kunjungi kepada Aoi. Dan memang toko bunga yang direkomendasikan Rui ini terlihat sangat indah, berbagai macam bunga berderet dan tertata rapih mengelilingi tiap sudut di toko itu.

“Ada yang bisa saya bantu?”, tanya penjaga toko bunga itu kepada Aoi dengan sopan.

“Aku ingin membeli bunga”

“Hmmm... kepada seorang gadis?”, tanya penjaga toko bunga itu lagi sambil tersenyum. Aoi cukup terpana melihat senyum penjaga toko bunga tersebut. Entah kenapa ia merasa senyuman penjaga toko bunga itu terlihat lebih cantik dari senyuman andalan gadis-gadis cantik di kabaret klub miliknya sekalipun.

“Ya... usianya 16 tahun”, kata Aoi sambil menahan rona merah yang mulai terlihat di kedua pipinya ketika penjaga toko itu tersenyum untuk kedua kalinya. “Bunga untuk… untuk keponakanku yang baru saja masuk sekolah menengah” Ya, Aoi memang khusus menyempatkan diri datang ke toko bunga ini untuk membeli bunga untuk ulang tahun keponakannya hari ini.

“Ahhh... aku rasa regal lily ini cocok untuk gadis seumurannya”, katanya sambil menyerahkan sebuket bunga berkelopak putih putih yang indah kepada Aoi.

“Baiklah, aku mau yang ini”, putusnya setelah merasa cocok dengan bunga yang direkomendasikan sang penjaga toko.

“Arigatou gozaimasu~” Penjaga toko bunga itu kemudian mempercantik buket bunga yang dibeli Aoi dengan oranamen kupu-kupu kertas hiasan khas tokonya yang indah. Dan tentu saja Aoi tidak perlu membayar lebih dengan tambahan hiasan itu, karena hal itu merupakan pelayanan gratis yang selalu diberikan pihak toko kepada para tamunya. Setelah membayar, ia pun bergegas untuk pulang kembali ke rumah, namun entah kenapa matanya terus tertuju pada bunga-bunga yang sedang dirangkai oleh penjaga toko itu.

“Hmmm... bunga yang sedang kau rangkai itu juga bagus”, katanya sambil menunjuk bunga berwarna merah muda yang tertumpuk di meja kasir.

“Ahhhh… Ini? Ini Hollyhock flowers. Bunga yang sering tumbuh di pinggiran jalan yang hanya tumbuh di pertengahan musim panas”

“Begitu ya…. Bunga ini sangat indah”

“Ya, sangat indah. Aku sangat suka memeliharanya, terlebih perawatannya juga mudah. Ah iya ini, credit card anda Shiroyama Aoi-san. Terima kasih sudah membeli di toko kami~”

“Sama-sama. Aku permisi” Aoi pun segera membalikkan badan dan bergegas kembali ke rumahnya. Namun, baru saja ia keluar dari pintu toko itu memanggilnya dari belakang.

“Ahhh… tu… tunggu, Shiroyama-san!”

“Ya”

“Ini. Bonus karena anda adalah pelanggan pertama toko kami di hari ini”, katanya sambil menyerahkan satu pot bunga yang kelopaknya tampak seperti mawar berwarna merah muda ke pada pria di depannya.

“Ehhh… ini kan… Hollyhock?”

“Anda tahu bunga Hollyhock disebut ‘Aoi’ no hana di Jepang. Nama kecil anda Aoi kan? Aku rasa bunga ini pas untuk anda”, kata penjaga bunga itu sambil menyunggingkan senyum lebar yang lagi-lagi membuat wajah Aoi menjadi merah.

“Namaku Uruha. Salam kenal~”, seru penjaga toko itu sambil mengulurkan tangannya.

++++

“Kau tidak mau mampir?”, tanya Ruki yang baru saja turun dari motor Reita. Reita hanya menggeleng sambil melepas helmnya.

“Tidak usah. Hari ini aku harus mengajar di klub judo” Ya, setiap pagi Reita memang bekerja sambilan mengurus sebuah dojo judo milik temannya di dekat rumahnya.

“Yah, sayang sekali. Padahal aku ingin memperlihatkan desain baju baruku”

“Ahhh…. Kau bisa kirim e-mail saja, nanti setelah pulang ke rumah akan kukomentari”

“Baguslah~ Aku benar-benar optimis dengan desainku kali ini”. Selain bekerja sebagai host, Ruki memang seorang desainer freelance yang mendesain beberapa baju dan aksesoris untuk dijual ke berbagai butik di sekitar Tokyo. Sebelum menjual desainnya, ia terbiasa menanyakan pendapat Reita terhadap hasil karyanya.

“Aku pergi dulu, ya”, seru Reita sambil menyalakan mesin motornya. Ruki memandang kepergian sahabatnya itu sambil melambaikan tangannya.

Ruki memang sudah lama akrab dengan Reita mengingat ia adalah anak tetangga saat ia masih tinggal bersama keluarganya di Kanagawa. Dan bisa dibilang, Reita merupakan satu-satunya teman sejak kecilnya yang masih bersahabat karib dengannya sampai sekarang. Jarang sekali ada orang seperti Reita yang bisa betah untuk bersahabat lama dengannya mengingat sifatnya yang sedikit tertutup setelah kedua orang tuanya bercerai. Baginya, Reita adalah sahabat terbaik yang dimilikinya.

Berbeda dengan Ruki, Reita memandang Ruki dari sudut yang sedikit berbeda. Selain sebagai sahabat, Reita menganggap Ruki sebagai salah satu orang yang harus dilindunginya. Sejak kecil ia telah melihat penderitaan sahabatnya itu yang menjadi emosional setelah ayahnya dipenjara dan ia harus menjadi korban perceraian orang tuanya. Ruki pun pernah terlibat berbagai macam perkelahian saat masih di sekolah menengah. Ruki kecil yang rapuh dan ramah tumbuh menjadi remaja bengal yang tidak bisa diatur. Reita yang setahun lebih tua darinya mencoba menyadarkannya layaknya seorang kakak. Dan Ruki pun berubah setelah mendengar kata-katanya.

Namun, entah kapan perasaan sayang layaknya saudara itu pun berubah.

Ya, sudah lama Reita menyukai sahabat karibnya itu meski tak pernah disampaikannya secara langsung.

Sebenarnya Reita ingin sekali menyampaikan perasaannya kepada Ruki, namun entah kenapa begitu bertatap muka dengan pria kecil itu nyalinya seakan mengecil. Selain karena ia hampir tidak mempunyai waktu untuk mengobrol santai dengan Ruki. Reita juga takut kalau perasaannya ini akan membawa masalah diantara mereka berdua.

Karena di klub tempat mereka bekerja terdapat sebuah peraturan yang melarang adanya hubungan percintaan diantara para pegawainya.

To be continue~

A/N: Thanks for reading. Comments and critics are love~ ^^. Oiya, untuk fanfic bersambung saya sebelumnya ‘Rakujitsu’ sedang dalam proses. Mood mengetik saya memang sempat menghilang beberapa saat, tapi saya akan berusaha melanjutkan judul itu dan fanfic ini sesegera mungkin. Matte ne~ ^^

kiyoharu, screw, fanfic ind, reitaxruki, aoixuruha, the gazette

Previous post Next post
Up