The Love Letter

Oct 29, 2009 12:46

Author : deachan + Jaesy
Length : One Shot
Genre : Romance
Rate : PG-13 (for Implicit shonen-ai content)
Disclaimer : We don’t owe TVXQ for the characters.All events are fiction only
Pairing : Yun/Jae (YunHo and JaeJoong of TVXQ)

A/N : This is my first YAOI fics ever. The character is the famous pairing in TVXQ,Yunho and Jaejoong. I made this fics together with deachan.

Seoul, January 2009 - 11:00 PM

Kelap-kelip cahaya lampu menyinari jalanan kota Seoul. butiran salju menyerupai kapas, turun perlahan memantulkan pendaran cahaya bak tirai kristal yang jatuh menyelimuti kota Seoul yang mulai menyepi.

Sayup-sayup suara musik lembut terdengar diantara sela-selai tira jendela yang terbuka. Sepasang kekasih bergelung di depan hangatnya perapian.

Jingle ‘Love In The Ice’ perlahan mengalun, menandai akhir dari sebuah jeda reklame. Produser menjentikkan tangannya dari balik kaca studio, memberikan isyarat kepada sang penyiar untuk memulai kembali siarannya.

Park Yoochun tersenyum simpul memandang sang produser, sambil mendekatkan wajahnya ke depan microphone dan mengangguk kecil menandakan bahwa ia siap kembali memulai acara.

“Masih bersama DJ Micky yang akan menemani Anda hingga tengah malam nanti di radio kesayangan Anda 87.5 FM MBC Radio Station dalam acara Love In The Radio.

“Tanpa terasa sudah 90 menit kita bersama, sampailah kita di email terakhir untuk malam ini.Buat pengirim yang belum sempat saya bacakan emailnya, jangan bersedih karena kita masih akan berjumpa lagi besok malam. Bagi yang ingin mengirimkan pesan ataupun sekedar cerita tentang luapan hati kamu, bisa langsung dikirim ke litr@mbcradio.co.kr.”

DJ Micky menghela napas, kemudian pandangannya beralih ke arah monitor di depannya.

“Email terakhir datang dari salah satu teman terdekat saya. Malam ini, teman saya ini ingin menyampaikan sebuah pesan kepada seseorang, inilah pesannya”

“Dear Joongie,

Memandangi kamu yang sedang tertidur, aku menyadari betapa cepatnya waktu berlalu. Tanpa terasa sudah delapan tahun berlalu sejak aku bertemu dengan kamu. Sebuah masa yang panjang tapi masih terasa begitu singkat buatku.

Apa kamu ingat hari itu? Aku yang memandangimu pada saat kau masuk ke dalam studio dengan ekspresi gugup. Waktu itu aku menyodorkan tanganku untuk berkenalan denganmu. Kamu hanya tersenyum kecil sambil tersipu malu. Saat itu yang terlintas di pikiranku hanyalah wajah cantik namun berlogat aneh. Hahahaha…ternyata bukan aku saja yang datang dari desa.

Joongie-ah, masa-masa menjadi trainee adalah masa yang tersulit buat kita. Penuh peluh, keringat dan airmata yang tak akan terlupakan sampai kapanpun. Wajah panikmu saat pertama kali menari, wajah gelimu saat pertama kali mendengar aku menyanyi. Yah, aku akui suaraku tidak sebagus suaramu tapi paling tidak hahaha…tarianku bagus.

Ingatkah kamu, masa-masa kita tinggal bersama di sebuah kamar sempit dan dingin itu? Semangkuk kuah kaldu dan dua mangkuk nasi untuk makan malam kita? Berbagai pekerjaan tambahan yang harus kita lakukan untuk sekedar bertahan hidup? Aku yang selalu memasukkan kepingan uang logam di kedalam kaleng bekas? Wajahku yang berbinar saat kau memberikan kepingan uang logam milikmu padaku?

Saat itu kamu selalu berkata padaku “Kita bisa melaluinya bersama!” sambil tersenyum, walaupun aku tahu, tiap malam kamu akan selalu menatap keluar jendela dengan wajah yang hampir menangis. Joongie-ah, tahukah kamu, seharusnya kamu tidak perlu menyembunyikan airmatamu di depanku.

Tapi semua penderitaan itu terbayarkan pada saat kita berdua berhasil meraih mimpi kita masuk ke dapur rekaman. Aku masih ingat kau yang memelukku sambil meloncat kegirangan, sahabat -sahabat baru yang kita dapatkan setelah itu, popularitas instan yang seolah diraih dalam sekejap mata. Kadang aku bertanya, apakah ini hanya mimpi belaka?

My dear beautiful Joongie,
Terimakasih karena selalu menemaniku di saat-saat sulit, terutama saat aku harus membayar harga dari sebuah kepopularitasan. Aku yang berdiri di bawah hujan, menangisi kepergiannya dan kau yang memayungiku dalam diam tanpa peduli air hujan membasahi tubuhmu.

Kau, yang sejak saat itu selalu meraih tanganku saat ku lelah, menepuk pundakku dengan lembut saat ku putus asa, dan kau yang selalu dalam diam membiarkanku memelukmu saat aku membutuhkan hangatnya seorang teman.”

Yoochun terdiam sejenak, suara musik terus mengalun, seolah memberikan arti kepada kata-kata yang terucap.

“Joongie-ah, mianhae, saat itu aku tidak menyadari kalau itu akan menyakiti hatimu. Matamu yang selalu memandangku penuh harap walau itu kau sembunyikan di balik topeng fan service.

Joongie-ah, mianhae, aku yang langsung berlari menjauh saat aku tahu apa yang kau rasakan. Aku yang tidak mau mengakui kalau keberadaanmu berarti untukku. Aku yang membiarkan orang lain menjauhkan aku darimu.Tapi tahukah kamu? Saat itupun aku tidak bisa melepaskan keberadaanmu. Kau yang selalu memenuhi sel-sel otakku, detak jantungku bahkan setiap tarikan nafas dari paru-paruku.

Joongie, tanpa aku sadari, kamu sudah menjadi candu. Sebuah candu yang walaupun berulang kali aku coba untuk buang tapi tetap kembali, hingga akhirnya aku menyerah dan terlarut ke dalamnya.

Joongie-ah, mianhae, aku yang selalu membuatmu khawatir dengan kecerobohanku. Aku yang membuatmu kelelahan karena terus menungguku saat aku sakit. Aku yang membuatmu harus terus terbangun dan mengompresku di saat aku demam. Aku juga yang membuatmu terlambat pemotretan karena kamu harus menungguiku semalaman di rumah sakit dan membuat sarapan pagi untukku.

Joongie-ah, mianhae, maafkan aku yang tidak bisa menjadi seorang yang sempurna untukmu. Aku yang tidak bisa menggandeng tanganmu di depan umum, aku yang tidak bisa menyayangimu seperti layaknya seorang kekasih dan aku yang tidak bisa meneriakkan kepada dunia bahwa kau adalah milikku…”

Yoochun seolah tercekat, airmata yang sudah sejak tadi ditahannya mulai mengalir pelan. Dengan suara bergetar, ia pun melanjutkan.

“Joongie…Joongie…andai kau tahu betapa aku ingin meneriakkan kepada dunia bahwa kau adalah milikku dan aku adalah milikmu. Andai kau tahu betapa takutnya aku setiap saat ada orang lain yang ingin memilikimu.

Joongie-ah, mianhae, maafkan aku yang selalu cemburu. Bukan aku tidak percaya padamu, tapi karena aku benar-benar takut kehilangan kamu. Seorang malaikat yang dikirim untukku.

Joongie-ah, duduk disini sambil memandangi sosokmu yang sedang tertidur dengan lelapnya, membuatku yakin bahwa di kehidupanku yang lampau, aku pasti telah melakukan sesuatu yang baik, karena Dia telah menganugerahkanmu untukku.

My Joongie, ijinkan aku membuat satu janji untukmu. Aku mungkin tidak bisa memberikan seluruh dunia untukmu, tapi aku akan memberikan keseluruhanku untukmu. Kau bisa pastikan 20 atau 30 tahun lagi, kau akan selalu mendapatiku ada disampingmu. Kita berdua akan terus bergandengan tangan dan kau akan tersenyum kepadaku seperti sekarang, karena kau dan aku adalah satu.

Saranghanda, Kim Jae Joong….

Seoul, 31 Desember 2008

Jung Yun Ho”.

Musik masih terus mengalun lembut seolah menghayati sebuah kisah cinta yang tak terucap. Yoochun menghapus air matanya yang mengalir sejak tadi. Hatinya diliputi rasa haru dan sayang terhadap kedua teman baiknya.

Sang produser mengacungkan jari telunjuk diatas jam tangannya, memberi tanda bahwa acara harus berakhir. Waktu sudah menunjukkan pukul 11:50 PM dan Yoochun harus segera melakukan final encore.

Masih diliputi rasa haru, Yoochun pun mulai berbicara. Musik mengalun perlahan menambah syahdunya suasana.

“Masih bersama saya DJ Micky di 87.5 FM MBC Radio Station, Love In The Radio.Sudah hampir tengah malam dan salju masih turun membuat dingin suasana. Pendengar sekalian, menurut kalian apa yang bisa menghatkan kalian di malam sedingin ini.Apakah pelukan?Kecupan?Atau cinta? Saya yakin tidak ada seratus pelukan dan seratus kecupan dimuka bumi ini yang bisa menghangatkan kita, kecuali satu cinta. Saya berharap seperti kedua teman saya ini, kalian juga bisa dihangatkan oleh cinta.

Satu nomer penutup dari Barry Manilow yang selalu mengingatkan pada kita bahwa rasa cinta akan selalu membawa kebahagiaan. Hyung deul, lagu ini untuk kalian berdua. Barry Manilow - I can’t smile without you.

DJ Micky harus undur diri, keep spreading the love, have a beautiful night.”

Yoochun meletakkan headphone-nya. Dalam hati, ia mengingatkan dirinya untuk menggoda kedua teman baiknya itu saat ia tiba di rumah nanti. Dan ia akan pastikan Junsu dan Changmin akan turut serta. Sambil memakai jaket dan topi, ia membuka pintu studio dan tersenyum penuh arti.

Sementara itu di belahan lain kota Seoul, Yun Ho sedang memeluk Jae Joong yang sedang menangis terharu.

**The End**

yunjae, yaoi, the love letter, indonesian, oneshot, pg-13, fics

Next post
Up