Author : Jaesy +
deachanLength : 07A/07
Genre : Romance,Angst
Rate : PG-15 to NC-17
Disclaimer : The author of the fan-fiction does not, in any way, profit from the story and that all creative rights to the characters belong to TVXQ.
Pairing : Yun/Jae (YunHo and JaeJoong of TVXQ)
In your arms again...
Suara dering ponsel Changmin yang diletakkan di dashboard mobilnya terdengar nyaring. Dari sudut matanya, Changmin bisa melihat nama Yoochun tampak di layar ponselnya. Spontan Changmin menekan tombol jawab di handsfree-nya.
“Yobosaeyo, Yoochun-hyung? Ada apa?” tanya Changmin dibalik kemudi.
“Minnie-ah, kau dimana? Sudah ketemu Yunho?Apa dia baik-baik saja?” tanya Yoochun bertubi-tubi dengan nada panik.
“Belum, Hyung, aku masih di mobil, I’m on the way to Incheon, ada apa?” jawabnya.
“Incheon?!? What are you doing there?!? Wait, don’t explain...anyway this is more important!” ujar Yoochun masih dengan nada yang sama, “You have to find Yunho and you have to find him fast! Arasseo!?!”
“Ya, aku juga tahu itu, Hyung” sahut Changmin sebal, “Ini aku juga sedang mencari dia!!”
“Bukan itu masalahnya!” sergah Yoochun, “Jaejoongie...Jaejoongie is dying! He needs Yunho NOW!!”
“Mwo?!?!? Dying?!?!?Kenapa??Apa yang terjadi??” tanya Changmin panik, “Aku akan segera kembali ke rumah sakit...”
“Jangan!” sela Yoochun, “Kamu harus segera menemukan Yunho, mungkin hanya dia yang bisa menolong Jaejoongie! Please, Minnie-ah, please find him and bring him back!”
“Arasseo, Hyung, kalau ada apa-apa call me!” sahut Changmin sambil memacu mobilnya, ia harus cepat-cepat menemukan Yunho.
Yoochun pun menutup teleponnya dan Changmin buru-buru kembali menghubungi ponsel Yunho untuk yang kesekian kalinya. Ia mengumpat saat suara mesin penjawab kembali terdengar. Merasa putus asa, ia pun menghubungi Junjin-Hyung, Heechul-Hyung, Dong Hae, dan Ji Hye, adik Yunho di Gwangju. Namun tak seorangpun diantara mereka yang mengetahui keberadaan leader Dong Bang Shin Ki itu. Dalam hati Changmin pun berdoa, semoga hyung-nya itu tidak melakukan sesuatu hal yang bodoh dan semoga orang yang dicarinya itu di Pantai Wangsan, tempat yang disukai Yunho.
----
Changmin memarkir Lexus RX350 warna hitamnya di jalan masuk menuju pantai. Hatinya gundah ketika ia tidak menemukan Audi hitam Yunho disana. Dengan terburu-buru, Changmin keluar dari mobilnya dan mulai berlari menyusuri pantai untuk mencari hyung-nya itu.
Wajahnya pucat pasi ketika ia tidak bisa menemukan sosok seorangpun di pantai yang luas itu.Changmin tidak tahu lagi harus mencari kemana seandainya Yunho sampai tidak ada di pantai itu. Sambil mengusap keringat yang menetes di keningnya, Changmin terus berlari mencari Yunho, ia pun mulai berteriak memanggil nama Yunho.
Suara debur ombak dan hembusan angin seolah berlomba dengan suara Changmin yang berteriak memanggil nama Jung Yunho. Changmin mempercepat langkahnya, matanya menyapu hamparan pasir putih untuk mencari sosok leader yang dikenalnya. Tidak memperhatikan langkahnya, Changmin pun terjatuh, kakinya membentur batu.
Sambil mengumpat pelan, matanya melihat sebuah agenda usang yang tergeletak di samping batu itu. Dengan penuh rasa ingin tahu, tangannya terulur meraih agenda usang itu. Namun gerakan itu terhenti saat ia melihat sebuah ponsel yang tergeletak di bawah agenda itu. Jantungnya seolah berhenti berdetak, ia mengenali ponsel itu, karena ponsel itu adalah milik Jung Yunho. Seutas gantungan ponsel bertuliskan ‘JYH’, tergantung di ponsel hitam itu. Gantungan yang diberikan oleh Jaejoong kepada Yunho sebagai hadiah ulang tahun Yunho tahun ini.
Seolah mencari sosok keberadaan Yunho, mata Changmin kembali memandang sekitarnya. Ia mengerjapkan mata dan memandang ke arah laut, hatinya berdegup kencang ketika ia melihat sosok seseorang yang hampir tenggelam ditelan ombak. Changmin kembali mengerjapkan matanya, ia mengenali orang itu, orang itu adalah Yunho. Spontan ia pun berteriak panik memanggil nama hyung-nya itu sambil berlari sekencang-kencangnya ke arah sosok yang kini telah menghilang ditelan ombak.
---
Garis lurus di layar alat monitor jantung dan bunyi ‘beep’ yang panjang dan nyaring masih terdengar di ruangan. Mikyung masih terus menangis tersedu-sedu sambil tak henti-hentinya mengucapkan doa. Disebelahnya, Junsu masih terus memeluk Mikyung erat-erat, di bibirnya juga terucap rangkaian doa yang tiada henti.
“Suster, epinephrine 1 milligram!” seru sang dokter yang masih menekan dada Jaejoong untuk melakukan cardiac massage.
“Baik!” kata sang suster sambil memasukkan jarum suntik di lengan kanan Jaejoong.
“Belum ada denyut, Dok!” seru sang suster.
“Ok, siapkan defibrillator!”
Seorang perawat mengambil alat tersebut dan mengoleskan gel di permukannya. Ia pun menyerahkan alat itu pada sang dokter.
“100 joules...Charging...Stand clear! Shocking now!”
Suara kejutan dari alat pemacu jantung disertai lonjakan tubuh Jaejoong tampak bagaikan sebuah adegan film horor di mata Mikyung.
“Cek denyutnya!” perintah sang dokter.
“Masih tidak ada denyut, Dok!”
“Siapkan 200 joules!”
“Charging... Stand clear!”
“Ayo, Jaejoong, kamu bisa, kamu harus selamat...”gumam sang dokter, setitik keringat menetes di dahinya, “Shocking now!”
Tubuh Jaejoong kembali terlonjak dan Mikyung memejamkan matanya. Sekuat tenaga ia memohon dan berdoa.
----
Kegelapan dan rasa dingin menyelimuti tubuh Yunho. Ia bisa melihat permukaan air yang semakin jauh dari gapaian tangannya. Ia pun memejamkan mata, seolah menerima kematian yang akan segera menyambutnya. Ia bisa melihat wajah Jaejoong yang tersenyum penuh cinta ke arahnya.
‘Boojae, tunggu aku ya, aku akan segera kesana’, suara hati Yunho seolah berbicara pada sosok Jaejoong yang sedang tersenyum.
‘Yunnie-ah, kau mau kemana? Pulanglah...’ sosok Jaejoong yang tersenyum itu seolah menjawab panggilan Yunho.
‘Pulang? Pulang kemana? Aku ingin ke tempatmu...’ jawab suara hati Yunho
‘Yunnie-ah, aku ada di rumah menunggumu...’ bayangan Jaejoong itu seolah kembali berbicara.
‘Kau bohong, kau tidak ada di rumah, kau sudah pergi, Boo’ sahut suara hati Yunho
‘Aku tidak akan kemana-mana, Yunnie-ah’ sahut bayangan Jaejoong, ‘Pulanglah, aku menunggumu...’
Bayangan Jaejoong itu pun mengulurkan tangannya, dan seolah menyambut uluran tangan Jaejoong, Yunho pun berusaha menggapainya.
‘Kau janji, Boo? Kau akan ada disana saat aku pulang?’ ujar suara hati Yunho.
Bayangan Jaejoong itu pun kembali tersenyum, ‘Iya, Yunnie, aku janji...’
Dan Yunho pun akhirnya berhasil menggenggam tangan itu.
----
“Cek denyutnya!” suara sang dokter kembali berkumandang.
“Masih belum ada, Dok!” sahut sang suster panik.
“Jaejoongie, berusahalah!” seru Mikyung sambil menangis di pelukan Junsu, “Kamu tidak boleh menyerah! Jangan tinggalkan aku!”
“Joongie, god damn it! Jangan menyerah! Not now!” seru Yoochun menimpali perkataan Mikyung.
“Hyung...aku mohon...jangan tinggalkan Yunho-hyung...” bisik Junsu lirih sambil terus memeluk Mikyung dengan erat.
“300 joules...Charging!” seru sang dokter lagi, “Ayo, Jaejoong, mari kita berusaha bersama! Jangan menyerah!”
“Stand...Clear! Shocking now!”
Suara hentakan keras disertai lonjakan tubuh Jaejoong kembali terulang. Dengan tegang sang dokter menatap monitor jantung.
----
Changmin meraih tangan Yunho yang terulur ke arahnya dan meraih tubuh Yunho yang tak sadarkan diri. Dengan sekuat tenaga, ia berenang melawan arus ombak yang menggulung, tidak mempedulikan dinginnya air laut yang menusuk tulang, untuk membawa tubuh yang tak sadarkan diri itu ke pantai.
Dengan terengah-engah, Changmin menggeret tubuh Yunho ke atas pasir yang kering. Ia pun menundukkan kepalanya ke arah wajah Yunho untuk memeriksa nafasnya.
“Sial, dia tidak bernafas!” umpat Changmin dengan panik.
Ia pun segera melakukan tindakan CPR, pertolongan darurat yang masih diingatnya saat mengikuti pelatihan pertolongan pertama pada masa SMA. Jari jemarinya menekan dada Yunho, berharap-harap cemas, semoga tindakannya tidak salah.
“Ayolah, Hyung jangan lakukan ini padaku...” seru Changmin putus asa.
Akhirnya, ketika Yunho terbatuk dan mengeluarkan air laut yang ditelannya, Changmin pun bernafas lega.
---
“OK, Dok, kita mendapatkan denyut!” seru sang suster.
Suara konstan detak jantung yang terpampang di monitor seolah bagaikan sebuah musik lirih yang mengalun. Teriakan lega Junsu dan Yoochun serta isakan tangis Mikyung menggema di seluruh ruangan.
“Siapkan alat bantu pernafasan, tabung oksigen dan kalian tahu yang lainnya” ujar sang dokter, “Saya mau pasien ini tetap dimonitor setiap dua jam sekali untuk memastikan kondisinya!”
“Baik, Dok!” sahut para perawat serempak sambil menjalankan perintah sang dokter.
“Dokter...” panggil Mikyung lemah, “Bagaimana kondisi adik saya?”
“Paling tidak kondisi kritis sudah lewat” sahut dokter, “Kami masih harus memantau keadaannya lebih lanjut”.
“Apakah dia akan baik-baik saja? Saya mohon tolonglah dia, Dok!” pinta Mikyung.
Sang dokter pun tersenyum menenangkan, “Pasti”, sahutnya sambil menepuk bahu Mikyung dan ia pun berjalan meninggalkan ruangan.
Junsu, Mikyung dan Yoochun terduduk lemas. Sambil menatap Jaejoong yang masih terbaring Junsu berkata lirih, “Terimakasih, Hyung, kau akhirnya kembali”.