actually--two weeks after the trip. well yes. anggep aja emng sebelom, ya....
hujan menyerang bumi bertubi-tubi dalam waktu yang cukup lama untuk meninggalkan beberapa genangan yang menyusahkan pejalan kaki dan pengendara motor. bau hujan tercium dengan jelas; mengajak angin dan awan gelap beriringan bersama-sama. secara berulang-ulang, tetesan-tetesan air menyerang secara teratur dari tiap lekukan gazebo yang terpasang. menimbulkan bunyi rintik yang bergedebuk keras.
"hujan..." ucapnya setengah berbisik; pada dirinya sendiri.
"besok kamu mau pergi, kan?" seorang lelaki tua; gendut, dengan punggung yang sedikit membungkuk, rambut yang lima puluh persen memutih. kumisnya tipis--membentuk sebuah barisan yang sejajar. bintik-bintik hitam mengihiasi wajahnya yang keriput; dia berkata sembari menyeringai tidak tajam. memperlihatkan barisan-barisan giginya. cukup rapi, kecuali untuk beberapa diantaranya yang sudah tanggal.
orang ini terlihat sudah lewat beberapa tahun--cukup banyak--setelah menengahi abad; masih mengenakan kemeja putih dan celana bahan berwarna krem. di jarinya bertengger 3-4 buah benda berkilauan; mengendurkan dasi yang mengikat kerah kemejanya.
"mau pergi kemana?" ia bertanya lagi. pada seorang anak lelaki yang merenggangkan tubuhnya di atas kasur bertutupkan kain lembut; mungkin sutra yang sangat ekstrim--berwarna crimson. sehelai handuk bersandang di pinggulnya yang kecil. menutupi hampir separuh bagian bawah tubuhnya--kecuali--dengan belahan yang tidak kira-kira. rambutnya masih basah--menebarkan bau shampo yang masih merebak dengan aroma lembut yang enak.
allen bangkit; menopang dengan sikunya. perlahan bangun, dan berdiri. berjalan mendekati pria itu.
"ke... bali." well-- everyone knows bali. who doesn't? sebuah pulau yang romantik. terlalu romantis--dengan pantainya yang berlebihan eksotis. atau dengan orang asing yang bertelanjang dada tanpa sadar akan jenis kelamin?
pokoknya. ya. romantis.
dia berdiri--berhenti tepat di depan pria tua itu. dapat diketahui--dari badannya yang sudah membungkuk, berarti si tua ini badannya dulu--besar. karena biar bungkuk juga-- allen tidak lebih tinggi. tidak, allen tidak pendek. hanya saja memang si pria tua ini lebih besar.
tangan pemuda itu terulur. pertama, meraih kepala pria itu, mengacak-acak rambut kakunya. kedua, melingkarkan kedua lengannya dan mengaitkan kesepuluh jarinya di belakang leher lelaki tua itu. ketiga, dengan suaranya yang dibuat-buat, sambil memainkan mulut di matanya.
"a great place for great sex. sayang banget kalo dilewatin gtu aja, kan?" mengusap wajahnya pada leher pria itu.
pria tua itu terkekeh; masih bergulat dengan ikat pinggang kulitnya. "naughty little--allen," ucapnya seraya meraih pinggang anak itu dengan tangan kirinya.
allen tertawa. bibirnya bergerak--berbisik di telinga orang tua itu. "will daddy miss me?" dan isi mulutnya bergerak liar. menggerayangi daun telinga, leher, bibir, sengaja tanpa ingin mengontrolnya. bergerak bebas.
kecupan yang sama sekali bukan sebuah keindahan--dengan dentuman erangan pelan--yang membuat si tua itu agaknya tertawan.
pelan-pelan, sangat perlahan, tanpa termaksudkan, kaki mereka mundur. sangat perlahan. mendorong dengan ketidaksengajaan, seperti sebuah kebiasaan, memojokkan mereka, ke atas bidang segi empat, dengan layar crimson sebagai layarnya. mendudukkan si pemuda itu di pinggirannya.
pria itu kembali terkekeh. dengan gerakn halus, menyembunyikan telapak tangannya di balik handuk putih. "i will. but i bet you won't..."
pemuda itu memejamkan matanya., mulutnya membuka tanpa suara. kepalanya dilentingkan kebelakang. sembari--ia mengeluarkan seringai di bibirnya yang tipis.
well. i don't know. things won't be that simple, right?
.