I For You - Chapter 6

Oct 31, 2009 13:15

Author : Jaesy + deachan
Length : 06/07
Genre : Romance,Angst
Rate : PG-15 to NC-17
Disclaimer : The author of the fan-fiction does not, in any way, profit from the story and that all creative rights to the characters belong to TVXQ.
Pairing : Yun/Jae (YunHo and JaeJoong of TVXQ)

The forbidden love...



7 Maret 2007

Dan YunJae pun sudah bukan merupakan ‘fanservice’ lagi.
YunJae adalah nyata .....
Pelukannya,genggaman tangannya,pandangan matanya,ciumannya, semua adalah milikku. Jung Yunho adalah milik Kim Jaejoong.

” Nan Nikkeoya, Neon Naekkoya...”

-----

12 Maret 2007

Romeo, seharusnya mencintai Juliet.
Tapi apa yang terjadi saat Romeo mencintai Mercutio sahabatnya?
Apa yang terjadi bila Mercutio yang membuat Romeo meninggalkan Rosaline dan mengacuhkan Juliet di pesta dansa keluarga Capulet?

Cinta yang terlarang, cinta rahasia...seperti kita Yunho-yah...

-----

15 Maret 2007

Yunho-yah, kamu bilang aku adalah ‘candumu’.
Tapi itu salah, karena menurutku, KAU adalah ‘canduku’.

PS : Manager hyung bilang, kita harus berhenti saling menyentuh di depan umum. Yunho-yah, jangan menyentuhku lagi seperti itu >.<

----

5 Maret 2007

Yunho yaaaaaaaaaaaaah ~~~~~~~~
SARANGHAEEEEE ~~~~~~~~~~~~~~

----

30 Maret 2007

Reaksi Junsu dan Changmin benar-benar di luar dugaanku.
Sama ketika aku memberi tahu Yoochun beberapa hari yang lalu.
Bahkan sebelum Yunho mengatakan apa-apa, Changmin telah menebak dan memotong perkataan Yunho,”Kalian pacaran,ya?”

Kkhhh....seharusnya kita memang tidak perlu bersembunyi di depan dongsaeng kita, Yunho-yah....

-----

Ketukan pintu di ruang rawat Jaejoong mengejutkan Yunho yang sejak tadi membaca agenda Jaejoong. Ia pun menutup agenda Jaejoong dan bergegas membukakan pintu. Sosok wajah yang sudah sangat dikenalnya ada di sana. Kim Mikyung, kakak Jaejoong, datang menjenguk adiknya sambil membawa seikat bunga carnation.

“Oh, Mikyung-noona...silahkan masuk.”ujar Yunho sambil membuka pintu.

“Ah,Yunho-yah,anyeong..apa kabar Jaejoong hari ini?”tanya Mikyung sambil melangkah masuk. Sesosok wanita yang anggun dan berambut coklat itu berjalan menuju tempat tidur Jaejoong dan menaruh seikat bunga carnation.

”Noona, duduklah” ujar Yunho sambil menggeret sebuah kursi untuk Mikyung, sosok kakak yang paling Jaejoong sayangi.

“Terimakasih, Yunho-yah” sahut Mikyung sembari duduk, “Kau juga duduklah!”

Yunho pun mengambil tempat duduk di sebelah Mikyung. Mikyung mengamati Yunho sejenak, “Apa kabarmu, Yunho-yah? Kau sehat? Kau makan dengan teratur kan?”

Mendengar pertanyaan Mikyung, Yunho hanya mengangguk kecil. Matanya lalu tertuju kepada sosok Jaejoong yang tertidur dan ia berbisik pelan,”Noona-yah,Jaejoong masih terlihat cantik.”

Mikyung memandang Yunho dengan tatapan sedih, dan Yunho melangkahkan kaki ke luar kamar rawat Jaejoong.

Melihat Yunho pergi, Mikyung mendekati Jaejoong yang tertidur.Sambil membetulkan letak selimut Jaejoong, ia pun mengecup kening Jaejoong sambil membisikkan sesuatu,”Joongie-ah,Noona datang. Maaf aku tidak bisa meyakinkan Appa, tapi aku akan terus disisimu,Joongie-ah.”

-------

Yunho kembali ke kamar rawat Jaejoong sambil membawa segelas kopi untuk Mikyung. Melihat Mikyung mencium kening Jaejoong dan membisikkan kata-kata lembut kepada Jaejoong yang sedang tertidur, langkah Yunho pun terhenti. Ia bisa melihat kesedihan yang mendalam tergambar jelas dari sosok Mikyung yang sangat tegar. Dan Yunho pun berjalan pelan menghampiri Mikyung.

“Noona-yah,aku..aku..”kata Yunho sambil menaruh segelas kopi panas di meja.

“Yunho-yah, mianhae...tolong jaga Joongie-ku” sambung Mikyung sambil terus mengenggam tangan Jaejoong,

“Yunho-yah, Joongie..Joongie,adalah adikku satu-satunya dan aku,sebagai kakaknya,aku tidak bisa melindunginya.”kata Mikyung terbata-bata sambil menangis.

Yunho duduk terdiam tanpa ekpresi, dan ia mendengar Mikyung berbicara sambil menitikkan air mata.

”Yunho-yah,mungkin kamu tidak tahu, tapi..Joongie telah banyak mengalami kesedihan. Dia tidak pernah mengeluh sedikit pun, tapi aku tahu dia sakit.” Mikyung lalu meneruskan,”Joongie, dia.dan Appa...sudah tidak saling melihat satu sama lain.”

---flashback---

Sosok laki-laki tua itu masih berdiri tegak di depan Jaejoong sambil membuang muka. Air mata menggenang di pelupuk matanya. Wajahnya penuh amarah dan rasa sesal.

“Appa,mianhae..aku mencintainya, Appa. Jaejoongie tidak akan ada tanpa Jung Yunho.” Jaejoong berkata sambil menundukkan mukanya.

“Jangan sebut nama itu di depanku!” Laki-laki tua itu berkata dengan kasar.

“Appa,Yunho,dia adalah orang yang sangat berarti untukku.Aku tidak akan pernah sampai pada detik ini tanpanya, Appa. Dia adalah segalanya untukku.” Jaejoong terdiam sejenak dan dengar suaranya yang bergetar,ia mulai melanjutkan lagi,”Appa,aku tahu,kami salah. Yunho dan Jaejoong tidak seharusnya ada. Aku tahu kami tidak seharusnya berbuat ini.Tapi Appa, aku,Joongie-mu ini,telah mencintainya tanpa syarat. Dia adalah orang yang kucari selama ini,Appa.”

PLAK!!

Suara tamparan yang keras terdengar menggema di seluruh ruang tamu rumah keluarga Kim. Mikyung yang sejak tadi bersembunyi di balik pintu terlonjak kaget, ia bisa melihat pipi kanan Jaejoong yang memerah akibat tamparan keras ayahnya.Mikyung pun menangis tertahan.

“Ingat kamu itu Kim Jaejoong!Kamu itu laki-laki!dan aku membesarkanmu bukan untuk membuatmu seperti.Kamu harus ingat Jaejoong-ah,KAMU ITU ADALAH SATU-SATUNYA ANAK LAKI-LAKI DI KELUARGA INI!Kamu yang akan meneruskan nama keluarga Kim.” Suara laki-laki tua terdengar sangat marah.

“Appa,mianhae”Jawab Jaejoong sambil berlutut.”Ini adalah dosa dan aku adalah aib yang terbakar di dalam dosa. Tapi Appa, aku rela terbakar di api neraka,kalau aku bisa bersama dengannya.”

“Anak durhaka!” Laki-laki tua itu mengayunkan tongkat kayunya ke tubuh Jaejoong dengan keras.”APA KAU TIDAK KASIHAN KEPADA IBUMU?!”Suara hantaman tongkat kayu di tubuh Jaejoong terdengar keras.”DIA ITU MENANGIS GARA-GARA KAMU. APA KAU SAMA SEKALI TIDAK MEMANDANG KELUARGA INI?! Berulang kali lelaki tua itu menghantamkan tongkatnya ke tubuh Jaejoong.

Jaejoong hany diam,berlutut di lantai sambil menahan rasa sakit dan rasa panas yang membakar punggungnya akibat hantaman keras tongkat kayu yang diayunkan berkali-kali oleh sang ayah.

”APA KAU JUGA TIDAK MEMIKIRKAN IBU KANDUNGMU?!” Laki-laki itu bersiap untuk mengayunkan tongkat kayunya lagi kearah tubuh Jaejoong yang melemah.

“Appa!HENTIKAN!!” Mikyung berlari menghampiri Jaejoong dan memeluknya erat-erat seolah hendak melindungi dari pukulan sang ayah.

“Mikyung-ah!KAMU....”Laki-laki itu terkejut.

“Yeobo-yah...hentikan..sudah cukup.” Ibu Jaejoong menangis sambil memegangi lengan suaminya.Hatinya perih melihat sosok dua pria yang paling dicintai dalam hidupnya, harus saling melukai satu sama lain.

“Pergi kamu!pergi dari hadapanku!......Kamu bukan anak ayah lagi.Jangan pernah menginjakkan kaki di rumah ini!” suara laki-laki itu terdengar bergetar penuh amarah.

Dengan menahan rasa sakit, Jaejoong berdiri perlahan dibantu oleh Mikyung yang tidak bisa menahan air matanya lagi.

“Appa,umma,mianhae...aku..aku tetap Jaejoongie kalian. Aku tetap mencintai kalian. Mianhae...”

Jaejoong lalu melangkah pergi dari ruangan itu dengan langkah tertatih-tatih. Mikyung dan Ibu Kim hanya bisa menangis menatap kepergian Jaejoong.

----End of Flashback----

Mikyung menghentikan ceritanya sambil mengusap air mata yang mengalir. Yunho hanya terdiam, pikirannya campur aduk. Ia menoleh ke arah Jaejoong, ia teringat kembali akan sebuah kejadian aneh beberapa bulan lalu.

---Flasback---

Oh,Joongie-ah!kamu sudah pulang?! Sambut Yunho ketika Jaejoong memasuki kamar.”Bagaimana rumah?”

“Errm...begitulah.”jawab Jaejoong singkat.

“Oh...ya sudah.Kamu cepat ganti baju, kita setengah jam lagi dijemput manager-hyung.” Kata Yunho dengan riang.

Jaejoong hanya mengangguk sambil tersenyum kecil kearah Yunho. Ia pun beranjak ke lemari pakaian untuk mengambil kemeja putih kesayangannya. Tangannya bergerak melepaskan kaos yang sedang dipakainya dan luka-luka memar itu pun tampak membiru di punggungnya.

Yunho terkesiap, matanya membelalak menatap luka-luka di punggung Jaejoong. “Joongie-ah ada apa?kenapa kamu bisa luka-luka seperti ini? Kamu ngga apa-apa?Mana yang sakit?” Ujar Yunho sambil menyentuh Jaejoong dengan hati-hati seolah memastikan bahwa Jaejoong baik-baik saja.

Melihat Yunho yang khawatir,Jaejoong pun tersenyum menenangkan,”Gwaenchana,tadi waktu di kereta bawah tanah, aku didorong orang sampai ke pintu. Mungkin gara-gara itu.”

“Aiishh, kamu itu” sahut Yunho dengan sayang.”Sebentar yah,aku ambilkan salep dulu.”

Yunho pun bergerak keluar kamar, namun langkahnya terhenti ketika tiba-tiba tangan Jaejoong menarik lengannya.

“Yunho-yah, tunggu sebentar.”ujar Jaejoong lirih.Ia pun menyandarkan kepalanya di pundak Yunho dan menyembunyikan wajahnya di lekuk leher Yunho.

“Jaejoong-ah?”tanya Yunho sambil memeluk tubuh Jaejoong.

“Biarkan aku begini sebentar saja...sebentar saja Yunho yah...”sahut Jaejoong pelan.

----End of Flashback----

Yunho mengernyitkan dahinya, seketika ia diliputi perasaan bersalah yang sangat dalam. MiKyung, yang tidak menyadari pergolakan batin Yunho, terus melanjutkan.

“Karena itu Yunho-yah, hanya kamu yang dia punya sekarang” ujar Mikyung masih sambil menangis, “Jangan pernah kau lepaskan tangannya, Yunho-yah! Dia benar-benar mencintai kamu! Tolong cintai dia seperti dia mencintai kamu...”

“Noona...aku...”

“Aku minta maaf, Yunho-yah” sela Mikyung lirih, “Jaejoong jadi seperti ini mungkin gara-gara aku juga, seandainya waktu itu aku tidak melepaskan tangannya...”

---- Flashback----

“Yeoboseyo?”

“Noona-yah, ini aku...” suara Jaejoong terdengar lemah dari seberang telepon.

“Ah, Joongie-ah! Kamu dimana?” sahut Mikyung riang.

“Aku...”

“Kamu lagi dimana? Sedang nyetir ya?” tanya Mikyung masih dengan nada yang sama, “Kamu ini...tahu nggak sih menyetir sambil nelpon itu berbahaya, Pabo!”

“Noona-yah, hari ini bisa ketemu?” tanya Jaejoong lirih.

“Mikyung!!” suara laki-laki terdengar memanggil.

“Ya,Appa...”jawab Mikyung sambil menjauhkan telepon genggamnya.

“Joongie-ah,nanti kutelepon lagi yah.” Jawab Mikyung.

Dan saat itu menjadi saat terakhir Mikyung mendengar suara adik kesayangannya. Tiga jam sesudahnya Mikyung mendapatkan telepon bahwa Jaejoong mengalami kecelakaan....

----End of Flashback----

Air mata terus mengalir dari pipi Mikyung,”Yunho-yah mianhae,seandainya waktu itu aku bicara dengan dia, mungkin semua tidak menjadi seperti ini.”

Yunho mengenggam tangan Mikyung dengan lembut,”Noona,berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Ini semua bukan salahmu.”ujar Yunho dengan suara bergetar.

“Jika ada orang yang harus minta maaf, itu adalah aku. Kenapa Jaejoong seperti ini, itu adalah salahku.”

----flashback---

“Apa sih sebenarnya masalahmu?Kenapa kamu bicara seperti itu?” tanya Yunho dengan kasar,”Kamu tahu kan MC Yoo itu sangat teliti?!Bagaimana kalau dia bisa mendapat sesuatu dari omongan kamu tadi?”

“Sesuatu?sesuatu yang bagaimana?kalau kita pacaran?kalau kamu dan aku itu lebih dari sekedar kakak adik? Balas Jaejoong dengan tajam.

“Apa kamu tahu?!satu patah kata yang salah keluar dari mulutmu,bisa menjadi boomerang bagi kita berlima!Kau ingat Kim Jaejoong!Bukan hanya karirmu dan karirku saja yang dipertaruhkan.Tapi karir kita berlima!Yoochun,Junsu dan Changmin bisa hancur!”Jawab Yunho dengan pedas.

“Kamu ngomong seolah-olah mereka belum tahu hubungan kita?! Jangan naif Yunho-yah!”

“Naif?kamu bilang aku naif?justru kamu yang naif!sekedar tahu dan benar-benar tahu itu benar-benar berbeda!Pernah ngga terpikir oleh kamu kalau mereka bisa mendiskreditkan kita. Bukan hanya kita,tapi DONG BANG SHIN KI!” Yunho menceramahi Jaejoong panjang lebar.

“Psssh....Dong Bang Shin Ki?!semua demi Dong Bang Shin Ki katamu?!bilang saja kau malu!!” ujar Jaejoong sinis,”kamu sebenarnya malu kan bersama denganku?!seorang Jung Yunho yang maskulin,seksi,berwibawa, ternyata dia hanya seorang GAY!! Dan lebih parahnya lagi, pasangan GAY-nya itu adalah rekan kerjanya, YOUNGWOONG JAEJOONG, laki-laki yang katanya mempunyai wajah lebih cantik dari wanita manapun! Yang diinginkan secara sembunyi-sembunyi oleh semua pria di Korea!!” Jaejoong berkata dengan nada menyindir.

“Kamu ini ngomong apa sih?kapan aku pernah merasa malu bersamamu?!”tanya Yunho dengan ketus.

“Kapan katamu?!demi TUHAN Yunho,bahkan keluarga kamu pun tidak tahu kan? Dan kamu masih bilang kamu tidak malu?!? Aku tidak minta lebih Yunho-yah. Aku hanya memintamu memperlakukan semua ini tidak sebagai sebuah dosa. Tapi kalau kau memang menginginkan seseorang yang bisa kau pamerkan dengan bangga, kenapa tidak kau bawa saja itu si Lina?Aku dengar dia ingin kembali lagi denganmu kan?kenapa tidak kau terima saja dia? Toh,dia seribu kali lebih baik dari aku!!”

BUK!!!

Sebuah tinjupun melayang dari tangan Yunho melukai wajah putih Jaejoong yang bak porselen dan Jaejoong terjerembab di lantai.

“Kalau kau bicara seperti itu,berarti kau tidak mengerti perasaanku.”ujar Yunho dingin.Sepasang mata coklat yang tajam menatap Jaejoong yang terduduk diam di lantai sambil mengusap darah dari bibirnya.

“Dinginkan pikiranmu! Kalau kamu sudah merasa rasional, baru kamu boleh berbicara denganku.” Yunho pun meninggalkan ruangan sambil membanting pintu.

Jaejoong duduk terdiam sambil memegangi pipinya. Tak sadar sebutir airmata mengalir dari pipinya.

”Ini sakit....”,ujarnya sambil tertawa miris.

----End of Flashback----

“Noona-yah,mohon maafkan saya. Ini semua salah saya.” Yunho berkata dengan pelan sambil berlutut di depan Mikyung.

----

Changmin memasuki ruangan rawat Jaejoong dengan wajh serius. Matanya menyapu ruangan mencari sosok Jung Yunho. Ekpresi mukanya tampak khawatir,ia bahkan tidak menyadari sosok Mikyung yang duduk disebelah tempat tidur Jaejoong sambil memandanginya dengan heran.

“Changmin-ah,waegurae? Ada apa? Kamu cari siapa?” tanya Mikyung kepada Changmin.

“Ah, Mikyung noona.Anyonghasaeyo.”sahut Changmin dengan sedikit terkejut karena menyadari kehadiran Mikyung dalam kamar rawat Jaejoong. “Noona, apa ada Yunho-hyung? Noona lihat dia? Apa dia disini?” tanya Changmin bertubi-tubi.

“Hmmm...tidak,memangnya kenapa?” tanya Mikyung heran sambil memandangi sosok Changmin yang memakai kacamata minus tebalnya.

“Hah?dia tidak ada?!aiiiissh...jjinja!”kata Changmin spontan sambil membenahi letak kacamatanya.”kok ngga ada sih?kira-kira dimana yah?!”suara Changmin terdengar seperti gumaman.

“Waegurae Changmin-ah? Ada apa dengan Yunho?” tanya Mikyung khawatir.

“Oh..itu,Yunho-hyung..itu..” jawab Changmin dengan ragu-ragu.

“Changmin-ah!!Gimana?Ada?!” suara Junsu terdengar nyaring. Setengah berlari,Junsu memasuki kamar rawat Jaejoong,napasnya masih terengah-engah.

“Sssst......ngga ada”sahut Changmin sambil berbisik.Ia memberi isyarat pada Junsu agar tidak ribut.

“Aiish....gimana dong?!”sahut Junsu pelan sambil mengacak-acak rambutnya.

“Junsu-yah,Changmin-ah,gimana? Ada?” ujar Yoochun sambil berlari memasuki ruangan itu. Seperti Junsu,napasnya juga terengah-engah.

Changmin dan Junsu hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Yoochun.

“Aiish... that jerk!where the hell is he?”gerutu Yoochun dalam bahasa Inggris. Ia selalu punya kebiasaan memaki dalam bahasa Inggris apabila dia sedang kesal.

“Ommo...ada apa ini?jangan ribut disini. Kalian tidak lihat Jaejoongie sedang tidur?! Ada apa mencari Yunho?! Sergah Mikyung menghentikan perdebatan kecil antara Junsu,Yoochun dan Changmin.

“Oh..Mikyung noona.”suara Junsu dan Yoochun terdengar bersamaan.”Anyeong hasaeyo” Junsu dan Yoochun pun menganggukkan kepala mereka dengan sopan.

“Begini noona,kapan terakhir kali noona melihat Yunho-hyung?” tanya Changmin spontan.

“Hmmm..terakhir kali sih, sekitar 3 hari yang lalu. Kenapa?” ujar Mikyung sembari balik bertanya kepada Changmin. Ia semakin heran melihat wajah Junsu,Yoochun dan Changmin yang saling berpandangan dalam ekpresi panik.

“Oh shit!”suara Yoochun terdengar menyumpah pelan.”We’re totally screwed!Where the hell is he?” tanyanya kepada Junsu.

“Aiish...berhenti menyumpah Hyung!”potong Changmin dengan ketus.
“Ehhm...anyway,jadi begini Mikyung noona.”jelas Yoochun dengan suara rendahnya yang membuat Junsu dan Changmin memutar bola mata mereka,suara rendah yang sering digunakan Yoochun itu selalu berhasil memikat para wanita.

“ Jadi begini ya,Noona.Kami bertiga mencari Yunho-hyung.” Ujar Yoochun.

“Hah?!Yunho?bukannya dia ada di rumah bersama kalian?”tanya Mikyung dengan wajah heran.

“Noona,Yunho-hyung itu sudah 3 hari tidak pulang ke rumah. Kami kira dia ada di sini soalnya HP-nya tidak bisa dihubungi.” Jawab Changmin dengan nada tidak sabar.

Mendengar perkataan Changmin, Junsu pun spontan memukul belakang kepala Changmin.”Yah!Changmin-ah!”

“Hah?! 3 hari?! Apa kalian yakin dia tidak pulang ke Gwangju?” tanya Mikyung lagi.

“Aku sudah menelepon rumahnya, dan Yunho-hyung tidak ada disana. Aku juga sudah menelepon teman-temannya, dan tidak ada seorangpun yang tahu dimana dia berada.” Jawab Junsu dengan cemas.

“Terus terang kami khawatir Noona.Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya.”sambung Yoochun.

“Apa kira-kira Noona tahu ada apa dengan Yunho-hyung?” tanya Changmin.

Dan Mikyung pun seolah tersadar. Wajahnya memucat dan ia pun terduduk lemas di kursi.”Oh Tuhan!Bagaimana ini?”ujarnya dengan suara bergetar.”Jangan-jangan....masa dia.......”

“Jangan-jangan apa Noona?!”tanya Changmin lembut sambil mendekati sosok Mikyung yang duduk di kursi.

-------

Deburan bunyi ombak menemani kesendirian Yunho yang terduduk diam di pantai. Matanya menerawangi agenda Jaejoong yang terletak di pangkuannya.Angin semilir musim dingin di pantai itu menyapu helai demi helai lembaran agenda yang dipenuhi oleh curahan hati Jaejoong. Dingin terasa menusuk kulit,tapi Yunho sama sekali tidak mempedulikan itu. Bagaikan sebuah film yang diputar berulang-ulang, tulisan Jaejoong dihalaman akhir agendanya membekas kuat diingatan Yunho.

Musim gugur 2008

Tujuh tahun yang lalu, hari ini adalah hari pertama kita bertemu.
Mungkin sejak saat itu kita berdua sudah terbelit oleh benang merah takdir.
Betapapun jauhnya aku berlari aku selalu kembali ke sisimu.
Dan aku ingin percaya betapapun jauhnya kau pergi, kau akan selalu pulang kepadaku.
Waktu terus berlalu,aku...kamu dan semu orang pasti berubah.
Tapi ada satu hal yang pasti tidak akan berubah...yaitu perasaanku padamu.
Yunho-yah,bolehkan aku berharap kalau kau juga berpikir seperti ini?

Diantara semua hal yang semu di dunia kita,hanya kau yang nyata.
Diantara semua orang yang memperlakukanku seperti sampah,hanya kau yang memperlakukanku seperti raja.
Diantara semua gadis yang bisa kau pilih, kau memilihku. Seorang laki-laki hina yang sebatang kara. Seorang laki-laki hina yang dulunya selalu berangapan bahwa wajah cantiknya itu bagaikan sebuah kutukan.
Disaat semua orang memandangku dengan hina, hanya kau yang menganggapku sempurna.
Disaat semua orang meninggalkanku,hanya kau yang hadir disana memelukku.

Aku mencintai keberanianmu
Aku mencintai kesetiaanmu
Aku mencintai kemanjaanmu
Aku mencintai ketegasanmu
Aku mencintai kekeraskepalaanmu
Aku mencintai pelukan-pelukanmu
Aku mencintai kecemburanmu
Aku mencintai pandangan matamu
Aku mencintai kerelaanmu untuk menerimaku apa adanya
Aku mencintai keberadaanmu disampingku
Aku mencintai keegoisanmu
Aku mencintai kamu yang mencintai aku

Kau hatiku
Kau jiwaku
Kau hidupku
Tidak ada yang tidak akan kulakukan untukmu

Aku ingin membahagiakanmu sampai akhir hayatku, sampai waktu memisahkan kita, sampai dunia ini berhenti berputar, sampai tak ada kata yang terucap,sampai jantung ini berhenti berdetak.

Yunho-yah,aku tahu aku tidak sempurna, dan kau pun juga begitu.
Tapi Jung Yunho,karena ketidaksempurnaan itulah, kau sempurna bagiku.

Yang mencintaimu,

Kim Jaejoong

------

Yunho termenung sambil terus memandangi agenda Jaejoong di pangkuannya. Tangannya membelai tiap helai halaman, menelusuri tiap goresan tinta di tulisan tangan Jaejoong. Hatinya teriris-iris membayangkan segala yang harus dilalui Jaejoong untuk bersama dengannya. Tiap tawanya, amarahnya, airmatanya, seolah mengejek Yunho akan betapa dangkal perasaannya dibandingkan Jaejoong. Hatinya dipenuhi perasaan bersalah, berbagai macam kalimat yang bermulai dengan kata ‘andai’ terus berputar di benaknya.

“Jaejoong-ah...mianhae...jjeongmal mianhae...” bisiknya lirih, “Bogoshipda....”

-----

--Flashback--

“Noona-yah,mohon maafkan saya. Ini semua salah saya.” Yunho berkata dengan pelan sambil berlutut di depan Mikyung.

MiKyung hanya berdiri bingung sambil memandangi Yunho yang berlutut di hadapannya.

“Yunho-yah...apa...”

“Aku yang menyebabkan dia seperti ini, Noona!” sela Yunho dengan suara bergetar, “Seandainya aku bisa lebih sabar menghadapi dia, seandainya aku lebih bisa meyakinkan dia, seandainya aku tidak meninggalkannya begitu saja...dia pasti...”

“Maksudmu...apa...Yunho-yah?” tanya Mikyung terbata-bata

“Noona, hari itu Jaejoongie meneleponmu karena dia bertengkar denganku!” sahut Yunho memotong perkataan Mikyung, “Seharusnya aku bisa meredam emosi, seharusnya aku bisa menenangkannya.”

“Dia menganggapku malu bersama dengannya! Tapi tidak pernah seperti itu! Tidak pernah sekalipun terlintas di pikiranku, Noona!” lanjut Yunho masih dengan nada yang sama, “Harusnya aku tahu kalau ada yang lebih di balik ketakutan dia! Harusnya aku lebih bisa mengerti dia, lebih mencintai dia, lebih melindungi dia...bukan memukulnya dengan kedua tangan ini...menganggap dia hina karena dia tidak mengerti perasaan ini!”

“Kau memukulnya??” tanya Mikyung pelan, “Apa kau tahu Yunho-yah berapa pukulan yang diterimanya karena mencintaimu?!? Apa kau tahu Yunho-yah betapa besar rasa malu yang harus ditanggungnya saat mengakui kepada keluarganya sendiri kalau dia mencintai seorang laki-laki!?!” Suara Mikyung pun semakin meninggi.

“Jaejoongie memang bukan adik kandungku, tapi aku mengerti betul perasaannya!” ucap Mikyung,”Perasaannya...kesakitannya...aku juga merasa sakit melihat dia terluka! Yunho-yah, aku selalu percaya kalau kau akan selalu melindunginya, mencintainya dan menghargainya...tapi kau malah memukulnya dengan kedua tanganmu?!?Apa yang kau pikirkan, Yunho-yah?!?”

“Noona, maafkan aku...aku sungguh menyesal, aku tidak tahu...aku benar-benar tidak tahu...”

“Maaf?!? Jangan katakan maaf padaku, Yunho-yah!” potong MiKyung pedas,” Katakan itu pada Jaejoongie! Tiga bulan, Yunho-yah! Tiga bulan dia tidak membuka matanya! Aku tidak tahu sampai kapan dia akan begini! Aku tidak mau kehilangan dia, Yunho-yah...terutama tidak karena kau!”

Yunho mengernyit ketika kata-kata pedas itu terasa menusuk hatinya. Hatinya semakin diliputi rasa bersalah.

“Jangan maafkan aku, Noona!” sahutnya tanpa emosi, “Ini semua salahku, akulah yang harus menanggung semuanya...mungkin aku memang tidak pantas untuk dia. Dia berhak akan seseorang yang bisa melindunginya, menghargainya dan mencintainya dengan tulus tanpa peduli apa kata dunia. Dia berhak akan seseorang yang bisa berteriak kepada semua orang kalau dia mencintai Kim Jaejoong...”

Menyadari perubahan emosi Yunho, Mikyung langsung berusaha meraih orang yang dicintai adiknya itu.

“Yunho-yah...bukan itu maksudku...aku..”

“Sudahlah, Noona, aku mengerti” sahut Yunho sambil berdiri dan menepis tangan Mikyung dengan lembut, “Aku tidak seharusnya ada disini...karena aku, dia tidak mau membuka matanya, mungkin lebih baik kalau aku pergi...”

“Yunho-yah, tunggu sebentar...”

“Annyeong, Mikyung noona, aku titipkan Jaejoong-ku padamu...” ujar Yunho sambil meninggalkan MiKyung yang tidak dapat berkata apa-apa.

--end of flashback--

“Dan sejak itu, Yunho tidak pernah datang kesini lagi...” ujar Mikyung memecah kesunyian di kamar rawat Jaejoong.

“Oh Tuhan....”desah Junsu panik, “Ini gawat...”

Changmin melepas kacamata minusnya, jemarinya memijat keningnya yang penat. Otaknya sibuk berpikir kemana Yunho akan pergi dalam situasi seperti ini. Lalu sebuah ingatan terbersit di otaknya.

--Flashback--

Yunho dan Changmin berdiri sambil memandangi matahari tenggelam di sebuah pantai berpasir putih yang terletak di pinggiran kota Incheon. Suasana pantai terpencil itu begitu damai, membuat keduanya merasa nyaman dan santai.

“Minnie-ah, pantai ini bagus juga ya!” puji Yunho sambil menghirup aroma laut yang terbawa angin di pantai.

“Hmmm...” sahut Changmin sambil mengangguk tanda setuju.

“Kalau aku mati nanti, aku ingin abuku ditebar di pantai ini, kau harus ingat itu, Minnie-ah!” lanjut Yunho.

“Ah, Hyung, ngomong apa sih!” sahut Changmin.

--end of flashback--

“Ah, aku rasa aku tahu Yunho-hyung ada dimana” ujar Changmin tiba-tiba, ia menoleh ke arah Yoochun, Junsu dan MkKyung yang memandangnya heran, “Aku pergi dulu! Yoochun-hyung, Junsu-hyung, aku titip Jae-hyung!” Changmin pun berlari keluar ruangan, meninggalkan Yoochun, Junsu dan Mikyung yang masih terbengong-bengong menatap kepergiannya.

----

Agenda Jaejoong pun terjatuh dari tangan Yunho yang sejak tadi hanya duduk diam sambil memandangi lautan yang terhampar luas di hadapannya. Hatinya terasa kosong dan hampa, seperti pikirannya saat ini. Berbagai macam emosi bergejolak di dalam hatinya. Rasa kesal, marah,sesal,dan terlebih rasa rindu dan cintanya kepada Jaejoong yang terasa menusuk relung jiwanya.

“JOONGIEEE-AAHH!!!” tanpa sadar Yunho meneriakkan nama Jaejoong dengan sekuat tenaga seolah ingin melampiaskan semua perasaan yang ada. Namun,hanyalah desir ombak dan suara hembusan angin saja yang bisa mendengar suara Yunho memanggil nama Jaejoong.

Tanpa sadar Yunho melangkahkan kakinya ke arah laut seolah mengejar beribu bayangan Jaejoong.Bagaikan sebuah proyektor film,semua kilasan memori dan kenangan akan Jaejoong muncul bersamaan di otaknya.

----Flashback---

“Aku Jaejoong,Youngwoong Jaejoong” ucap Jaejoong dengan ekpresi malu-malu saat manager-hyung memberitahukan nama panggungnya.”

-- -Flashback---

Yunho bisa merasakan pasir basah di kakinya, deru angin seolah menenggelamkan jeritan hatinya yang kini hampa.

--- Flashback ---

“Jadi kita tinggal bersama? Ok..aku bayar separuh!Oh, iya...mohon kerjasamanya chingu-yah?” ucap Jaejoong sambil menjetikkan jari tangannya saat Yunho mengajaknya tinggal bersama di sebuah apartemen tua saat masa-masa menjadi trainee.

---end of flashback ---

Yunho dapat melihat Jaejoong berlari di depannya. Wajahnya yang putih bagai porselen dihiasi semu merah, senyum lebar menghiasi wajahnya. Tangan Yunho pun terulur untuk menggapainya. Ia tak lagi merasakan ombak yang menghantam kedua pahanya yang tertutup celana khaki.

---flashback---

Jaejoong memandang Yunho dengan dingin saat Yunho melangkahkan kaki ke dalam apartemen dalam keadaan mabuk.

“Aku pikir kau lebih kuat dari ini, ternyata aku salah. Aku kecewa padamu Jung Yunho” ujar Jaejoong sambil membalikkan tubuhnya.

---end of flashback ---

Sosok Jaejoong berbalik , berjalan menjauhinya, meninggalkannya. Yunho mempercepat langkahnya. Sapuan ombak menghantam perutnya bagaikan bendungan yang menahan laju langkahnya.

---flashback---

“Sstt..” potong Yunho seraya menekankan jari telunjuknya di bibir Jaejoong, sebelah tangannya meraih tangan Jaejoong dan membawa ke dadanya. Sambil tersenyum lembut ia berkata, “Nan Nikkeoya, Neon Naekkoya.”

Seulas senyum lebar tersungging di bibir Jaejoong ketika mendengar ucapan Yunho. Ia pun merapatkan tubuhnya ke tubuh Yunho, wajahnya yang berseri tersembunyi di lekuk leher Yunho.

---end of flashback---

-----

Kesunyian di kamar rawat Jaejoong tiba-tiba terpecahkan dengan suara teriakan Mikyung. Bunyi alat monitor jantung bertambah nyaring seolah memberi tanda bahwa keadaan Jaejoong tidak stabil. Dengan panik Junsu menekan tombol darurat sementara Yoochun berlari keluar ruangan untuk mencari dokter.

Memegang tangan Jaejoong, sambil berulang kali memanggil namanya. Ia bisa melihat napas Jaejoong yang tersendat dan gerakan grafik monitor jantung yang naik turun. Seorang dokter dan dua orang perawat akhirnya berlarian memasuki ruangan. Dengan hati-hati Junsu menarik Mikyung ke tepi seolah membiarkan sang dokter untuk memberi pertolongan pada Jaejoong.

Airmata Mikyung tidak henti-hentinya mengalir,sementara genggaman tangan Junsu bertambah kuat di bahu Mikyung. Yoochun hanya bisa melihat sahabatnya itu terbaring tak berdaya sementara ia sibuk menekan tombol ponsel-nya untuk mencari nomor Jung Yunho.

Suara hentakan alat pemacu jantung, suara nyaring dokter, para perawat yang sibuk mondar-mandir dan membantu sang dokter seolah bagaikan sebuah film di mata Mikyung. Tangannya menggenggam erat lengan Junsu seolah mencari tali penyelamat, tak henti-hentinya Mikyung mengucapkan rangkaian doa bagaikan sebuah mantra.

Namun seolah mengejek Mikyung yang terus mengucapkan doa, garis di monitor pemacu jantung berubah menjadi garis lurus....

----

Yunho melangkahkan kakinya melawan deru ombak yang memecah pantai. Matanya yang kosong terus menatap kejauhan. Tangannya terulur, seolah hendak menggapai bayangan Jaejoong yang tersenyum ke arahnya nun jauh di horison.

“Jaejoong-ah, tunggu aku...aku akan segera kesana...” racaunya tak henti, “Jangan takut, aku akan segera menyusulmu...”

Tak menyadari level air yang kini telah mencapai dadanya, Yunho terus melangkah, mencari bayangan Jaejoong. Dan saat kegelapan samudra akhirnya menelan tubuhnya, Yunho memejamkan mata, menyambut rasa dingin yang menyelubunginya bagaikan selimut bagi diri yang sepi.
 

pg-15, nc-17, chaptered, yaoi, yunjae, i for you, indonesian, fics

Previous post Next post
Up