Forgiving

Jul 19, 2010 16:55

Title: Forgiving
Author: Angel
Requester: Mutiiiii (Muti_cHan)
Rating: PG-13/T
Genre: Romance
Theme: Yaoi / Non- Yaoi
Casts: Yabu Kouta x OC (Kaori Michiyu - Muti_cHan) x OC (Nagatsukizawa Kenichi)
Disc.: Yabu Kouta milik JE & ortunya. OC-nya punya Muti. Main plotnya juga punya Muti. *lah, lu punya apa dong, nyu?* takaki yuyaaaaaa
A/n: Akhirnya jadi jugaa~ Setelah saya tunda lamaa bgt gara2 wb akut *skg masih sih* makanya ni tulisan jadi berubah krn deskripsi cupu berat -.- Oya, cuma sekedar ngasih tau aja. Ini ada ‘omake’-nya. Kalo gak suka baca bagian itu ya gausah dibaca & dikomen. Ehehehehe. Langsung baca aja. Semoga menghiburrrrr.

Tangannya berhenti bergerak. Kemudian ia melirik sebentar keitainya yang tergeletak si sebelah laptop putih miliknya. Matanya kembali menyiratkan kekecewaan. Kemudian ia menyambar keitainya dan mencari nama itu. Lagi.

Ya, untuk ke sekian kalinya ia mencari nama yang sama lalu menekan tombol ‘call’.

’…Silahkan tinggalkan pesan setelah nada berikut…’

Seperti ini lagi. Ia memutuskan untuk meninggalkan pesan saja.

’BIP’

“Ne, Yabu-kun. Ini Michi. Kemana saja? Sedang apa? Kenapa dari tadi mail-ku tidak dibalas? Sedang sibuk sekali ya? Aku… Hmm, besok aku main ke rumahmu ya. Sudah seminggu ki-“

’BIP’

Terputus.

Dengan pasrah Michi meletakkan kembali keitainya. Senyumnya tertahan dan matanya terpejam sejenak. Membayangkan apa yang sedang dikerjakan kekasihnya. Senyum itupun tersembul kembali. Berpikir positif. Kekasihnya itu tidak berbuat yang aneh-aneh. Tentu saja, dia terlalu sibuk dengan bisnis keluarganya kan.

Sudah seminggu setelah kepulangan Kou ke Tokyo, setelah ikut orangtuanya ke luar negeri beberapa hari untuk urusan bisnis keluarga mereka. Hari itu Michi datang menjemput ke bandara, lalu… seperti itu saja. Biasa. Kou memeluknya, mengajaknya makan malam, lalu mengantarnya pulang. Itu saja.

Keesokan harinya, Kou semakin sibuk dengan bisnisnya. Meninggalkan Michi yang berkutat dengan pekerjaannya sebagai penulis. Membuat Michi khawatir dalam pikirannya tentang apa yang dikerjakan Kou sampai setiap hari sulit sekali dihubungi. Michi beberapa kali mampir ke rumahnya, tetapi Kou sedang pergi atau sudah tidur. Setiap kali jam istirahat Michi tidak pernah absen menghubungi Kou. Ia hanya ingin bertukar cerita seperti biasa dengan kekasihnya itu. Tetapi cowok itu malah tidak bisa dihubungi.

Kouta melupakannya.

Lupakah dia akan kekasihnya?

Michi berdiri dan menyambar mantelnya. Ia berniat berjalan-jalan sebentar untuk me-refresh otaknya yang khawatir tentang Kou. Ia meninggalkan keitainya. Percuma, untuk apa dibawa-bawa jika ia nantinya hanya bisa berharap tentang Kou yang akan meneleponnya. Kekasihnya itu sibuk, tidak sempat menyentuh keitai. Michi cemberut.

Kakinya membawanya menuju taman kota. Sore itu ramai dengan orang-orang yang sedang berbagi kasih. Kebanyakan pasangan anak sekolah yang sedang berpacaran. Musim semi, bunga-bunga bermekaran. Pas sekali. Mereka terlihat sangat bahagia.

Andai bisa seperti itu lagi dengan Yabu-kun

Mereka sudah berpacaran sejak SMA, sudah lama. Jika dibayangkan, Michi memang seolah memiliki hati sekeras batu. Menghadapi Kou yang ultra sibuk dengan urusannya dan Michi tahan. Orang-orang sering berkata, Kou-lah yang beruntung memiliki Michi yang tenang. Gadis mana yang akan tahan didiamkan berhari-hari dan diduakan dengan pekerjaan selain Michi.

Michi tersenyum kecil mengingat masa SMA-nya ketika sedang berjalan-jalan di taman ini dengan Kou 3 tahun lalu. Wajahnya memerah. Melihat pasangan-pasangan itu, otak Michi teringat akan cerita di draft novel yang baru saja ia tinggalkan di rumah. Persis sekali penggambarannya di tulisan dengan kenyataan yang sedang ia lihat sekarang.

Berjalan bersama saat hanami setelah pulang sekolah. Bergandengan tangan dan saling merangkul. Ah, Michi pernah melakukannya dengan Yabu-kun. Kenangan indah itu… mana mungkin bisa lepas dari otak Michi.

“Kaori Michiyu?” panggil seseorang di belakangnya.

Ia menengok dan menemukan… dia. “Kenichi-kun?”

“Hey, sedang apa disini?” sapa Kenichi.

Michi terbengong sejenak sebelum senyum terulas lagi di wajahnya. Senyum menyapa untuk mantan kekasihnya, Nagatsukizawa Kenichi.

“Hey. Sedang berjalan-jalan saja.” Michi masih kaget karena bisa bertemu dengan Kenichi di tempat itu. “Eh, apa kabar?”

Kenichi tertawa kecil. “Baik, tentu saja. Kau sendiri?”

“Seperti yang kau lihat. Sehat kan? Hahaha.”

Dengan agak kaku akhirnya mereka berjalan bersama-sama dibawah pohon-pohon taman yang sedang bersemi. Sejenak Michi melupakan kekhawatirannya tentang Kou.

Kenichi.

Michi tidak pernah membayangkan akan bertemu dengan cowok itu. Semua diluar bayangannya. Tiba-tiba dia muncul kembali. Harusnya dia tetap berada di negaranya. Michi pernah menjadi pacar cowok itu saat ia tinggal di luar negeri saat kelas 1 SMA. Kelas 2, keluarga Kaori pindah ke Tokyo dan disanalah Michi bertemu dengan Kou.

Perpisahan antara Kenichi dan Michi dikarenakan keputusan keluarga Michi yang akan pindah ke Tokyo. Kenichi tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh. Ia memutuskan untuk menghentikan hubungannya dengan Michi. Tapi kali ini mereka bertemu lagi dengan kondisi dimana Michi terlihat sedang berbunga-bunga. Seirama dengan bunga-bunga yang bersemi.

Sejenak Michi bisa melupakan Kou.

Cowok itu sibuk. Ok. Anggap saja Michi juga sibuk.

*

Langkah kakinya terhenti di depan rumah keluarga Kaori. Langit sudah gelap, tapi sebenarnya ini waktu yang tepat untuk berkunjung ke rumah perempuan. Hari Sabtu, ketika bulan sudah menyapa. Ia menghembuskan nafas panjang, lalu menekan bel rumah keluarga Kaori.

TING TONG…

Tidak perlu menunggu terlalu lama, seseorang membukakan pintu.

“Yabu-kun?” Mata Michi membelalak kaget melihat orang yang datang ke rumahnya. “Erm… ada apa? Tumben datang kemari.”

“Apa aku tidak boleh datang berkunjung ke rumah pacarku?” tanya Kou sambil tersenyum.

Michi menggeleng ragu.

“Sedang ada tamu?” Bagus, Kou bisa menebaknya. Tentu saja, mobil keluarga Kaori tidak ada, digantikan dengan mobil sedan yang belum pernah Kou lihat terparkir di rumah Michi.

“Hmm… hanya teman lama.” Michi menundukkan kepalanya. “Oya, Yabu-kun, maaf hari ini aku tidak jadi ke rumahmu-“

“Oh iya. Kenapa tidak jadi datang? Aku seharian menunggumu dirumah-eh, aku tidak diajak masuk ke dalam?” tanya Kou.

Michi terlihat ragu. Entah, dia tiba-tiba merasa bersalah. Lalu ia membuka jalan untuk Kou masuk ke dalam rumahnya. Kou sedikit terlihat kaget melihat seorang cowok duduk di sofa ruang tamu keluarga Kaori. Kou membalikkan wajahnya, seolah bertanya pada Michi, meminta penjelasan.

“Erm… Yabu-kun, ini… temanku saat aku di-“

“Nagatshukizawa Kenichi desu. Sebenarnya aku bukan hanya teman Michi, aku mantan pacarnya.” Kenichi berdiri dan langsung mengulurkan tangannya hendak mengajak Kou bersalaman. Wajahnya tersenyum dengan lebar. Sedangkan Kou…

Dia memasang wajah kaget tapi kemudian dia mengulurkan tangannya juga. “Yabu Kouta desu. Aku pacarnya.” Kou menekankan di kata ‘pacar’.

“Oh… Ya, Yabu-kun.” Kenichi mengangguk-angguk seolah mengerti, tersenyum lebar ke arah Kou dan Michi yang kini hanya bisa tertunduk. Pacar dan mantan pacarnya bertemu… dirumahnya.

Lengan Kenichi tiba-tiba merangkul tubuh Michi dari samping. “Maaf ya, Yabu-kun, tadi siang Michi tidak jadi ke rumahku. Tadi aku meminta tolong Michi untuk menemaniku makan siang. Maaf sekali.”

Entah harus dideskripsikan bagimana. Michi menatap mata Kou dengan tatapan aku-mohon-maaf-tidak-memberimu-kabar-tentang-ini dan Kou menatap Michi seolah bertanya eh-siapa-dia? Michi melepaskan rangkulan tangan Kenichi dan menggenggam lengan Kou.

“Aku… Erm, maaf ya. Besok kita jalan-jalan ya.”

“Tidak bisa. Aku sibuk.” Kou melepaskan genggaman tangan Michi. “Ne, kalian sedang mengobrol ya tadi? Maaf aku mengganggu. Aku permisi.”

Belum sempat Michi mencerna keseluruhan kalimat, Kou sudah berbalik dan berjalan menuju pintu keluar dan menghampiri mobilnya. Michi mengejar sambil memanggil-manggil Kou, meninggalkan Kenichi yang kebingungan di dalam rumah.

“Ya-Yabu-kun! Tunggu! Dengarkan aku dulu.”

Kou berhenti dan berbalik menatap Michi. “Apa?”

“Erm… Dengarkan aku dulu.” Michi menarik nafas. “Jangan marah. Aku tidak… Aku tidak melakukan apa-apa. Kami hanya makan siang. Aku tadinya sudah siap ke rumahmu, tetapi Kenichi datang dan mengajakku makan siang. Aku sudah jelaskan padanya hanya… aku tidak tega. Jadi… begitu. Tadinya setelah Kenichi selesai bertamu, aku ingin ke rumahmu. Tapi Yabu-kun keburu datang. Hmm… Aku minta maaf.”

Tanpa berkata apa-apa, Kou langsung masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan Michi yang terbengong di depan pagar rumahnya. Kou… pergi.

Kenapa seperti ini?!

Michi sangat kaget.

Ketika ia berbalik, matanya menemukan Kenichi sedang berdiri di depan pintu rumah. Kakinya berjalan mendekati Michi yang kini berkaca-kaca. Ia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menunggu tangisnya pecah.

Cepat, Kenichi memeluk tubuh itu dan di detik yang sama airmata Michi meleleh membasahi baju laki-laki itu. Kesedihannya… seolah ada yang membantunya memikul pedih di hatinya malah itu. Kenichi mengelus lembut punggung gadis itu, membiarkan orang yang sebenarnya masih dan selalu ada dihatinya itu mencurahkan seluruh kesedihannya kepadanya.

Tidak ada kata apa-apa yang dapat keluar dari mulut Michi kali itu. Kenichi dengan penuh perhatian langsung memapah Michi yang masih sedih atas perlakuan Kou ke dalam kamar dan menyuruh gadis itu tidur. Kenichi lalu keluar dan pulang meninggalkan seorang gadis yang sedang rapuh di dalam kamar.

Menangis. Dia kembali menangis dalam kegelapan.

“Yabu-kun…” bisiknya.

*

Pagi-pagi benar, keesokan harinya, Kou membuka jendela kamarnya. Ia sebetulnya belum fokus 100% untuk bekerja hari itu. Pikirannya masih mengamuk karena Michi kemarin. Dia yang rela melupakannya padahal gadis itu sendiri yang bilang ‘kangen’. Hingga sampai ia berkunjung ke rumah gadisnya, dia sedang bersama orang lain. Laki-laki. Statusnya, mantan kekasih.

Great!

Aneh-kah jika dia marah? Oh, Kou masih normal sebagai laki-laki. Ia mengenal betul arti kata ‘cemburu’.

Sinar matahari perlahan menusuk matanya yang sipit.

Haruskah ia pergi bekerja hari ini? Atau menghibur diri dengan berjalan-jalan? Yang jelas… hari ini… lupakan Michi.

Sakit hati.

“Kou…” panggil seseorang dari luar.

“Ya, Kaa-san?” jawab Kou. Tidak mungkin ayahnya mau mengetuk kamarnya dan membangunkan satu-satunya penerus bisnis keluarga Yabu.

“Sudah mandi? Tou-san sudah menunggu.”

Kalau begini artinya Kou tetap harus ke kantor bersama ayahnya. Dengan cepat Kou mengambil tas laptop-nya dan memakai sepatu. Semi-formal. Kou belum mau berpakaian terlalu formal seperti ayahnya. Dia masih muda. 20 tahun.

Langkahnya menuruni tangga disambut dengan pemandangan meja makan tanpa ayahnya.

“Tou-san…?”

“Katanya kau kelamaan. Mobilnya baru saja jalan.”

“Aah…” Kou mendesah manja kepada ibunya. “Aku malas bawa mobil.”

Ibu lalu memberikan tatapan wajah marah. “Kou.” Sebuah nada peringatan membuat anak tunggalnya lalu berdiri tegak, menegak susu vanilla, dan lalu berjalan keluar menuju garasi mobilnya.

“Ittekimasu~”

Terdengar suara balasan ibunya dari dalam rumah. Kou membuka pintu lalu menjalankan mobilnya. Tapi! Eh? Tunggu dulu!

Matanya menangkap sosok yang tidak asing berada di depan pagar rumahnya yang besar. Perempuan yang berdiri dengan mantel tipis. Kou tahu betul siapa dia. Perempuan yang baru saja membuat mood-nya menjadi drop.

“Michiyu.” Dia mendesah.

“Kou,” panggil Michi dari luar.

Tangannya seperti membawa sesuatu. Entah apa yang sedang Kou pikirkan tapi cowok itu sama sekali tidak menggubris suara Michi diluar. Bahkan ketika Michi menggedor-gedor jendela mobil Kou, cowok itu tidak menanggapi sama sekali.

Biar, pikir Kou.

*

“Dia tidak pantas untukmu.”

Satu minggu sudah Kou dan Michi bertengkar. Oh, lebih tepatnya Kou yang menjauhi Michi dan tidak menggubris kekasihnya itu SAMA SEKALI. Bahkan Kou mematikan keitainya. Michi tidak bisa menghubungi Kou KEMANAPUN, ke rumahnya sekalipun.

Semua orang membencinya? Termasuk keluarga Yabu? Tahukah mereka tentang masalah ini?

Tidak semua orang. Kenichi masih menemaninya. Tentu saja.

“Kau terlalu baik untuknya, Michi.”

Baik? Benarkah? Melupakannya demi menemani mantan pacar makan siang. Kou pasti dengan tegas tidak akan mengatakan perbuatanku ini baik. Pasti aku dianggap mulut besar karena sudah mengatakan rindu sana-sini, tapi janji untuk mampir ke rumahnya tidak jadi.

Mata Michi panas luar biasa. Michi tidak sanggup berdiam-diaman seperti ini dengan Kou lebih lama lagi.

Saat menghampiri ke rumahnya pun, Kou tidak mau bertemu. Di temui di kantor, tetap tidak keluar. Pagi, siang, sore, malam, Michi tidak bisa melihat Kou. Tidak sama sekali. Setiap kali Michi hendak bertemu Kou, pasti ada satu rantang makanan yang ia bawa. Tetapi setiap kali ia bertanya pada orang yang dititipkan, rantang itu selalu dikembalikan. Kou sudah tidak sudi memakan masakan Michi.

“Michi, aku mencintaimu.” Mata Michi terbelalak kaget mendengar ucapan Kenichi. “Sungguh. Sejak dulu, belum berubah. Aku ingin kita seperti dulu lagi.”

Haruskah Michi melepas semua ini? Toh ia sudah tidak berarti lagi. Apa gunanya mengemis cinta pada orang yang sama sekali tidak akan bisa memaafkanmu.

“Lupakan Yabu Kouta. Aku tidak akan membuatmu sedih seperti ini. Tidak akan.”

Michi berlari masuk ke kamarnya.

Haruskah ia melupakan Kou?

*

Malam itu Michi nekat keluar rumah. Kabur-ah apa pun namanya. Yang jelas dia sangat merindukan pelukan hangat Kou. Langkah kakinya membawanya ke rumah kediaman Yabu. Ditemani hembusan angin malam yang menggigit serta desah sendu angin yang berbisik. Michi merapatkan tubuhnya ke dalam mantel. Sedikit rintik gerimis memasahi rambutnya. Sepertinya akan hujan.

Ketika langkah gadis berambut hitam legam itu terhenti di depan pintu besar rumah Kou, tangannya memberanikah diri mengetik mail untuk Kou. Terserah Kou membaca atau tidak. Ia hanya ingin Kou tahu ia sudah berdiri di depan rumah kekasihnya itu. Akhirnya Michi menyandarkan tubuhnya ke tembok dan menghirup udara dingin.

Gerimis semakin lebat. Ah, hujankah?

Berdiri disini, setidaknya Michi merasa hangat karena… ini rumah Kou.

Pintu tiba-tiba terbuka dan muncullah orang yang selalu ia rindukan selama ini. Michi kaget luar biasa. Tidak menyangka ada orang di dalam karena rumah itu sungguh gelap dari luar.

“Yabu-kun?” panggil Michi pelan dan agak serak. Lihat, angin bahkan menginvasi pita suaranya.

“Michiyu! Sedang apa malam-malam begini? Ayo cepat masuk!”

Kou menarik lengan Michi hingga gadis itu masuk ke dalam rumah. Lebih hangat dengan perapian yang ada di dekat ruang tamu. Michi masih berdiri.

“Kau sedang apa? Diluar akan hujan lebat dan ka-“

“Yabu-kun masih marah padaku?” tanya Michi cepat.

Tanpa menunggu lebih lama, rasa rindunya terlalu ingin menyeruak hebat, tangannya lalu dengan cepat memeluk tubuh Kou. Erat. Sangat erat.

“A-Aku minta maaf,” ujar gadis itu setengah terisak. “Aku tidak melupakan Yabu-kun, tapi aku juga tidak melakukan apa-apa dengan Kenichi. Aku berani bersumpah demi hidupku.”

“Harusnya aku yang minta maaf. Sikapku terlalu kekanak-kanakan. Aku juga rindu padamu.”

Kou balas memeluk tubuh itu. Mereka berbagi kehangatan dalam bahagia dan haru. Kou mengelus lembut rambut kekasihnya yang sudah sedikit basah karena gerimis. Michi begitu merindukan wangi kekasihnya itu. Di depan hangatnya perapian, mereka bertukar rindu.

CUP

Sebuah ciuman mesra oleh Kou. Dalam gelap sekalipun Kou bisa melihat pipi kekasihnya yang memerah. Tangannya dengan cepat mencubit pipi gadisnya. Gemas.

“Yabu-kun…” bisik Michi malu.

“Maaf sudah membuatku sedih selama ini.”

Michi kembali memeluk Kou dan membenamkan kepalanya ke dada bidang kekasihnya. Betapa ia sangat merindukan Kou yang selalu perhatian dengannya. Sejenak Michi berpikir, tidak salah ia menolak mantan kekasihnya. Kenichi tidak berhak mengatakan Kou tidak pantas untuk Michi. Gadis itu yang berhak memilih dan memutuskan yang terbaik untuknya.

Dan selamanya, hanya Kou yang bisa membuatnya bahagia. Michi sadar hubungannya dengan Kou tidak akan selalu mulus-tentu saja. Tapi ia berjanji demi dirinya sendiri untuk tidak akan mengkhianati Kou. Ia bersumpah. Karena dia mencintai Kou. Dan dia tahu Kou pun mencintainya. Sampai kapan pun.

~OMAKE~
Kou tiba-tiba menggendong tubuh Michi dan membuat gadis itu menjerit tertahan. “Yabu-kun! Hey, turunkan aku! Aku tidak mau membangunkan orang rumahmu!”

“Tidak ada orang. Kaa-san dan Tou-san sedang pergi keluar kota beberapa hari.”

Otak perempuan itu seolah dapat membaca raut wajah Kou. Hingga Kou membuka pintu kamarnya dan menurunkan Michi di pinggir tempat tidurnya. Raut wajah itu… ya, Kou itu cowok normal. Laki-laki biasa yang pasti bisa merasakan…

CUP

Lagi. Kou menciumnya lagi dan berkali-kali. Oh, biarlah suara mereka diredam oleh nyanyian hujan. Dan cukup hanya mereka berdua saja yang tahu bagaimana akhir dalam malam mereka.

/END
OWARI!
Sebelomnya, maap ya, mut, kl ff-nya gak ada dewasa2nya. Trus adegan ‘itu’-nya disensor + pake omake2an. Ahahahaha. Semoga km suka.
Dan semoga yang lain juga sukaaaa~
(maap jg kl endingnya maksa) T.T

Comments are LAAAAAAAB!
no silent reader, puhriss~

genre: romance, theme: non-yaoi, rating: pg-13, pairing: yabu kota/oc, type: oneshot, author: angelika20, fandom: hey!say!jump

Previous post Next post
Up