Fan Fiction : One Day One Dream

Feb 26, 2008 11:09

Title : One Day One Dream
Author : kiseki04/bie04
Actors : Nana (Tsubasa's fans), Hideaki Takizawa, Tsubasa Imai
Genre : Ordinary (apa yach?! gw bingung nentuinnya ;p)
Ratings : G - banget!!! XD
Notes : Cerita impian gw. Fu3 sebenernya Nana tuh kan dari nama gw, jadi seolah2 yang ngalamin gw sendiri. Ya namanya juga One Day One Dream

Suatu hari di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, Indonesia.

"Mama, gimana nih...! Oh my GOD aku lupa bawa si Bunny!" teriakku kesal saat menggeledah kembali koperku dan ternyata bonekaku, Bunny, tertinggal di kamarku. Aku memukul-mukul koperku kesal.

"Ya ampun Na, kamu kan dah gede, masa ketinggalan Bunny aja kamu batal ke Jepang sih?!" jawab Mamaku menyindir. Aku menoleh ke Mamaku dengan merengutkan muka.

"Ma, ga mungkinlah aku batal ke Jepang gara2 Bunny. Tapi aku kan jadi ga bisa tidur Ma..." rengek aku. Kakakku, Yoga, hanya tersenyum melihat tingkah manjaku. Aku melotot ke dia supaya dia tidak mentertawaiku.

"Jadi, mau kamu gimana sih Na?" tanya Mamaku. Aku terdiam, berpikir.

"Na, nti Tsubasa ngetawain lu lho kalo tau fans-nya masih tidur ma boneka kelinci-nya... Hahahaha" ledek Kakakku. Aku kembali melototin dia supaya dia ngga nyampurin masalahku ini.

"Argh, gimana donk Ma!" kembali aku merengek. Padahal, sebentar lagi pesawat yang menuju ke Jepang akan berangkat. Aku panik setengah mati. Aku ngga mungkin nyuruh Papaku kembali ke rumah cuma buat ngambil Bunny! Oh, ga dech daripada aku harus nunggu 2 jam lagi buat nungguin pesawat yang berangkat ke Jepang. Aku dah ngga sabar buat nonton konser Tsubasa. Oh My God, baru ngebayanginnya aja dah bikin gw melayang-layang ga jelas gini.

"Woi, jadi mau lu gimana sih Na!" kata Yoga menyadarkanku. Aku kembali melotot ke dia.

"Ya udah, ga gimana-gimana! Ya kata elu Ga, nti Tsubasa ngetawain gw kalo gw pas konser bawa Bunny. Ok, berangkat aja deh!" ajakku ke Yoga. Aku menarik tangan kakakku dengan kencang. Kami buru-buru pergi ke Lobby bandara.

"Mama, Papa, dadah! Don't Miss me yach! Hehehe...!" teriakku pada Mama dan Papa yang sekarang melambai-lambaikan tangannya pada kami.

"Ga, jada adekmu yach! Awas ilang... Jaga kesehatan yach! Telpon sesering mungkin..." balas Mamaku dengan teriakan juga. Papa hanya diam tersenyum sambil tetap melambai-lambaikan tangannya.

"Iyaaaaa Ma!" jawab Yoga dengan teriak juga.

Aku menarik nafas dengan lega saat aku sudah terduduk di dalam pesawat. Aku melihat Yoga sibuk melihat-lihat brosur Hotel dimana kami menginap nanti saat di Jepang. Aku hanya tersenyum melihat kesibukannya itu.

Akhirnya, setelah sekian lama keinginan terbesarku tercapai juga yaitu pergi ke Jepang nonton Tsubasa konser. Kyaaaaaa, aku berteriak dalam hati. Gw bener-bener excited banget dengan perjalanan gw nanti. Dah ga sabar nih. Setelah sekian lama menabung, bersabar untuk ga jajan yang aneh-aneh dan ikutan magang di tempat Yoga kerja, yah walopun lebih tepat kerja rodi daripada magang, akhirnya duit 50 juta bisa juga kekumpul. Fufufu, senangnya.....

Yoga melihatku dengan aneh, mungkin dia heran kenapa daritadi aku senyum-senyum terus. Aku cuekin dia dan kembali dengan lamunanku.

Yoga, kakakku satu-satunya dengan setia mau mengawal aku, makhluk lemah ini. Dia sebenernya ngga mau, tapi dia ngga tega ninggalin aku sendiri di Jepang, negara asing yang full of orang-orang asing juga. Alesan terkuat sih karena disuruh ma Mama n Papa buat nemenin aku. Soalnya Papa sama Mama lagi sibuk dengan kerjaan, lagi banyak orderan kata mereka sih. Jadi, sebagai ganti mereka ya Yoga dech! Aku seneng kok ditemenin ma Yoga, tapi keselnya aku tuh dia terlalu over protected, jadi rada risih juga ngeliatnya. Dan suka banget ngejailin aku tentang Tsubasa.

"Makan dulu tuh, nti dingin" towel Yoga kembali membuyarkan lamunan indahku. Terlihat didepanku telah tersedia makanan serta minuman untuk makan siangku. Aku baru menyadari kalau perutku belum terisi makanan sedikit pun, soalnya dari pagi aku sibuk mengecek-cek barang bawaanku sehingga lupa deh buat sarapan.
.....................................................................................
Aku panik, aku ngga nyangka bakal begitu banyak orang di Jepang. Aku kehilangan sosok kakakku. 'Tenang Na, mungkin kakak lu ga jauh2 dari tempat lu' pikirku menenangkan diriku sendiri. Aku seret koperku menuju tempat duduk yang tidak jauh dari tempatku berdiri. Aku berjuang keras menuju tempat yang aku tuju, soalnya begitu banyak orang yang lalu lalang. Mereka begitu sibuk dan terburu-buru, pikirku apa orang Jepang workoholic semua yach... Aku ngga peduli, pokoknya tujuan utamaku sekarang menuju tempat duduk di depanku. Padahal jaraknya dekat, tapi begitu jauh karena begitu banyak orang-orang yang berlalu lalang tadi. Argh, aku mulai kesal dan cape karena koperku begitu berat serta aku banyak mengeluarkan tenaga untuk melawan arus orang-orang tersebut.

Fuh, akhirnya aku bisa sampai pada tempat duduk itu. Sekarang aku benar-benar lelah, tapi mataku tetap mencari-cari sosok kakakku. Aku tidak mau menjadi anak hilang kayak gini. Oh tidak, perjalan pertama ku ke Jepang hancur gini. Aku mulai tidak bisa menahan kekesalanku dan kelelahanku, airmataku mulai membasahi pipiku.

Tiba-tiba aku melihat sosok kakakku dari kejauhan. Aku buru-buru mengambil koperku dan berusaha mengejar sosok tersebut agar tidak kehilangan. Tiba-tiba... *bruak* aku menabrak seseorang yang sedang jalan ke arah yang berlawanan dengan arahku berlari. Barang-barang dalam koperku berserakan dimana-mana begitu pun dengan barang-barang orang yang ku tabrak tadi.

"Sumimasen...sumimasen..." ucapku buru-buru sambil memungut barang-barangku yang tercecer kemana-mana.

Aku tidak sempat berpikir untuk membereskan kembali barang-barangku, aku asal saja meletakkan barang-barangku tersebut. Aku takut kehilangan sosok kakakku. Sambil memunguti barang-barangku serta barang-barang orang tersebut aku sempatkan untuk menoleh ke arah sosok kakakku terlihat. Aku tercengang, sosok tersebut sudah menghilang entah kemana, tidak lagi terlihat olehku sekarang.

Karena tidak bisa terbendung lagi, keluarlah airmataku dengan deras. Airmata tersebut mengalir melewati pipiku dan mulutku. Aku yakin, tampangku sudah kacau berantakan karena airmata itu. Aku sesenggukan menahan tangisanku yang mungkin bakal meledak.

"Ano... Daijyoubu ka?" tanya orang yang aku tabrak.

Aku hanya mengangguk-anggukan kepalaku, aku tidak berani untuk membuka mulut, takut tangisanku meledak. Aku kembali sibuk membereskan barang-barang ku serta barang-barangnya. Terlihat kartu nama orang tersebut terlempar cukup jauh, aku merangkak untuk mengambilnya. Aku melihat sekilas kartu nama tersebut. Tertulis nama kanji yang tidak bisa aku baca. Tapi, terlihat olehku kanji tersebut sangat familiar. 'Bukannya itu kanji Tsubasa yach' tanyaku dalam hati. Tapi aku menepis pikiran yang melintas dalam pikiranku. Buru-buru aku memberikan kartu nama tersebut kepada orang itu. Sebelum sempat aku kasih kartu nama tersebut. Aku terpekik pelan.

"Imai Tsubasa..." selintas aku eja kanji dari kartu nama tersebut, aku ga percaya dengan yang aku baca. Saat aku mendongakkan kepalaku ke arah orang tersebut berdiri, buru-buru aku tutup mulutku. Kyaaaaaaaa, teriakku dalam hati. Tsubasa...Iya beneran Tsubasa... OMG! Aku ga bisa mikir, aku bengong saat melihat mukanya yang sangat familiar itu.

Tapi aku masih bisa berpikir dengan jernih, aku mengembalikan kartu namanya yang sekarang sudah lecek gara-gara aku pegang dengan kuat.

====semua bahasanya pakai Jepang, tapi untuk lebih mudah untuk dibaca sudah diterjemahkan ke Bhs Indonesia====

"Hai, arigatou" ujar Tsubasa. Dia memandang heran melihat kartu namanya telah lecek. kemudian dia tersenyum padaku. OMG, senyum 1000 bintang, silau banget...

"Anda turis yach?!" katanya sambil mengulurkan tangannya padaku. Aku kaget dengan tindakannya, sejenak aku diamkan tangan Tsubasa. Tapi segera aku sambut tangan tersebut. OMG, tanganku serasa meleleh dalam tangannya, begitu hangat dan kuat.

"Hai..." akhirnya ada kata2 yang bisa aku ucapkan. Aku begitu gugup. Aku sadar dengan penampilanku yang sekarang berantakan, jadi aku sibuk membenarkan pakaianku.

"Dozo..." Tsubasa menawarkanku tissue. OMG, tissue dari Tsubasa. Dengan gemetar aku mengambil tissue dari tangannya. Aku dengan berat hati memakai tissue itu untuk menghapus jejak airmata pada pipiku. Padahal, kapan lagi dapat tissue dari Tsubasa.

Tsubasa mengambil koperku dan membawanya pergi ke tempat duduk dimana aku semula berada.

"Sini, duduk..." Dia memberikanku tempat duduk di sebelahnya. Aku dah ngga bisa ngomong apa-apa. Aku kayak robot yang menurutin apa katanya. Aku hempaskan badanku di kursi itu. Sekarang Tsubasa memandangiku heran bercampur kawatir. Aku begitu excited sampai ga berani liat wajahnya.

"Anda kenapa?! Oh, sumimasen perkenalkan saya Imai Tsubasa" kata Tsubasa mengulurkan tangannya memperkenalkan diri. Ya ampun bahasanya sopan banget. Dia pakai kata 'sumimasen' dan 'anata'.

"Na...na...Nana desu!" jawabku sambil meraih tangan Tsubasa. Kami berjabat tangan begitu lama. Setelah lepas tangan, Tsubasa mengeluarkan dompet dan memberiku kartu nama yang masih bagus dan bersih. Aku jadi ngga enak buat nerimanya.

"Er... kartu nama yang tadi juga gapapa kok Imai-kun!" kuberanikan diri untuk ngobrol biasa.

"Oh, tidak bisa. Itu namanya tidak sopan. Saya memberikan ini untuk Anda" paksa Tsubasa padaku untuk mengambil kartu namanya dari tangannya. Bunyi jantungku sudah ga karuan, kalo lebih dari ini mungkin aja tuh jantung bisa loncat.

"Sumimasen, Anda tadi kenapa? KOk terlihat buru-buru sehingga tidak melihat jalan. Dan kenapa Anda menangis?" tanya Tsubasa terlihat cemas.

Aku baru sadar aku sedang punya masalah besar yaitu aku kehilangan kakakku. Kembali airmataku mengalir lewat pipi. Tsubasa yang melihatnya heran, dan buru-buru dia mengeluarkan tissue dan memberikannya padaku.

"Daijoubu ka?" tanyanya kembali dengan nada cemas.

Aku hanya sesenggukan mendengar pertanyaannya. Aku tau aku harus menjawab pertanyaanya, tapi aku ngga sanggup buat ngomong.

"Tsubasa-kun, lu nangisin anak cewe yach?! Waduh, sekarang malah orang asing lagi... Hehehe!" aku dengar suara dari belakang. Dan ternyata itu suara Takki. OMG kok pas keadaan gw kacau gini malah ketemu sama mereka sih... Tapi, aku kutuk diriku sendiri. Soalnya kapan lagi aku ketemu mereka, ya walopun waktunya ga tepat.

"Sst..." Tsubasa meletakkan jari telunjuknya ke mulutnya. Takki langsung diem digituin ma Tsubasa.
"Emang ada apa sih? Kok keliatan serius amat!" tanya Takki ke Tsubasa. Tsubasa menunjuk diriku yang menunduk sedang menangis.

"Na-chan! Eh boleh kan saya panggil Anda seperti itu" tanya Tsubasa. Aku segera menganggukan kepalaku. Udah untung ketemu ma kamu, Tsu...eh malah dipanggil pake nama lagi...beruntungnya diriku. Pikirku licik. Takki memutar melewati diriku dan sekarang berdiri di samping Tsubasa.

"Na-chan, namanya?! Lucu juga..." Tsubasa hanya melotot ke Takki denger lawakan Takki.

"Ayo donk cerita, Saya tidak enak kalau kamu tiba-tiba menangis seperti ini. Apakah saya yang salah?! Ataukah ada sesuatu yang sakit saat tabrakan tadi?" tanya Tsubasa borongan.

Takki sibuk melihat jam. Takki nowel ke Tsubasa nunjukkin jam ditangannya. Aku ngerti mereka pasti mau pergi ke sesuatu tempat dan aku penghalang mereka buat pergi. Aku jadi ga enak hati ma Tsubasa.

"Ano~ Imai-kun! Atashi wa daijyoubu desu! Jadi Imai-kun, pergi aja... Hountoni arigatou buat semuanya." Aku tundukkan kepalaku ke mereka berdua. Aku benar-benar rela ngebiarin mereka pergi, soalnya aku takut konser Tsubasa malem ini gagal gara-gara ngurusin aku. Hohoho, kegeeran sekali yach diriku ini.

"Hmm, saya... saya sedang mencari kakak saya! Kami, kami terpisah saat keluar dari pintu pesawat tadi." Aku jawab dengan perlahan, takut air mataku kembali mengalir.

"Ooo, cuman itu?! Kenapa ga ke bagian informasi aja buat nyari kakak kamu?!" Tiba-tiba Takki nyeletuk.
Jedarrrr!!! Aku tepuk kengingku keras-keras. 'Iya! Bener juga kata Takki, gila kok gw ga bisa mikir ampe sejauh itu sih?!' Kembali, aku kutuk diriku, sekarang karena aku kelewat bego.

"Heh?! Bener juga Hide kun! Kalau gitu, gimana kalau sebelum kita pergi, kita antar Na-chan ke bagian informasi?! Ne?!" kata Tsubasa manja ke Takki. Takki tersenyum.
"Ya udah, gapapa! Kalo gitu kita secepetnya anterin Na-chan, gw ga mau lu telat latihan buat konser lu."
'Oh, mereka so sweet banget!' Aku hanya menatap kagum ke mereka. Bahasa Jepang mereka cepet banget, aku hanya mengerti sedikit-sedikit.

"Ok, Na-chan! Ayo kita ke bagian informasi. Kita bakal nemenim kamu ke sana." Tsubasa mengulurkan tangannya kepadaku, berusaha membantuku untuk berdiri. 'Please~ Tuhan kuatkan lah diriku... Jangan sampe gw pingsan gara-gara dapet perlakuan super ini dari my ichiban!!!'

Tentu saja, aku sambut tangan Tsubasa. 'Kesempatan langka! Kapan lagi coba???' aku tersenyum sendiri sibuk dengan pikiranku.
Kemudian, aku sibuk mengambil tas bawaan serta koperku. Tapi, Takki menepis tanganku dan sekarang ia mengambilalih barang-barangku.

"Udah, gw kuat kok! Barang-barang ini terlalu berat buat cewe. Ayo, jalan!"
"Ah, Takizawa-kun, hountoni arigatou!" aku tundukkan kepalaku ke arahnya. Dan, kami mulai berjalan menuju ke bagian informasi.
Oh yah, tangan Tsubasa masih tetap memegang tanganku. Aku hanya bisa berdoa dalam hati, supaya aku diberi kekuatan untuk tidak pingsan.

Akhirnya, kami sampai juga di bagian informasi. Tsubasa langsung ngobrol sama orang di bagian informasi tersebut. Kemudian, dia menoleh kepedaku.
"Kakak kamu ciri-cirinya bagaimana?!" tanya Tsubasa.
"Oh, dia memakai baju merah jaket hitam dan celana jeans hitam. Hm, rambutnya pendek, warna hitam. Oh yach dia juga bawa-bawa koper." jelasku panjang lebar.
Lalu, Tsubasa kembali sibuk memberi keterangan ke orang tersebut sesuai dari omongan aku.
"Oh yah, nama kakak kamu?!" tanya Tsubasa kembali.
"Yoga! Yoga Pratama! Oh, Yoga Parutama~" aku berusaha menjelaskan nama kakakku yang Jawa banget ke dalam pembacaan bahasa jepang. 'fuh, semoga mereka ngerti dan bisa ngucapinnya!'
"OK!" jawab Tsubasa.

Tiba-tiba terdengar suara toa yang walaupun aku tidak terlalu mengerti artinya, tapi aku yakin itu informasi tentang pencarian kakakku.
Beberapa menit, kami menunggu dibagian informasi untuk menunggu kedatangan kakak ku entah itu darimana.
"Nana! Na!" sayup-sayup aku mendengar suara kakakku dari kejauhan.
Tiba-tiba aku mersakan getaran yang lumayan keras, menyebabkab badanku goyang ke kanan ke kiri.
'heh?! jangan-jangan ada gempa?!'
Aku memandang panik ke Tsubasa dan Tackey yang semakin kabur dari pandanganku. Mereka hanya tersenyum kepadaku. AKu heran melihat rekasi mereka yang biasa-biasa saja.

"Nana! Nana! Na!" suara Yoga kembali terdengar dan semakin kencang.
"Na~ bangun! Mau nyampe di bandara jepang nih! Dasar tukang molor!"
'Bangun?! Bandara Jepang?!' aku bertanya ke diriku sendiri. Aku semakin bingung dengan perkataan kakakku tersebut.

Kemudian, aku sekarang benar-benar melihat dengan jelas pemandangan dalam pesawat. Terlihat di depanku belakang kursi dan suara Yoga menyadarkanku ke dunia nyata.
"Ga, ini beneran di pesawat?!"
Yoga menatapku heran.
"Ya iyalah! Lu kenapa sih?! Bangun ah, bentar lagi nyampe nih! Lu ga mau kan gw seret-seret pas keluar dari pesawat?!" jawab Yoga seenaknya.
'Tidaaaaaaaaaaaaks, Tsubasa! Takki! Jadi, jadi itu semua, itu semua MIMPI?!'
"Yoga jahat!!!" aku pukul pundak kakakku. Kesal sekali harus keluar dari mimpiku yang indah tersebut.
"Jahat kenapa?! Udah bagus gw bangunin kan?! Daripada gw tinggal lu di sini trus lu ga jadi nonton Tsubasa. Dasar!" protes Yoga sambil menggetok kepalaku.
"Huhuhuhu, Yoga jelek! Sebel, sebel!!!" aku meraung-raung manja sambil menutupi mukaku dengan tangan.
"nih anak, kesambet apa sih?!" omel Yoga pelan.
"Woi, Na! Lu kenapa?! Sakit ato apa?! Jangan bikin gw takut ah! Di Jepang ga ada dukun yang bisa nyembuhin lu ntar!" canda Yoga sambil mengelus-elus kepalaku.

"Huhuhuhuhu~ Tsubasa!"
"Iya bentar lagi juga lu bakal ketemu, sabar napa! Cep..cep..cep.."
Aku mendelik ke arah kakakku.
"Bukan itu! Ahhhh Yoga BAKA!"
"Apa sih?!"
Sepanjang perjalan ke bandara jepang aku hanya cemberut ke kakakku, dan kakakku sibuk menanyaiku alesannya kenapa aku bersikap sperti itu.
'Yoga Payah!' aku kutuk kakakku.

fanfic, mine, t&t

Previous post Next post
Up