(Fic) Setengah Lingkaran, Jendral

Jul 27, 2010 12:52



Sesuatu yang normal itu-

"Kau tahu akibatnya kalau kabar ini sampai ke telinga orang lain, kan?"

-terdengar membosankan.

Tapi sesuatu yang terlalu lain dari biasanya-

"Then again, mana mungkin mereka mendengarkanmu?"

-TIDAK SEPENUHNYA MENYENANGKAN, TAHU!

"Kau dengar, kan, Mu-ku-ro-chan?"



.:Setengah Lingkaran, Jendral:.

"Karena setengah lingkaran itu bersudut seratus delapan puluh derajat."

Written by: Rokudou Tsuzuki
KHR belongs to Akira Amano. Seandainya KHR punya saya, Chrome bahkan tidak akan eksis -_-
Warning: OOC, AU, Shonen-ai, creepeh. Seratus delapan puluh derajat = Kebalikan. Kalian akan mengerti.

01. Evolusi itu Menyakitkan, Jendral

Diceritakan, ada banyak orang yang ingin kehidupannya yang 'biasa-biasa saja' dipenuhi oleh berbagai kejutan. Dikatakan lagi, mereka bersedia untuk membayar apapun supaya bisa mendapatkan beragam hal yang membumbui kehidupan-bahkan menukar dengan kehidupan yang sekarang mereka jalani, kalau perlu. Menjadi orang lain, menjalani sesuatu yang berbeda dari apa yang biasanya dilakukan sehari-hari. Banyak yang ingin itu-

-DAN KARENANYA, ADAKAH YANG MAU BERTUKAR DENGANNYA?

"Mukutan, Dear, bangun cepat atau aku akan meninggalkanmu. Lagi."

Tolong, setidaknya tukar wali dengannya.

Pemuda dengan rambut biru tua itu mengerang pelan, berbalik di tempat tidurnya. Salah satu matanya kini terbuka, berusaha keras untuk melihat angka yang tertera di jam berbentuk nanas yang bertengger dengan santainya di dinding. Tujuh lebih lima belas. Dan demi apapun yang berkuasa di atas sana, bisakah diingat bahwa sekolahnya sendiri dimulai pukul delapan pagi-? Setidaknya biarkanlah dia tidur minimal lima belas menit lagi, atau setengah jam, karena pasti si sialan itu bisa membawa mobilnya dengan ekstra cepat-

-dobrakan di pintu membuktikan bahwa si semangka sama sekali tidak setuju.

Selimut yang tadinya dia jadikan sebagai penangkal dari segala kuman matahari yang hendak menyerang pertahanan tidurnya telah direnggut, dan pemuda itu dengan terpaksa membuka kedua matanya untuk menatap oknum yang kini berkacak pinggang di sisi tempat tidurnya. Iris biru langit bertemu dengan bola mata yang berbeda warna-heterocromia, cacat yang tidak akan hilang seumur hidup-satu tidak dapat dibaca sementara satu masih dipenuhi dengan kantuk. Nah, nah, mungkin argumen yang akan terjalin sebentar lagi dapat membuatnya benar-benar sadar?

Argumen atau argumen?

Mungkin agak asing melihat pria dengan model rambut unik itu menggelengkan kepalanya perlahan, menghela nafas sambil mengangkat bahu. Oh. Gestur yang sudah menyerah dan mau membiarkannya tidur lagi, kah? Bagus, bagus sekali. Maka pemuda itu pun bersiap-siap untuk kembali ke dalam dunia mimpinya, memeluk bantal guling dan terbuai dalam angan-angan-

"Tsk, tsk. Sudah kudatangi pun masih berusaha tidur lagi? Mukutan bandel, bandel sekali."

...

Dia merinding.

Serius, dia merinding dan-OHSHIED KENAPA DIA BISA LUPA KALAU INI BUKAN WALI SEMBARANGAN? WALINYA INI BERNAMA DAEMON SPADE DAN-

Hanya tinggal beberapa milimeter lagi bibir lelaki berambut nanas-disilangkan-dengan-semangka itu sudah dapat menyentuh permukaan pipi Mukuro, dengan amat disayangkan yang bersangkutan dengan segera berguling ke samping untuk menghindari sentuhan yang oh sungguh menjijikkan sampai dia bisa memuntahkan seluruh isi perutnya bahkan sekalipun dia belum makan. Dan ada yang pernah menceritakan bahwa tempat tidur di kamarnya tidak cukup luas?

BRUAGH!

"Nah, kurasa kau sudah benar-benar bangun, sekarang?" tutur pria yang mengenakan kemeja putih itu, tersenyum manis sambil menatap anak walinya yang sekarang terjungkir di lantai dengan wajah mencium keramik. "Cepat ke kamar mandi, gih. Sarapanmu sudah kusiapkan."

Pintu kembali ditutup, dan dia hanya bisa menyebutkan segala sumpah serapahnya kepada siapapun yang pernah mengambil inisiatif untuk mengawin-silangkan nanas dan semangka. Serius.

LAGI, ADA YANG MAU BERTUKAR WALI DENGANNYA?

Ya, namanya adalah Rokudou Mukuro. Remaja sehari-harimu yang biasa. Pelajar biasa di salah satu sekolah menengah yang ada di Tokyo. Serius, dia hanya orang biasa. Yang spesial darinya mungkin hanya fakta bahwa sekarang dia tinggal di rumah walinya-yang selain orang Italia, juga merupakan guru di sekolah tempat dia belajar. Selebihnya, tidak ada. Kalau serius tidak cukup, maka dia akan berikan seribu rius. Dia adalah orang biasa.

Yang, omong-omong, agak membenci nanas karena frekuensi dirinya diasosiasikan dengan nanas melebihi normal.

"Habiskan sarapanmu. Sebentar lagi kita sampai, tahu." Datang teguran dari sisinya (seharusnya yang mengucapkan itu memperhatikan jalan atau mobil mereka akan menabrak pinggir jalan lagi-untuk yang kelima kalinya minggu itu) dan pemuda itu bahkan tidak berusaha untuk menyamarkan dengusan kesalnya. Dan pandangan heran yang diberikan kepadanya benar-benar membuatnya ingin melemparkan tupperware di pangkuannya ini ke wajah laknat yang nampak polos itu. "Kenapa? Walimu sudah membuatkan dengan penuh kasih, masa tidak dimakan?"

"Penuh kasih gigimu rata," sanggah pemuda itu dengan kesal. "Wali mana yang memberikan anak asuhnya sarapan-salad nanas, semangka, dan kentang yang disiram mayones?"

"My, my, kasihan nenek tua itu ya, Mukuro? Masakan tidak ada yang membantunya menyebrang jalan? Tsk, anak muda jaman sekarang tidak ada yang punya hati."

...

Kalau ada award pengalihan pembicaraan yang paling ngaco dan membuat orang yang mendengarkan pun ingin melemparkan benda apapun yang masih terjangkau ke wajah yang bersangkutan, mungkin sebenarnya walinya ini akan memenangkan penghargaan itu selama bertahun-tahun. Serius. Tapi sebelumnya, mungkin sebaiknya diberikan penghargaan orang yang paling ingin dia bunuh di dunia ini?

Entah kenapa, tangannya meraih satu dari tumpukan tupperware lain di bangku belakang.

"Oke, sudah sampai!" Dari caranya berbicara dan senyumnya yang lebar, jelas sekali bahwa Daemon Spade sama sekali tidak sadar bahwa anak walinya pun baru saja selesai menuangkan seluruh isi botol saus dengan label 'Special! Bhut Jolokia Extract' ke atas omelet yang menjadi bekalnya. "Ayo, Mukuro. Hari yang panjang menunggu, ayo!"

Menggerutu sekali lagi dan memastikan bahwa dia tidak mengambil kotak bekal yang salah (terima kasih, dia masih belum mau mati karena makan cabai terpedas itu dalam jumlah besar), pemuda dengan rambut biru itu melepas seat belt yang dipakainya sejak tadi, meraih tas yang disimpannya di belakang dan cepat-cepat keluar sambil membanting pintu mobilnya. Semoga saja bau masakan yang diberi sambal paling pedas itu tidak terlalu aneh-bagaimana kalau Spade mengetahui apa yang dia lakukan dan memaksa untuk bertukal kotak bekal?

(shudders)

Selesai dilaksanakan, kini Mukuro melangkahkan kakinya untuk masuk ke gedung sambil mengecek arlojinya. Hmm-lima menit sebelum kelas masuk. Dan marilah berdoa kalau dia bisa benar-benar sampai di kelas sebelum bel berbunyi-entah apa yang akan terjadi kalau dia sampai harus menjalani hukuman dari si penjaga sekolah spesial yang tidak perlu dibayar itu lagi. Sebab-

-bagi si karnivora yang satu itu, punya wali yang menjadi guru pun tidak ada dampaknya, bukan?

(karena itulah dia katakan, si Spade itu sama sekali tidak berguna baginya)

Baik, baik. Daripada meributkan masalah itu dengan pikirannya sendiri, tidakkah lebih baik dia cepat-cepat masuk ke dalam sebelum-

RINGGG!

-crapshied.

Tepat di saat dia hendak menaiki undakan dan melewati pintu yang terbuka lebar, lagi. Bagus sekali. Dan seolah terpanggil oleh bunyi bel dan aroma anak-anak yang sudah terlampau gugup (dan keringat dingin) karena mereka terlambat-datanglah sosok yang paling mengerikan di seluruh penjuru sekolah itu. Ya. Sosok itu.

Si rambut hitam berkacamata dengan badge Komite Kedisiplinan tersemat manis di vest-nya.

Yang, omong-omong, menatapnya dengan tatapan lapar selagi memegang Sobbota.

Hidup itu pahit, Jendral.

TBC

A/N: udah lama gak nulis humor-dan sumpah, keluarnya gaje gini lagi =)) Well, sori kalo OOC, tapi saya udah bilang di warning, kan? (smirks) Anyway, iya. Tokoh utama cerita ini Mukuro. Pairingnya? You'll see, you'll see ;]] Dan tidak perlu saya katakan, sudah jelas siapa yang terakhir itu, bukan?

PREVIEW

"Dengar baik-baik, Rokudou. Jaringan otot polos itu punya serabut-serabut yang homogen dan-"

"TID-JANGAN BUKU! JYUUDAIME ADA BUKUUUU!"

"-lapar, kalian punya makanan, tidak? Aku tidak bisa main baseball kalau tidak makaan."

"Fufufu-kau kira bisa lari dariku, Mukuro?"

Mereka ini gila, Jendral.

khr, yaoi, mukuro, spade, fanfiction

Previous post Next post
Up