Author : Jaesy +
deachanLength : 02a/07
Genre : Romance,Angst
Rate : PG-15 to NC-17
Disclaimer : The author of the fan-fiction does not, in any way, profit from the story and that all creative rights to the characters belong to TVXQ.
Pairing : Yun/Jae (YunHo and JaeJoong of TVXQ)
The memories ...
Hembusan angin musim gugur kali itu terasa sangat menusuk tulang menandakan musim dingin akan segera datang. Hari-hari terus berjalan dan waktu terus berputar tetapi bagi seorang Jung Yunho dunia seakan tidak bergerak.
Sinar matahari musim gugur yang lembut menerobos di sela-sela tirai kamar yang tertutup rapat. Jung Yunho tersadar dari tidurnya yang tidak nyaman di sofa rumah sakit,ia meregangkan badannya dan berjalan menuju jendela. Perlahan dia menyibakkan tirai seolah-olah takut membangunkan Jaejoong dari tidurnya. Mata cokelatnya yang sendu menatap helai-helai daun maple yang berguguran, dua anak kecil berlarian bermain diantara tumpukan dedaunan yang mengering. Seulas senyum sedih tersungging di bibirnya, matanya kembali menatap sosok Jaejoong yang sedang tertidur. Sudah satu bulan sejak kejadian itu dan Jaejoong masih belum membuka matanya.
Suara pintu yang terbuka, membuyarkan Yunho dari lamunannya. Seorang dokter dan perawat memasuki ruangan sambil tersenyum ramah padanya.
“Selamat pagi, Yunho-ssi! Nyenyak tidurnya?” sapa sang suster.
“Selamat pagi, Suster, yaaa...begitulah...” sahut Yunho sambil tersenyum kecil.
Suster itu tertawa kecil melihat wajah Yunho yang masih mengantuk. Masih sambil tersenyum, mereka memeriksa kondisi Jaejoong.
“Mari kita lihat kondisi Puteri Tidur hari ini” ujar dokter sambil memeriksa denyut nadi Jaejoong.
Yunho tersenyum mendengar julukan yang diberikan kepada Jaejoong. Ia memperhatikan sang dokter memeriksa Jaejoong dengan tatapan penuh harap.
“Bagaimana, Dokter?” tanya Yunho ketika sang dokter selesai memeriksa Jaejoong.
“Secara umum kondisinya stabil” sahut sang dokter sambil membetulkan letak kacamatanya,”Kondisi Jaejoong-ssi lebih baik dari kemarin...”
“Tapi kenapa dia belum sadar?” sela Yunho tak sabar
Sang dokter menghela nafas panjang, “Yunho-ssi, pasien koma tidak seperti pasien pada umumnya” jelasnya dengan sabar, “Sel-sel otaknya masih bisa bekerja dengan baik, fungsi metabolisme tubuhnya masih normal, sekarang kita hanya tinggal menunggu kemampuan refleksi-nya kembali. Dan perlu saya tekankan lagi tiap pasien koma mempunyai kondisi yang berbeda dengan waktu pemulihan yang berbeda pula. Bisa tergantung dari segi pemulihan fisik atau trauma psikologis yang mungkin diderita pasien... ”.
“Maksud Dokter? Ada kemungkinan dia bisa sadar tapi dia tidak mau? Begitu?” tanya Yunho dengan terkejut.
“Yunho-ssi, maaf saya tidak bisa menjawab pertanyaan Anda” sahut sang dokter tenang,” Seperti yang saya jelaskan tadi kondisi setiap pasien koma itu berbeda-beda. Yang bisa saya pastikan adalah kondisi fisik Jaejoong-ssi sudah lebih baik daripada kemarin dan itu patut kita syukuri."
Melihat Yunho yang terdiam, sang dokter hanya bisa tersenyum menenangkan.
“Saya akan terus memantau kondisinya” ujar sang dokter, “Jika ada apa-apa Anda bisa menghubungi Saya”.
Lalu sang dokterpun meninggalkan ruangan dan Yunho yang hanya bisa berdiri mematung sambil menatap Jaejoong. Dengan wajah lelah, Yunho mengurut dahinya. Mendengar penjelasan dokter tadi, pikiran Yunho berkecamuk. Dalam pikirannya ia bertanya-tanya, apakah dirinya yang menyebabkan Jaejoong tidak mau sadar?
Tanpa sadar, Yunho berlutut di sebelah Jaejoong, matanya menatap jarum infus menembus kulit pucatnya yang seperti porselen. Cairan kuning pucat mengalir melalui selang yang terhubung ke tubuh rapuhnya. Ia meraih tangan Jaejoong dan menggenggamnya dengan erat.
“Joongie-ah, benarkah? Kamu nggak mau bangun karena aku??” tanyanya perih, “Boojae, kamu nggak sedang mempermainkan aku kan?”Suara Yunho terdengar semakin keras.
“Jae-ah, kamu harus bangun! Junsu tidak lagi tertawa, Yoochun selalu mengurung diri di kamar, bahkan Changmin pun tidak mempunyai semangat hidup! Mereka semua merindukanmu, Jae! Dong Bang Shin Ki membutuhkanmu!” jerit Yunho frustasi sambil mengguncang tubuh Jaejoong yang terbaring diam, “BEGITU JUGA AKU!!”
“Aku membutuhkanmu, Joongie...aku tidak bisa....aku tidak bisa...Joongie...bangunlah...lihat aku...LIHAT AKU, JOONGIE!! Yunho terus mengguncang tubuh Jaejoong tanpa peduli tetesan darah yang mengalir dari sela-sela jemari Jaejoong.
------
“YUNHO-HYUNG!!!” Yunho merasakan tubuhnya ditarik dengan paksa oleh Yoochun dan Junsu. Keduanya tampak kaget melihat Yunho mengguncang-guncang tubuh Jaejoong dengan keras.
“Jung Yunho, apa yang kamu lakukan?!?” seru Manager-hyung dengan wajah penuh amarah, “Sedang apa kamu? Apa kamu mau membunuh Jaejoong??”
Masih berusaha memberontak dari pegangan Yoochun dan Junsu, Yunho berteriak,”Tapi Jaejoong tidak mau bangun, Hyung!! Dia harus bangun! Aku harus membangunkan dia! Aku takut dia tidak bisa bangun lagi! Bagaimana kalau dia tidur selamanya, Hyung? SELAMANYA!!”
Akhirnya tak sabar dengan sikap Yunho, Changmin pun melayangkan kepalan tinjunya ke wajah pemimpin yang dihormatinya itu. Dadanya naik turun menahan amarah, matanya menatap Yunho tajam. Semua menatap Changmin dengan terkejut, tak menyangka sang magnae yang terkenal paling sabar itu bisa menjadi sangat emosional.
“Changmin-ah!” hardik Junsu dengan keras.
“Hyung!!Sadarlah!!Apa ini sosok pemimpin Dong Bang Shin Ki?Apa ini sosok pria yang dicintai oleh Jaejoong-hyung?” Suara Changmin menggema di ruangan itu.”Lihat dirimu,Hyung!Kau tidak makan,tidak pulang,kau bahkan tidak bisa bekerja dengan benar!Apa ini Jung Yunho yang aku kenal?Jelaskan Hyung!JELASKAN!!”
Yunho terduduk diam sambil mengusap ujung bibirnya yang berdarah.Ia terpekur menatap lantai.
“Changmin!Cukup!”Sela Manager-hyung dengan bijak sambil membantu Yunho berdiri.“Yunho-yah,pulang!istirahat!dan dinginkan pikiranmu.Ingat,kau masih punya tanggung jawab sebagai pemimpin Dong Bang Shin Ki.”
Yunho menatap Changmin dengan dingin dan berkata,”Baiklah,aku pulang.Tolong jaga Jaejoong.” Ia pun melangkah keluar ruangan dengan sikap angkuh meninggalkan ketiga sahabatnya dan manager-hyung yang menatap punggungnya dengan tatapan pedih.