Entangled in Spider’s Web
By: itachi4ever
Disclaimer: Air Gear dan KHR bukan punya aye? :-“
Rating: T
Warning: OOC (maybe?), shonen-ai
Pairing: AgitoOC *dikepruk*, KazuOC (rikues), IkkiSimca, MukuTsuna, YamaGoku, DinoHiba
Summary: Karena terjerat di benang laba-laba itu terasa antara nikmat dan menyakitkan-nikmat karena cinta yang diperoleh namun menyakitkan mengingat semua itu bisa jadi hanya ilusi. Air GearXKHR
A/N: Maraton ah, langsung bikin chap 2 83 *shot*
Chapter One: The Name’s Vongola!
Without conversations or such, I'm able to dive inside you
And read your thoughts on a strange night
Aneh, mereka baru pertama kali bertemu. Akan tetapi, rasanya mereka seperti memang ditakdirkan untuk bertemu.
Mata itu seolah menyimpan dosa yang sama. Menyaksikan pertumpahan darah yang sama.
Tapi, hei, apakah tangan mereka berlumuran darah yang sama?
Siapakah yang peduli? Haruskah mereka peduli bila hanya mereka yang merasakan ini? Karena, yang memiliki perasaan ini dan menganggapnya berharga serta terus menjaganya, hanyalah mereka, bukan?
Ya, mereka mengerti satu sama lain. Mereka tidak perlu kata-kata ataupun perantaraan orang lain. Hanya dengan ini, mereka sudah mengerti.
As if your name is a spell; it's on infinite repeat
I hate it and try digging my nails into the backs of my hands
Karena, hanya dengan mengatakan itu saja, hanya nama itu yang terulang di kepala mereka.
Dunia ini adalah mereka.
***
“FUCK!”
Entah ini sudah meja keberapa yang menjadi korban kemarahan yang mendidih di hati sang mantan Fang King. Yeah, bagaimana dia tidak kesal? Serangan kebanggaannya digagalkan dengan begitu mudahnya oleh seorang yang tidak dikenal. Seandainya yang menghentikannya adalah seorang yang memang dikenal sebagai profesional, mungkin dia tidak sekesal ini. Tapi masalahnya orang itu...
...siapa dia juga masih tidak jelas.
“Hei, hei, Agito, daripada marah-marah begitu terus mending udahan deh,” tegur Ikki tapi dari jarak jauh. Dia juga gak mau lha yauw ngambil resiko ngedeketin hiu ngamuk. Salah-salah bisa dicabik dia. “Lagipula, kemarin kau juga belum serius lawan dia kan? Keknya gak perlu juga marah begitu--”
“Ikki! Agito!”
Mereka berdua menoleh dan mendapatkan Ringo menghampiri mereka. Kira-kira ada urusan penting apa ya sampai gadis berambut merah magenta itu terburu-buru menghampiri mereka seperti ini? Seolah ada sesuatu yang sangat penting dan mendesak untuk diselesaikan. Apa mereka dapat penantang baru? Atau...
“Hah...haaah... Yang lainnya mau pergi menonton battle ini, jadi kupikir sebaiknya aku juga mengajak kalian,” kata Ringo sambil mengatur nafasnya. “Ada tim baru yang menantang salah satu tim B-Class di sini, Tight Wild. Battlenya di dekat sekolah, jadi kita bisa langsung pergi.”
“Tumben kita nonton pertandingan orang lain,” komentar Ikki. “Biasanya kita cari lawan doang.”
“Gagak bodoh, ini untuk strategi mengukur kekuatan,” hardik Agito. “Lagipula, melihat tim baru itu dihajar habis-habisan, kita bisa tahu sejauh apa kekuatan Tight Wild, kan? Mungkin dia lawan kita berikutnya.”
“Hah? Hah?”
Dua orang itu menghela nafas melihat Ikki yang masih saja setia abal dengan tampang bingung gak ngertinya.
“...percuma menjelaskan panjang lebar padanya.”
***
Yak, sepertinya tim ini akan mengadakan battle khusus untuk tingkat B. Disk. Peraturan yang sederhana: tim yang memegang disk akan berusaha mencetak angka sementara tim lawannya bertahan sambil berusaha merebut disknya. Peraturan khusus: pemegang disk bisa menyerang siapa saja tetapi yang lainnya hanya boleh menyerang pemegang disk. 3 set, setiap set berakhir setiap kali satu tim mencetak 10 skor.
Pertandingan yang sepertinya akan berakhir dengan sederhana. Setahu mereka, tim penantang ini hanyalah tim baru yang dibentuk beberapa bulan yang lalu. Sementara Tight Wild? Ha! Dia itu sudah veteran, berdiri entah sejak berapa tahun yang lalu dengan banyak pemain kelas A di dalamnya. Mengherankan bukan kalau sampai ada yang berani melawan tim seperti itu?
Sungguh, mereka tidak habis pikir. Apalagi melihat kalau pemimpin tim Tight Wild terlihat begitu berpengalaman. Seorang pria dengan tubuh tinggi kekar, wajah yang menunjukkan keyakinan. Oh, tidak seorang pun di sana berharap kalau tim yang dipimpin oleh seseorang seperti itu akan kalah. Apalagi kalau...
...yang melawannya hanya seorang pemuda yang datang bersama dua orang pria dan satu...bayi kecil?
“Hmp...HAHAHAHA!” raung si ketua tim Tight Wild. “Hei, kalian ini benar-benar meremehkanku! Tim macam apa kalian, punya anggota seorang bayi?!”
Bayi...atau balita yang mengenakan setelan hitam-hitam itu hanya mendengus pelan, sementara pemuda berambut coklat itu berjengit sedikit. Tangannya menggenggam erat suatu tabung yang banyak ukiran di setiap sisinya, seolah takut kalau benda itu sampai lepas. Salah satu dari pria yang menemaninya berambut pirang dan mengenakan pakaian montir serba hijau, dan juga google biru menutupi matanya. Yang satunya lagi hanya pria biasa berambut coklat berantakan dan mengenakan kacamata.
Penampilan mereka mengundang tawa dari seluruh penonton.
“Tertawalah selagi kalian bisa,” kata bayi itu dengan penuh keyakinan. “Tetapi, kalian itu terlalu lemah hingga bahkan aku pun tak perlu turun tangan.”
Tawa liar si pemimpin Tight Wild terhenti dan dia pun memelototi pemuda berambut coklat yang nampak ketakutan itu. Si pemuda semakin mundur ke belakang, berusaha menghindar tapi malah tidak bisa karena dipelototi bayi kecil itu.
“Hei, bocah! Kalau kau sampai kalah, janjilah kalau kau akan mengajari adikmu ini bicara dan jilat sepatuk-”
“Oya, how rude. Tsunayoshi-kun hanya boleh menjilatku, wahai tuan yang budiman.”
Terdengar bunyi besi yang bergesekan dengan udara dan dalam sekejap, sebilah trident telah mengancam memotong leher Sir Tight Wild. Sang pemegang trident berdiri tanpa ragu, tangannya yang kiri menggenggam senjata itu dan tangan kanannya sibuk merapikan rambut biru panjangnya yang menghalangi matanya. Dia pun tersenyum, sedikit manis tapi juga sadis, dan semakin mendekatkan bagian tajam senjatanya ke leher pria menjijikkan itu.
“Atau kau lebih memilih untuk menjilat seekor anjing?”
“Mu-Mukuro berhenti!” pekik pemuda berambut coklat berantakan itu. “K-kan perkataan seperti itu sudah biasa di awal pertarungan.”
“Ketahuilah, Sawada, dia itu posesif.”
Kali ini komentar lain menyahut dan tanpa diduga-duga, dari counter teh hijau, terbanglah seekor burung kecil dengan warna kuning muda. Burung itu diikuti oleh seorang pria dengan rambut hitam acak-acakan, yang mengenakan jas hitam dengan kemeja ungu. Pria itu meminum tehnya dengan tenang, tampak tidak peduli dengan keadaan sekelilingnya tapi sepertinya sedikit kesal karena sesuatu.
“Kufufufu. Hal yang sama bisa kukatakan padamu, Kyoya.”
“Berhenti kalian berdua. Belum waktunya kalian keluar, tahu,” tegur si bayi dengan mata yang menyipit berbahaya. “Jangan mengacau dengan rencana. Seharusnya kalian menunggu Baka-Tsuna memutar pilihannya.”
“Aku tidak suka ada orang yang macam-macam dengan apa yang menjadi milikku,” kata pria berambut biru nanas itu dengan tajam, tetapi matanya melempar kedipan nakal ke pemuda berambut coklat itu.
“Sudahlah, sudah,” kata pria dengan kacamata sambil berdiri di antara mereka semua. “Bagaimana kalau kita biarkan Sawada-san memulai ‘Pilihan’nya?”
Yang lain terdiam dan pemuda yang sejak tadi dipanggil sebagai ‘Sawada’ dan ‘Tsuna’ pun mengangguk. Sebuah cincin di jari tengahnya pun menyala oranye dan dia menyentuhkannya ke salah satu sisi tabung yang dipegangnya.
“Choice.”
Angka-angka di tabung itu berputar dengan kecepatan tinggi, sebelum pada akhirnya...
...berhenti dengan angka 1 di sisi simbol matahari, kabut, awan, dan angka 2 di sisi simbol badai.
“Satu Sun, satu Cloud, satu Mist, dan dua Storm. Dan yang akan pergi adalah...?” kata bayi itu dengan seringai yakin di wajahnya.
Terdengar raungan penuh semangat dari antara kerumunan orang dan orang-orang segera menyingkir melihat jelmaan banteng yang menyeruak di antara mereka. Sesuatu yang ternyata jelmaan banteng betulan...err maksudnya seorang pria dengan rambut putih dan kulit agak coklat, tampak sibuk meninju-ninju ke depan, padahal tidak ada yang ditinju. Nice. Sangat.
“OOOGH! EXTREME! AKHIRNYA AKU MENDAPAT GILIRAN UNTUK MAJU! TO THE EXTREME LAH SEMUA UWOOOOOOOOOOOOOOOO!!!”
Sweatdrop. Antara itu, atau menutupi telinga. Silahkan pilih apa yang menurut kalian menjadi pilihan yang terbaik, saudara saudariku tercinta. Tapi kalau mau, saya sarankan anda untuk memilih bagian yang kedua. Lebih pas, lah yauw. Soalnya kalau tidak, saya akan merasa kasihan dengan telinga anda.
“Satu Cloud...jelas sekali siapa...” kata bayi itu lagi sambil tersenyum dan melirik pria berambut hitam yang masih saja minum teh hijau. “Untuk Storm perlu dua...eh?”
“JYUUDAIME!”
Seorang pria dengan rambut perak keabu-abuan tampak berusaha menembus kerumunan. Dia mengenakan jas hitam dengan kemeja merah. Nafasnya terengah-engah seperti baru saja berlari keliling bumi selama sepuluh jam. Dan kau tahu apa yang ada di atas kepalanya? Seekor kucing berwarna putih, yang masih mengeong-ngeong.
“Gokudera-kun, ke mana saja?” tanya pemuda berambut coklat tadi dengan cemas.
“Ma...maafkan saya terlambat! Agh! Hukumlah saya atas ketidaktaatan saya ini!”
Sementara si Gokudera itu memohon-mohon pada Tsuna untuk dihukum, bayi misterius yang tadi hanya menatap yang lainnya, seolah tidak peduli dengan nasib Gokudera dan hanya menginginkan masalahnya cepat selesai saja. Oh well, sepertinya memang seperti itu sih keinginannya. Dasar.
“Satu lagi...Hibari, di mana dia?”
“Di sini,” kata suara malas dari belakang mereka, tepatnya dari seorang gadis dengan rambut hitam pendek yang sedang asyik melahap ice cream. “Nyem...kenapa harus Stormnya dua sih?”
“Berarti Mist...tentu saja Mukuro, bukan?”
“Ah? Noo...” keluh pria dengan rambut biru tua itu sambil menggelengkan kepalanya. “Sori, tapi Tsunayoshi-kun kan nggak ikut, jadi aku juga nggak ikut. Aku kan harus melindungi Tsunayoshi-kun. Kalau Mist lagian...ada yang satu lagi kan?”
Dari atas bangku-bangku penonton, satu suara pun menyahut, dengan nada yang licik dan senyum yang senantiasa mengembang.
“Yoo! Tentu saja aku mau, Onii-san.”
***
Membingungkan.
Pada awalnya, mereka sama seperti sebagian besar penonton di sana. Awalnya, Ikki, Kazu, Buccha, Onigiri, Agito, Emily, Ringo, dan Yayoi juga tertawa bersama dengan para penonton ketika melihat penantang tim Tight Wild. Tiga orang dengan tubuh kurus dan seorang bayi. Mana ada lagi tim yang lebih brilian dari itu?
Tetapi, senyum mereka lama kelamaan menghilang bersamaan dengan berlalunya waktu dan terkuaknya kejadian di depan mereka. Dimulai dari kemunculan pria dengan rambut biru tua yang segera mengancam ketua Tight Wild. What the hell, itu kan pria yang mereka temui di kedai ramen, bukan? Lalu datang lagi yang berikutnya, pria dengan rambut hitam pendek yang kemarin menghentikan serangan Agito tanpa berbuat apa-apa. Dan satu demi satu, berdatanganlah anggota tim yang tidak mereka lihat sebelumnya. Lalu terakhir...
“Yoo! Tentu saja aku mau, Onii-san!”
Dari sebelah mereka.
Suara itu datang dari sebelah mereka.
Delapan kepala langsung berbelok ke arah kiri, tepatnya ke arah Agito duduk. Dan, di sebelah Agito, sudah duduk si gadis berambut biru tua yang kemarin ramennya dicuri Ikki. Dia tersenyum sedikit manis, matanya melengkung membentuk bulan sabit terbalik dan tangannya sedikit melambai, ke arah mereka.
“Hei,” sapa gadis itu tanpa canggung. “Sebenarnya aku mau minta kompensasi ramen yang dicuri sih... Tapi apa boleh buat, sudah terlanjur dipanggil. Sekarang terpaksa turun dulu deh. Tapi ingat ya, aku pasti akan meminta kembali ramenku. Kufufufu...”
Hanya sedetik, dan gadis itu sudah menghilang sekali lagi.
“HAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAANTUUUUUUUUUUUUUUUUU!!!”
***
Keluar dari lapisan kabut putih yang tebal, gadis dengan rambut biru tua bergaya pineapple itu mendarat dengan anggun di lantai, kedua kakinya menapak dengan sempurna. Postur tubuhnya tidak berubah, punggungnya tetap tegak dan senyumnya tetap ada di sana. Dia pun berjalan ke arah teman-temannya yang lain, yang sudah menunggunya.
“HAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAANTUUUUUUUUUUUUUUUUU!!!”
“Oya, sepertinya aku meninggalkan bekas yang terlalu terlihat,” kata gadis itu sambil meletakkan tangan di dagunya seperti berpikir, sedikit tertawa mendengar teriakan yang bergema dari bangku penonton itu.
“Cukup main-mainnya, Kirisa. Sekarang sudah waktunya kalian bertanding,” tegur sang bayi. “Aku tidak melatih kalian selama berbulan-bulan hanya untuk mengobrol seperti ini.”
“Sure, maaf deh, Reborn,” kata Kirisa sambil mengedipkan sebelah matanya. “Kalau begitu kita bisa mulai?”
“Vongola Team...” kata Tsuna dengan senyum lembut di wajahnya, memiringkan kepalanya sedikit. “Semoga berhasil!”
Diam.
Diam.
“DEMI BOSS YANG IMUT KITA HARUS BERTANDING! UWOOOO!!!” teriak Gokudera dengan penuh semangat.
“DEMI UKE HYPER MOE KITA AKAN BERTANDING!” teriak dua gadis yang ada di tim itu sambil berpelukan ala fangirl.
“Ki...kita akan melawan orang seperti mereka...” dan jelaslah sekarang kalau anggota tim Tight Wild mulai ketakutan. Bukan takut kalah tapi...takut ketularan gila.
Sang ketua mengepalkan tangannya dalam kegeraman. Orang-orang ini tidak nampak memiliki taring, tapi mereka berani sekali bersikap begitu santainya? Padahal mereka akan menghadapi tim Tight Wild, salah satu tim yang paling bagus di tempat ini! Tim yang ternama, yang tidak akan mungkin dikalahkan oleh pecundang biasa seperti mereka?
“Sebenarnya, kalau kalian memang tim yang paling bagus sih, kalian gak bakal mandeg di B Class kan?”
Satu perkataan provokasi, dan amarah mereka benar-benar meledak.
Bunyi koin yang berdentingan di udara tidak pernah dirindukan dengan begitu cepatnya. Dan pemimpin Tight Wild benar-benar mengharapkan kalau dia mampu membawa tim sombong dan bodoh itu berlututut, memperlihatkan bahwa dunia AT tidaklah seindah yang mereka bayangkan. Dan dia pun memegang erat disknya, siap membawanya ke daerah lawan untuk skor...
“Aih, aih, Sir Ketua. Kucingnya lucu banget sampe dibawa-bawa ke tempat pertarungan ya?”
Hening. Semua hening melihat gadis berambut biru tua dari tim Vongola itu hanya menjulurkan lidahnya sambil memegang disk, sementara si pemimpin Tight Wild hanya memegang...seekor kucing hitam yang segera menggigit tangannya dan mencakarnya. Pria bertubuh tinggi itu menjerit keras sebelum melepaskan makhuk berbulu hitam itu.
“A-APA-APAAN ITU? SEJAK KAPAN DISKNYA BERUBAH JADI KUCING, HOI? TIPUAN MATA YANG MENGERIKAN DARI TIM VONGOLA! APAKAH SEISI PENONTON JUGA MELIHAT TIPUAN YANG SAMA?!”
Teriakan dari sang komentator benar-benar menggambarkan apa yang dipikirkan semua orang saat itu.
“Pass, Kyoya!” teriak gadis itu sambil melemparnya ke pria berambut hitam berantakan. Sekarang barulah jelas kalau pria itu mengenakan AT unik dengan suatu cahaya keunguan menyelimutinya. Entah apa guna cahaya itu, tapi pasti ada gunanya.
Salah satu anggota tim Tight Wild berusaha menghadang pria itu meluncur, tapi dihentikan oleh gadis berambut hitam pendek yang memakai AT hitam bernyala kemerahan. Gadis itu tersenyum licik sebelum mengayunkan tangannya dan membuat rantai yang meliliti tangannya ikut mengayun, nyaris saja menghantam si lawan yang tak berdosa.
“HOI! Tidak ada yang boleh mengganggu Onii-san kalau dia sedang meluncur!” teriak gadis itu kesal sambil terus memojokkan #1, anggota tim Tight Wild. Tidak sampai menyerangnya, tetapi memojokkan. Tentunya dia ingat aturan dari battle Disk.
Pria dengan rambut hitam itu terus meluncur, terus hingga nyaris mencapai tempat untuk skoring. Namun rupanya di sana telah menunggu #2, #3, dan #4, anggota lain Tight Wild yang bersiap untuk mengeroyoknya. Pria itu tampak tidak takut. Sebaliknya, dia malah dengan tenang terus meluncur ke arah mereka. Otomatis, ketiga pemuda itu pun segera meringkusnya, menyerang hingga habis dan...
“T-TOUCHDOWN!”
...
Seisi hall lagi-lagi terdiam. Kali ini, sang pria yang seharusnya tadi telah dikeroyok habis oleh tiga anggota Tight Wild, telah berdiri di tempat mencetak skor, dengan santai dan sambil menguap menyentuhkan disknya. Sementara tiga anggota gagal dari Tight Wild? Mereka sedang mengeroyok keranjang bola, astaga.
“TI-TIPUAN MATA LAGI!” jerit sang komentator. “Ada apa ini sebenarnya? Kenapa setiap serangan yang dilancarkan kepada Vongola sebenarnya dilancarkan pada sesuatu yang lain? Apakah rahasia dari tipuan yang tak henti-hentinya dimainkan Vongola? Dan damnit, mereka sama sekali tidak membawa perlengkapan apapun selain AT mereka!”
“Tentu saja. Aku hanya perlu ini, orang-orang bodoh,” kata Kirisa sambil menjulurkan lidahnya dan menunjuk mata kanannya. Bila dilihat dari dekat, tentu kau akan mampu mengamatinya.
Mata kanan itu berwarna merah darah.
***
“Lu...luar biasa.”
“Tipuan demi tipuan...tim apa mereka sebenarnya?”
“Berarti cewek itu memang...hantu?”
Sekarang, terpakulah kedelapan orang itu. Kalau cewek yang sedang bertanding di bawah itu memang hantu...semuanya sesuai kan? Haha. Hantu itu bisa membuat orang mengalami ilusi. Tentu saja itu alasan yang paling logis dan masuk akal yang bisa diberikan. Habis mau bagaimana lagi?
“Tapi...mungkin dia menggunakan semacam wewangian yang unik?” usul Emily dengan suara pelan. “Dengan demikian, dia akan mampu mengelabui lawannya, bukan?”
“Seandainya dia memang menggunakan itu...pastilah tidak seluruh penonton juga terkena tipuan mata itu. Tidak mungkin wewangian itu memenuhi seluruh hall.”
“Lalu apa...?”
Entah kapan pertanyaan itu akan terjawab.
***
“Hei, cukup main-main ilusinya,” tegur Reborn dengan wajah yang agak kaku. “Dengar ya, kalian itu sudah terlalu banyak bergantung pada ilusi, tapi kan tidak bisa selalu dipakai. Sudah mencapai 5 angka, oke. Tapi 5 angka berikutnya...jangan gunakan Path of Hell, Kirisa.”
"Jadi kita mau bertarung...serius nih?" kata gadis dengan rambut biru tua model nanas itu. "Baiklah. Mari kita sajikan pada mereka, keseriusan Vongola."
TBC
A/N: sip chap 1 jadi xD