Ahahahay~~
maap yak baru lanjut lagi... hehehehe~~
gw aja lupa pernah naro penpik disini.. *ditimpukin*
Title : Two Heart
genre : romance
author :
din4mo rate : PG - 13
starring :
- Nishikido Ryo
- Yamashita Tomohisa
- [OC] Kanawa Yuri
Chapter 1 :
community.livejournal.com/join_fl/15403.html Chapter 2
“Kanawa-san!” teriak bos-ku memanggil namaku, “hai ?? nandesuka?”
“chotto ii ka?” tanyanya lagi.
Aku mendekat padanya, “minggu ini kamu sibuk ga?” tanyanya.
“memangnya kenapa ??”
“mm..Gini..cafe kita yang di Osaka ada sedikit masalah yang agak rumit. Aku mau kamu kesana beberapa hari untuk melihat keadannya” jelas kachou-ku. “dou ?? dekiru ?”
“emang kachou mau kemana?? Kenapa bukan kachou aja?” tanyaku balik.
“aku juga maunya gitu tapi, sampai kamis depan aku ada di Paris. Jadi, kamu aja ya..lagian aku Cuma percaya sama kamu, Kanawa. Oke ??”, aku hanya bisa diam mendengar penjelasan Bos-ku itu. “Diam mu itu aku anggap kau setuju. Baiklah, ini aku kasih alamat nenek-ku. Kau tinggal disana saja selama di Osaka, jadi khan lebih irit..hehe” dia langsung pergi setelah itu-tidak memberikanku kesempatan untuk menolak.
Hhmmm.. Osaka ?? sendiri ?? bagaimana ini?? Aku belum pernah kesana. Pernah sih, tapi baru sekali dan lagipula waktu itu khan aku pergi sama Tomohisa untuk pembukaan cafe-nya Ryo. Ryo?? Dia khan orang Osaka, apa aku minta tolong dia saja? Arrgh!! Tapi tidak, aku tidak boleh minta bantuan Ryo. Tapi aku bagaimana ??
Tomohisa kira2 mau tidak ya, mengantarku sampai Osaka? aku pesimis dia bisa. Tapi, tisak ada salah-nya aku coba.
Huh!! Kenapa aku jadi seperti orang bingung gini sih ???!!
***
Satu hari itu aku total memikirkan bagaimana nanti aku ke Osaka, aku takut berada ditempat asing sendiri. Akhirnya aku memutuskan untuk meminta Tomohisa untuk mengantarku sampai menemukan rumah nenek-nya kacho di Osaka. Aku bersiap menelepon-nya tapi tidak jadi, lebih baik jika aku bicara langsung padanya.
Jadi, sore itu aku memutuskan untuk ke kantornya.
“Yuri??” Tomohisa kaget saat melihatku ada didepan kantornya. “nande shinikitano ??”.
“Dame ka?? Atashi aitai moo~~” jawabku manja.
“Sou ka?? Demo nande kyuni ? kau khan bisa telepon atau sms dulu” katanya lagi.
“Aku memang sengaja ingin memberikanmu kejutan. Haha...wajah kaget-mu lucu!” jawabku sambil menusuk-nusuk pipi-nya dengan telunjukku.
“menurutku itu alasan yang konyol, untung pekarjaanku sudah selesai. Kalo belum bagaimana coba ??” ambeknya, wajahnya lucu. Aku suka melihat dia seperti ini.
“Hai..hai..gomen. Aku bohong, sebenernya ada yang ingin aku bicarakan denganmu” kataku. “bicara?” tanyanya heran. “hmm..tidak, lebih tepatnya ada yang ingin aku pinta darimu” ralatku, dan semakin membuat wajahnya bingung.
“zenzen wakaranai..” sahutnya sambil menarik tanganku, aku kesulitan mengimbangi jalannya yang cepat.
“Tomohisa!!! Chotto matte!! Yukkuri ...” teriakku mencoba menghentikan langkahnya yang entah kenapa jadi cepat seperti itu.
“Dakara chanto oshiete yo..isogu dakara!!” bentaknya-ini kali pertama dia membentakku. Aku hanya terdiam menatapnya, menahan tangisku.
“Yuriko...gomenasai.. aku gak bermaksud..” aku menepis tangannya yang ingin menyentuh wajahku, aku hendak lari tapi dia lebih dulu menarik tanganku dan memelukku. “Gomen ne..gome..saite na boku, gomenasai” terdengar dari suaranya dia sangat menyesal.
“jangan membentakku seperti itu lagi...” kataku seraya melepas pelukan itu, Tomohisa hanya mengangguk pelan dan mencium keningku. Malam itu dia mangantarku pulang.
“Sebenarnya apa sih yang ingin kau bicarakan tadi ?” tanyanya selagi aku sedang membuatkan minum untuknya.
“bukan apa-apa, sudahlah lupakan saja” entah kenapa aku jadi malas meminta bantuan Tomohisa untuk masalah ini.
“Yuri ?? ada apa ??” tanyanya, menatapku serius.
“Sebenarnya, lusa aku diminta bos-ku untuk ke Osaka. Jadi, tadi aku ingin memintamu untuk mengantarku ke sana. Aku kan belom pernah kesana sendiri, dan kau tau khan aku takut berada ditempat asing” ceritaku, “kau bisa mengantarku?”.
Tomohisa hanya terdiam mendengar ceritaku, wajahnya terlihat berpikir..
“anoo..boku hoshii kedo..”
“Shigoto ga aru kara dekinai!” aku memotong omongannya dan menirukan gaya bicaranya. “Yuri..gome..aku ingin, sangat ingin mengantarkanmu kesana...”,
“Tomohisa, aku tidak ingin dengar keinginanmu saja. Aku ingin kamu mengantarku kesana !! titik!” kataku dengan nada tinggi. Kali ini dia tidak membentakku lagi, Tomohisa hanya terdiam menatapku, terlihat dari sorotan matanya dia merasa bersalah sekali. “Yuriko..aku benar2 tidak bisa. Lusa nanti juga aku harus rapat dengan client untuk proyek yang cukup besar, dan aku ga bisa melewatkan itu. Kau harus mengerti keadaanku” jelas Tomohisa, aku tidak menjawab apa-apa hanya terdiam menunggu dia berkata lagi, “Jika berhasil, ini akan menjadi hal baik untuk masa depan kita. Aku harap kau bisa ngerti, Yuri.. Onegai~” lanjutnya sambil menggengam tanganku.
“Kamu ini aneh ya?! Yang seharusnya minta perngertian disini tuh aku, bukan kamu. Bisa ga sih, sekali aja kamu mendahului aku dari pekerjaanmu ??” ucapku seraya menarik tanganku yang digenggam olehnya. “Yuri, boku..”, “Kaete..” aku kembali memotong omongannya. “Yuri, dengarkan aku dulu...” pintanya.
“Sudahlah, dengan cara apapun aku memohon padamu. Jawaban akan tetap sama khan ?? Kau akan memilih rapat daripada mengantarku. Dakara.. ima kaete.”
“Yuri, aku benar-benar minta maaf...aku..”
“Tomohisa!! Mou yamete...Kaete !!” aku berlari masuk kedalam kamarku, menguncinya. Meninggalkannya sendiri di ruang tamu-ku. Aku tidak tahu lagi apa yang terjadi, yang aku tahu, aku hanya menangis sampai tertidur.
***
Dari malam itu aku belum bertemu dengan Tomohisa lagi, dia sih tetap berusaha menghubungiku lewat sms atau telepon tapi tidak pernah kutanggapi. Aku mengharapkan lebih dari itu, aku berharap dia datang menemuiku dan memilih mengantarku daripada rapatnya itu. Tapi, sore wa muri deshou ??.
Hari ini aku berangkat ke Osaka-sendiri. Tomohisa sama sekali tidak akan merubah keputusannya. Jadi, aku tetap berangkat sendiri tanpa ada yang mengantar.
Sendirian menunggu di stasiun itu ternyata tidak begitu membosankan seperti yang selama ini aku pikirkan, melihat orang2 berlalu-lalang didepan kita dan gaya yang cukup unik-unik, membuang sedikit demi sedikit rasa bosan dan rasa kesal-ku. Aku tersenyum sendiri melihat aktivitas yang unik2 itu.
Ada seseorang yang berdiri didepanku, menghalangi pandanganku. Aku mengangkat wajahku untuk melihat siapa orang yang menghalangiku itu.
“Ngapain kamu disini ?” tanyaku ketus, “menemanimu” jawabnya singkat.
“Tomohisa, lebih baik kamu urusi saja rapatmu itu. Aku bisa pergi sendiri” kataku sambil bangkit dan jalan meninggalkannya.
“Yuriko..tunggu..” dia menahanku, “aku minta maaf, aku sungguh minta maaf”.
“Jika aku maafkan, apa kau bisa mengantarku sampai Osaka ? Kau bilang ingin menemanikukan tadi ?” tanyaku, meski aku sudah dapat menebak apa yang akan dijawabnya.
“Anoo...sore wa..” kriiing..kriiing, bunyi hp memotong omongannya. “chotto ne..” sambungnya.
“Tomohisa, sudahlah..aku harus berangkat sekarang. Aku tidak mau ketinggalan kereta untuk hal percuma seperti ini” potongku seraya melepas pegangan tangannya dan berbalik meninggalkannya, yang masih sibuk memilih antara menjawab telponnya atau mengejarku.
Tomohisa mereject telpon-nya dan memilih berlari mengejarku, dia berhenti didepanku dan memelukku.
“Aku janji, jika kerjaanku selesai aku akan menyusul ke Osaka. Sekarang, ku mohon maafkan aku..”
tanganku bergerak dengan sendirinya membalas pelukannya. Kalau boleh jujur aku ingin seperti ini terus, menginginkan diriku yang berada dipelukannya seperti dulu.
“Tomohisa, jangan..jangan membuat janji yang belum tentu bisa kau tepati” sebisa mungkin aku menahan airmata-ku agar tidak jatuh.
“Tapi...”
“sudahlah, aku tidak apa-apa. Kau jangan memaksakan untuk menyusulku. Aku tau kau sibuk, maaf aku egois kemarin. Kau bisa datang saat ini, itu sudah cukup untukku.” kataku seraya melepas pelukanku.
“Kau hati-hati ya disana...hubungi aku jika sudah sampai” katanya menepuk pelan kepalaku.
Terdengar panggilan untuk semua penumpang ke Osaka untuk segera masuk ke kereta.
“hhhmmpp..baiklah, aku benar-benar harus pergi sekarang..”
Tomohisa mengantarku sampai pintu kereta, dia mengecup keningku sebelum aku benar-benar masuk kedalam kereta express itu.
Dia sudah benar-benar menghilang saat aku baru saja akan melambaikan tanganku padanya. Hufh..pasti dia sudah terlambat untuk meetingnya.
* * *
Sampai di Osaka aku benar-benar bingung mau kemana, aku buta arah sekali dikota ini. Tapi, aku harusa sampai kerumah Nenek Kachou sebelum malam. Aku tidak mau membuat semuanya khawatir.
Aku berjalan keluar stasiun, mencoba menanyakan alamat Nenek Kachou pada satpam si depan stasiun, katanya sih dengan berjalan kaki saja sampai-tidak terlalu jauh dari stasiun. Jadi, kuputuskan untuk mengikuti saran satpam itu. Aku akan jalan kaki.
Osaka benar kota yang asing buatku. Entah kenapaaku merasa semua orang memandangku, memang gerak-gerik-ku terlihat seperti orang bingung apa ya ??.
Waaaa~~ kowai!!
Seandainya ada Tomohisa, pasti tidak akan aneh seperti ini..
“ne..ne..doko iku no ??” tiba-tiba seorang pria bertampang agak menyeramkan menyapaku. “mau aku antar ??” aku berusaha mempercepat langkahku, tapi pria itu tetap menggangguku.
“sumimasen..nani shitai no ???” tanyaku akhirnya.
“aku Cuma ingin berniat baik mengantarmu, kau terlihat kebingungan mencari alamat. Mau aku bantu?” katanya dengan wajah yang amat sangat menjijikan, senyum menyeringainya sangat menyeramkan.
“Iie, arigatougozaimasu. Saya bisa mencarinya sendiri. Permisi” aku masih berlaku sopan, dan pergi dari orang itu. Tapi, diluar dugaanku, orang itu menarik tanganku. Sangat kasar dan itu menyakitiku.
“Jangan sok jual mahal kau !”
“HANASE!!! Itai !!” teriakku. Orang itu tidak menggubris ucapanku dia tetap menggenggan tanganku, malah semakin kencang. Aku panik, tetap berusaha melepaskan pegangan itu.
“Yuriko?!!” terdengar suara pria tiba-tiba.
“Ryo?? Tasukete...” rengekku.
Sebelum Ryo benar-benar mendekat, orang itu sudah melepaskan pegangannya dan langsung lari.
“Kau tak apa-apa?” tanya Ryo terlihat khawatir. Aku menggeleng menjawab pertanyaannya karena masih merasakan sakit dipergelangan tanganku akibat orang sialan itu.
“Arigatou~”
“Ii kara..hontou ni daijoubu ??” tanyanya masih belum yakin.
“daijoubu..untung ada kamu, aku ga ngerti gimana jadinya kalo ga ada kamu”
“Syukurlah kalo kau tidak apa-apa...” wajahnya mulai terlihat tenang sekarang, “Chotto..nande Osaka ni iru no ??” tanyanya kaget..
“anoo..shigoto koto..”
“Shigoto ??” tanyanya masih belum paham, “Un, shigoto. Cabang yang disini sedang ada masalah. Jadi, aku dipinta untuk menyelesaikannya” jelasku.
“mm...souka? Hitori de??”
“Ya..sama siapa lagi ? hehe... kau sendiri, kenapa tiba-tiba ada disini?” tanyaku balik.
“Tiba-tiba ?? Kau ini bagaimana?? Itu Cafe-ku..” katanya sambil menunjuk gedung yang tidak jauh dari tempat kami berdiri.
“Jadi kau akan tinggal dimana selama disini?”
“dirumah nenek kachou-ku, tapi aku tidak tau dimana. Kata satpam distasiun sih dengan jalan kaki juga sudah sampai” aku menjelaskan pada Ryo.
“Lalu kau jalan ? pantas saja kau diganggu orang tadi. Dengan bawaan sebanyak itu dan wajah-tidak-tau-jalan mu itu, memang santapan lezat untuk orang2 yang suka mengambil kesempatan” katanya sambil menahan ketawa, sungguh membuatku malu. “coba kulihat alamatnya..” sambungnya.
Aku memberikan kertas yang ditulis kachou, Ryo membaca sebentar lalu, “Satpam itu benar, ini memang tidak jauh dari sini” katanya, “lebih baik ku antar”.
kriiiing...kriiing
Hape Ryo bunyi, entah kenapa aku jadi benci jika mendengar suara panggilan itu. Mengingatkanku pada Tomohisa yang selalu terpanggil oleh pekerjaannya.
“Hai..nande ?” Ryo menjawab telponnya. “Souka?? Kau urus saja, aku lagi sibuk” dia langsung menutup hapenya.
“Kau sibuk ya ?? Lebih baik kau urus saja dulu pekerjaanmu, sepertinya penting. Aku bisa sendiri koq~” kataku.
“Dan membiarkan orang itu mengikutimu lagi ?? kurasa tidak. Sudahlah.. ayo, masalah pekerjaan itu bisa diurus nanti” katanya langsung mengambil koper yang ada ditanganku, dan langsung jalan.
Aku stuck melihat sikapnya, Ryo memilihku daripada pekerjaannya. Berbeda sekali dengan Tomohisa. Kenapa ?? kenapa Tomohisa tidak mampunyai pikiran yang sama dengan Ryo??
“Yuriko!! Hayaku..ikou!” panggil Ryo yang melihatku masih diam ditempat, masih asyik dengan pikiranku. Aku berlari kecil untuk mengimbangi langkahnya tapi sulit, jalannya cepat sekali. Aku menyerah, aku memilih untuk mengikutinya saja dari belakang.
“Osoi yo, Yuri!! Hayaku~” keluhnya, “Jangan salahkan aku, kau berjalan cepat sekali!!” aku-membela diri.
“Ja, ike !!” katanya menarik tanganku. Aku kaget saat Ryo memegang tanganku, rasa itu muncul lagi. Jantungku kembali berdetak hebat, apa artinya?? Aku malu setiap kali melihatnyam tapi aku ingin melihatnya terus.. Ada apa denganku ?
Ryo tetap menggandeng tanganku sampai kami berada didepan rumah yang diyakini itu rumah Nenek-nya kachou.
“Kurasa kita sudah sampai” Ryo berkata, “Yuriko?” dia memanggilku lagi, aku masih pada lamunan anehku.
“Ha . hai ??”
“Mou suita, kimi daijoubu ??” tanyanya khawatir..
“un, daijoubu. Arigatou~.. Ano..Ryo...”
“Kanawa-san desuka ??” kata-kataku terpotong oleh panggilan seorang wanita, pasti itu Nenek-nya kachou. “Akhirnya sampai juga, aku sudah menunggumu daritadi. Ayo masuk!!” ajak Obaa-san sambil menarik tanganku, membuat Ryo melepaskan pegangannya.
“Nanao bilang kau pasti diantar oleh pacar-mu yang tampan itu. Ternyata benar, ayo..ajak masuk juga pacar-mu itu” ucapan Obaa-san kali ini membuatku kaget.
“Anooo..obaa-san. Chigau..aitsu wa...” aku panik, “Sudah, ajak masuk saja” Obaa-san memotong penjelasanku.
“Anoo, Obaa-san. Hontou ni Arigatougazaimasu, tapi aku harus kembali sekarang. Lain kali saja aku mampir lagi kesini. Ja, Yuriko.. aku balik dulu ya..” katanya sambil berjalan pergi.
“ano.. Ryo...anoo...mm..” aku melirik Obaa-san yang masih melihat kami. “ohh..maaf, aku masuk deeehh~” Obaa-san mengerti maksudku.
“Nani ? hmm?” tanyanya begitu sudah tinggal kami berdua diteras.
“Arigatou..kau sudah mau mengantarku sampai sini, aku ga ngerti kalo ga ketemu kamu..Hontou ni Arigatougozaimashita..” aku sambil membungkukkan tubuhku.
Ryo mengangkat tubuhku hingga aku kembali tegak.
“Ii yo... Yokatta..kau udah ada ditempat yang aman sekarang. Ki o tsukete ne..” katanya sambil tersenyum dengan tangannya dipundakku.
“sepertinya aku benar2 harus pergi sekarang. Ja...” katanya langsung membalikan badannya, tapi tiba-toba dia berhenti dan, “Jangan segan untuk menelponku jika ada apa-apa selama kau di Osaka. Ok!!” Ryo benar2 pergi setelah berkata itu.
Aku benar2 terkesima dengan sikap Ryo, dia terlihat sangat mengkhawatirkanku. Dan kenapa juga dia tidak protes saat Obaa-san menyangka dia pacarku ??
Aaahh~~~ aku bingung !!
tsuzuku~..
keep comment ya~
yang banyak !! kalo komen nya dikit entar gw lupa lagi.. *ditendang ke bulan* XD
btw.. ini tags pairing ryopi kenapa ga ada? O__O