Title : Please, Come back to me
Rating : G
Lenght: 1 shot
Jaejoong POV
"Oke.. 3 shoot lagi.." ucap photografer itu.
Aku pun membuat pose sexy. Iya, pose sexy. Karena tema pemotretan kali ini adalah sexy. Sebetulnya tidak ada temanya. Tapi karena aku terpilih sebagai model terseksi di majalah x, mau tidak mau aku harus berpose seksi. Aku juga bingung kenapa aku bisa terpilih sebagai pria terseksi. Kulitku yang putih pucat dengan pinggangku yang kecil dikatakan banyak orang sebagai daya tarik utamaku.
"Okay.. Selesai.. Terima kasih Jaejoong-shii atas kerjasamanya.. Aku merasa tersanjung dapat kesempatan untuk memotret model terkenal seperti anda."
Begitu aku mendengar pemotretan selesai, aku mengambil kain untuk menutupi tubuhku yang sejak tadi tidak tertutupi apapun. Aku juga melihat fotografer itu membungkukan tubuhnya. Aku pun hanya tersenyum biasa, karena aku tidak mendengar apa yang ia katakan.
Aku melangkahkan kakiku keruang ganti. Managerku sudah merapihkan segalanya untukku. Aku pun berjalan malas melewatinya.
"Jae.. Kau sangat memukau hari ini. Aku yak-"
BRAK
Aku buru-buru menutup pintu. Aku malas mendengar ocehannya. Dia sama saja dengan lekaki biasanya. Berlaku baik padahal jelas-jelas yang mereka kagumi hanyalah tubuhku. Kenapa aku tetap memakainya? Karena dialah yang paling mending. Setidaknya ia tak pernah menyentuh tubuhku diam-diam seperti manager-managerku sebelumnya.
Setelah mengganti pakaianku, aku pun melangkah keluar. Aku mengambil tasku dan buru-buru memasuki mobilku. Aku duduk dibagian belakang mobilku. Mataku menyusuri jalanan yang basah karena hujan. Hujan. Selalu mengingatkanku padanya. Ini sudah tahun ke 3 setelah perceraianku. Sudah cukup lama bukan untuk membuka lembaran baru? Aku pun menyobanya berkali-kali. Aku mulai mengencani beberapa model top dan hubungan kami berakhir tak lama setelahnya. Aku tetap tak bisa lepas dari bayang-bayangnya. Semakin aku ingin melupakanya, semakin sering aku menangis. Semakin aku mencoba membencinya, semakin dalam aku mencintainya.
Aku memang memiliki segalanya. Aku memiliki uang banyak. Aku memiliki fans yang sangat tergila-gila padaku. Dan aku juga memiliki banyak laki-laki yang rela menjadi gay hanya untukku. Yang tak dapat aku miliki hanyalah dirinya. Aku sungguh menyesali ke egoisanku dulu. Aku lebih memilih menjalankan kehidupan modelku daripada bersamanya. Oke bukan sepenuhnya juga salah ku. Dia, dia juga salah. Aku tak suka caranya memperlakukan mantan-mantannya dengan baik.
Aku yang waktu itu berstatus suaminya pun meminta agar ia merubahnya. Ya memang ia berkata agar merubahnya, tapi hingga 3 bulan kedepannya, aku tak menemukan perubahannya. Dan pertengkaran hebatpun terjadi. Pertempuran yang membuat kami berpisah.
Aku menatap langit malam. Hitam pekat. Tanpa bintang. Otak memutar kembali kenangan-kenangan indah kami. Tanpa ku sadari mataku menitikan airmata lagi..
"Bogoshipo Yunnie.." ucapku berbisik.
Mataku tak lepas dari luar jendela. Aku berharap aku bisa memutar waktu lagi. Aku akan mepertahankan pernikahan kami. Sesulit apapun.
"Yunnie.. Senandainya dulu kau mau berubah dan mempercayaiku, pasti tak akan jadi seperti ini."
Tiba-tiba terlintas untuk datang ketempat itu. Tempat dimana aku bertemu dengannya. Tempat yang memulai semuanya.
Aku meminta supirku untuk berhenti. Setelah itu aku turun dan memasuki cafe itu. Cafe ini tetap tidak berubah. Aku pun tersenyum kecil. Ku edarkan pandangan mataku keseluruh pelosok cafe. Mataku terhenti saat melihat sosok yang sangat kucintai duduk dengan kepala diatas meja. Jantungku berdebar keras, hatiku mengambil alih tubuhku. Dengan takut aku mendekatinya. Aku terdiam sebentar untuk menatapinya.
Apakah ia masih mau menerimaku?
Aku menggumpulkan semua keberanianku.
"Yunnie.." panggilku pelan.
Ia pun mengangkat wajahnya dan menatapku lekat-lekat. Wajah itu, wajah yang kurindukan terus menerus.
**************
Yunho POV
Malam ini aku kembali datang ke cafe ini. Cafe tempat aku bertemu dengan Joongie, malaikatku untuk pertama kalinya. Entah keberapa ratus kalinya aku datang kesini setelah kami bercerai 3 tahun yang lalu.
Satu jam yang lalu teman-teman kantorku berpamitan untuk pulang. Mereka ingin menemani istri-istri mereka masing-masing. Betapa irinya aku pada mereka. Aku juga ingin pulang kerumah yang lalu disapa oleh pelukan hangat istriku tercinta. Aku tau ini adalah hal yang tak mungkin untuku sekarang.
Aku bukanlah Jung Yunho yang dulu lagi. Setelah perceraian itu terjadi, aku lebih membataskan diriku untuk bergaul. Aku tak lagi keluar makan siang dengan mantan-mantanku ataupun wanita lain.
Benar. Aku memang baru sadar saat Jaejoong sudah meninggalkanku. Aku melewati hari demi hari dengan perjuangan keras. Setiap bangun pagi, aku hanya menemukan dinginnya kasur disebelahku. Dan setiap aku pulang, tak ada lagi orang yang menyambutku dengan pelukan hangat.
"Joongie.. Bagaimana kabarmu sekarang? Apa kau sudah menemukan laki-laki lain. Yang bisa menerimamu apa adanya." Aku mengucapkannya dengan volume yang kecil.
Aku duduk disamping jendela. Tempat yang sama saat kami bertemu pertama kalinya. Aku memandangi orang yang lalu-lalang didepan cafe. Semua orang mengenakan payung. Diluar air hujan sedang membasahi jalanan kota Seoul. Hujan. Makin mengingatkaku padanya.
Jujur saja, aku tak pernah melupakannya walau hanya sedetik. Aku terus mencintainya tanpa alasan. Aku bercerai dengannya hanya karena aku begitu mencintainya. Aku tak bisa menerima pekerjaan modelnya. Aku tak bisa membiarkan orang yang kucintai berpose telanjang untuk majalah dan iklan. Oke, kuakui memang hasilnya tak menampilkan bagian private.
Tapi tetap saja aku tak bisa membiarkan orang lain melihat tubuhnya. Tubuhnya hanya boleh dilihat olehku! Egois? Memang! Tapi aku punya hak atas itu.
Dia istriku! Pertengkaran kami membesar. Ia mulai melarangku untuk bersikap baik kepada mantan-mantanku. Aku merasa itu aneh. Memang apa salahnya aku berteman baik dengan mantan-mantanku. Tapi demi dirinya aku mencoba mentaatinya. Pertengkaran kami memuncak saat aku mendengar kalau ia menggugurkan anak kami, ANAK KAMI!! Coba bayangkan seberapa marahnya aku. Kontrak iklannya tidak memperbolehkannya untuk hamil. Dan ia malah memilih untuk menggugurkan kandunganya daripada membayar denda pembatalan kontraknya. Ia terus saja mengatakan bahwa itu tidak disengaja, ia keguguran bukan digugurkan. Begitulah katanya. Aku tak lagi bisa mempercayainya.
Mulai saat itu, ia pergi dari rumah kami. Entah ia pergi kemana. Mungkin ia pergi kepelukan laki-laki yang menginginkan tubuhnya. Dan beberapa minggu kemudian aku menerima surat cerai darinya.
Sungguh keterlaluan bukan? Aku yang di khianati malah menjadi pihak yang diceraikan.
Yang kubutuhkan hanyalah permintaan maaf darinya. Tapi hingga sekarang kata-kata itu tidak pernah keluar dari mulutnya. Hatiku memang sakit saat mendengar ia membunuh anak kami, Anak yang tidak berdosa. Tapi hatiku ternyata bertambah sakit saat aku kehilangannya. Dia sudah membawa hatiku pergi. Dia sudah mencuri hatiku.
Aku benar-benar ingin memintanya kembali, bahkan aku berjanji untuk memaafkannya kalau ia bersedia kembali.
2 tahun yang lalu aku datang keapartemennya. Dengan tekad membuatnya kembali. Semuanya terjadi begitu cepat. Aku melihatnya berciuman dengan laki-laki lain. Mungkin itu adalah pacarnya. Mulai saat itu aku tak pernah lagi mencoba menemuinya lagi. Dengan melihat itu aku akhirnya sadar, aku sudah kehilangan Jaejoongku.
Aku menaruh kepalaku ke meja dan memejamkan wajahku.
"Joongie.. Bogoshipo.."
Tak lama setelah itu aku mendengar suara Joongie memanggilku. Aku pun langsung mengangkat kepalaku.
"Jo.. Joongie?”
**************
Author POV
“Yunnie..” panggil Jaejoong.
Yunho mengangkat kepalanya dan memalingkan wajahnya mencari suara yang memanggilnya. Matanya membesar saat ia melihat sosok Jaejoong berdiri dihadapannya.
“Jo… Joongie?” panggil Yunho terbata-bata.
Mereka berdua tak ada yang menyangka akan bertemu di tempat yang sama hari itu. Mereka hanya dapat saling menatap satu sama lain. Rasa rindu yang menguap-nguap membuat mereka membeku. Tak ada lagi kata yang terucap dari mulut mereka. Semua amarah yang tertimbun hilang begitu saja. Semua kesedihan terangkat dengan indahnya.
“Umm… Bolehkah aku duduk disini?” tanya Jaejoong takut-takut. Bagaimanapun Jaejoong tetap saja tidak yakin kalau Yunho akan menerimanya.
“Eh… ya…”
Jantung Yunho masih berdebar keras. Tangannya mengengam erat gelas kopinya hingga bubu-buku jarinya memutih. Jaejoong yang melihatnya menjadi salah mengartikan. Jaejoong mengira kalau Yunho sedang menahan kemarahannya. Rasa bersalah Jaejoong pun muncul, kalau ia mengingat ke masa lalu. Ia merasa sangat bersalah karena tidak dapat merawat anaknya mereka dengan baik. Jaejoong menundukan wajahnya, ia tidak berani menatap Yunho, laki-laki yang ia cintai.
Mereka tetap dalam posisinya masing-masing. Jaejoong duduk didepan Yunho persis. Yunho masih menatap wajah Jaejoong lekat-lekat. Di otaknya terus berpikir keras. Bagaimana caranya agar ia mendapatkan Jaejoong sekali lagi. Ia tak ingin kehilangan untuk ke tiga kalinya.
“Maaf… Ingin pesan apa?” tanya pelayan toko itu.
Sapaan dari pelayan toko itu pun mengagetkan Jaejoong dan Yunho. Jaejoong mengangkat kepalanya cepat dan sedangkan Yunho, dia cepat-cepat memalingkan kepalanya.
“Coffe latte. Yunho.. kau mau apa?”
“Omo!! Kau Kim JaeJoong? Kim Jae Joong model terkenal itu kan?”
Jaejoong hanya tersenyum kaku dan menganggukan kepalanya. Matanya meminta pertolongan dari Yunho. tapi Yunho tetap mengacuhkan tatapan Jaejoong.
“Aku pesan coffe mix. Tapi gul-“
“Gulanya 2 sendok saja, susunya jangan banyak-banyak dan juga jangan terlalu panas. Lidahnya sensitif.” Cerocos Jaejoong.
Yunho menatap kaget. Ia tak mengira kalau Jaejoong masih mengingat semua kebiasaannya. Ia memang tidak terlalu bisa makan atau minum minuman yang terlalu panas maupun yang terlalu dingin. Dia juga tidak terlalu suka kopi yang terlalu manis maupun pahit. Dan Jaejoong masih mengingat seluruh takaran kopi Yunho. Dalam hati Yunho bersorak girang karena Jaejoong masih mengingatnya. Tapi bila ia teringat kejadian 2 tahun yang lalu, hatinya kembali memanas.
“Bagaimana kabarmu?” tanya Yunho sesudah pelayan itu pergi.
“Baik. Seperti yang kau lihat. Bagaimana kabarmu? Bagaimana kabar um.. ahjuma?”
Lidah Jaejoong serasa beku saat hampir saja mengucapkan ‘umma’ karena ia terbiasa memanggilnya umma.
“Baik. Seperti yang kau lihat. Umma juga baik. Dia… “ Yunho memutuskan kalimatnya. Ia sendiri pun tak yakin apakah harus ia berkata yang sejujurnya atau tidak.
“Dia apa? ahjuma sakit? Sudah diberi obat? Ke ahjushii sudah?”
Jaejoong memang sudah lama memanggil dokter keluarga Yunho dengan sebutan ahjushi.
“Tidak.. Umma baik-baik saja.. Dia.. terus menerus menanyakanmu.”
Ucapan Yunho yang mengecil di kata terakhirnya membuat Jaejoong tersedak.
“Uhuk.. uhuk.. Mwo? Ajuma.. Mencariku?” tanya Jaejoong tak percaya.
Umma Yunho sebetulnya tidak menyetujui hubungan mereka. Tapi karena kegigihan keduanya, umma Yunho pun akhirnya luluh. Dia menyetujui Yunho dan Jaejoong untuk menikah.
Setelah menikah beberapa lama, umma Yunho mulai dekat dengan Jaejoong. Bahkan ia pernah berkata kalau ia senang karena Yunho menikah dengan Jaejoong dan bukannya dengan wanita-wanita matrialistis di luar sana.
“Silahkan. Ini kopinya.” Ucap pelayan itu sambil membawa 2 gelas.
“Gomawo.” Ucap mereka bersamaan.
“Nde.. Jaejoong oppa… bolehkah aku meminta tanda tanganmu?” ucap pelayan itu sambil menyodorkan kertas beserta spidol.
Dengan setengah hati Jaejoong mentandatanganinya. Sebetulnya ia tidak ingin waktunya bersama Yunho ter ganggu oleh hal-hal yang tidak penting.
“Gomawo oppa..” ucap pelayan itu yang langsung pergi dari meja mereka.
Yunho menyeruput gelas keduanya dan Jaejoong memegang gelas kopinya dengan kedua tangannya, berharap dapat menghangatkan tangannya dari dinginnya udara disekitarnya. Yunho mengerti dengan gerak-gerik Jaejoong. Tanpa ia sadari, ia mengambil tangan Jaejoong dan mengenggamnya erat. Hangatnya tangan Yunho menjalar di tangan Jaejoong. Jaejoong yang kaget hanya dapat bertanya dalam hati dengan wjah yang memerah.
Dari keduanya tak ada yang bergerak sedikitpun. Jaejoong terlalu takut untuk melepaskan tangan Yunho dan begitu juga Yunho. ia begitu takut kalau saja ia melepaskannya, Jaejoong akan pergi dari dirinya lagi.
“Joongie..” panggil Yunho.
“Nde..”
Pikiran Yunho begitu berkecamuk dengan semua pertimbangan. Hatinya menginginkan laki-laki cantik ini kembali kepelukannya. Tapi pikirannya menolak, dengan cara bayangan masa lalu tampil di otaknya.
“Yunnie..” panggil Jaejoong khawatir karena wajah Yunho tampak berpikir keras.
Suara Jaejoong membuat hati Yunho berteriak keras. Dia merindukan laki-laki ini. Dia menginginkan laki-laki ini.
“Joongie… kembalilah padaku..” ucap Yunho cepat dengan penuh kekuatan.
“Eh..” hanya itu yang Jaejoong dapat keluarkan dari mulutnya. Dirinya terlalu kaget oleh permintaan Yunho yang sangat cepat. Hatinya kembali berdegup kencang. Lebih kencang dari pertama kali mereka bertemu.
“Joongi.. Kumohon.. 3 Tahun sudah cukup untukku.. aku sudah tak bisa lagi hidup tanpamu.. aku yang bersalah. Aku tak pernah mendengarkanmu.. aku begitu egois..”
“Yun kau..” ucap Jaejoong dengan suara bergetar.
Air mata Jaejoong menggenang di pelupuk matanya. Hatinya begitu sakit saat Yunho memohon kepadanya dan juga meminta maaf atas semua kesalahan yang tidak ia lakukan. Jaejoong tidak pernah berfikir Yunho egois.
“Aku masih mencintaimu Jae.. Aku janji aku akan melupakan semuanya.. Aku janji akan berubah..” Ucap Yunho sambil menatap sedih mata Jaejoong. Yunho mengengam tangan Jaejoong erat.
“Lepaskan Yun..” jawab Jaejoong.
Jaejoong menarik tangannya dari genggaman Yunho. Yunho tersentak dengan penolakan halus dari Jaejoong.
“Maaf Yun.. Aku tidak bisa.. Aku… Tidak pantas untukmu..” ujar Jaejoong sambil menundukan kepalanya dan menahan air matanya agar tidak jatuh.
“Kenapa? Ada apa Jae?” Tanya Yunho sedikit mendesak.
Lagi-lagi Jaejoong menggelengkan kepalanya. Ia mengepal kedua telapak tangannya dengan kuat. Ia tidak ingin terlihat lemah didepan Yunho, setidaknya tidak sekarang.
“Kenapa Jae?” ucap Yunho sekali lagi dengan suara berbisik.
FLASHBACK
“AAARRGGGHHHH….” Aku mengerang kesakitan sambil meremas perutku.
“Cepat larikan dia ke UGD.” Teriak salah satu perawat sambil mendorong tempat tidur ku.
Aku tidak mengerti apa yang terjad pada tubuhku. Dan aku juga tidak mengerti penyakit macam apa yang aku derita sekarang. Sudah beberapa minggu aku sering mual-mual dan pusing scara tiba-tiba. Emosiku juga naik turun tidak seperti biasanya.
“Tuan.. apa kami bisa mendapatkan nomor telepon saudara atau rekan anda?”
Aku mendengar samar-samar seorang perawat menanyakanku seseorang untuk dihubungi. Langsung saja nama Yunho terlintas di kepalaku. Tapi aku menolak untuk memberitahu Yunho. Aku tidak ingin ia direpotkan dengan keadaanku.
Aku mengelengkan kepalaku dengan lemas. Sekujur tubuhku berkeringat namun aku tidak merasa kepanasan sama sekali. Pandanganku mulai buram dan kesadaranku pun mulai memudar.
“Jangan hubungi siapa-siapa.” Ucapku dengan suara parau.
“Suster! Cepat bantu saya! Tolong janinnya terlebih dahulu.”
Sayup-sayup aku mendengar kata janin.Janin? anak? Janin siapa? Aku? Tidak mungkin. Aku seorang laki-laki. Dan kesadaranku pun hilang.
**************
Aku membuka perlahan mataku. Aku melihat ke sekelilingku. Bau obat-obatan tercium hidungku. Aku mengingat lagi apa yang terjadi pada diriku semalam. Ah iya. Aku dirumah sakit.
Kupaksakan tubuhku untuk duduk namun rasa perih menjalar di kulit perutku. Kubuka sedikit bajuku dan terlihatlah balutan kapas diperutku. Aku tidak tahu apa yang dokter lakukan pada perutku.
“Tuan Jaejoong.”
Aku mengangkat kepalaku dengan cepat.
“Maaf.. Kami tidak berhasil menyelamatkan bayi anda.” Guratan penyesalan tertulis jelas diwajah perawat itu.
“Bayi?” tanyaku heran.
“Anda tidak tahu?” tanyanya memastikan. Dan aku menggelengkan kepalaku.
“apakah anda akhir-akhir ini sering merasa mual?” aku menganggukan kepalaku.
“Apakah anda akhir-akhir ini sering pusing?” sekali lagi aku menganggukan kepalaku.
“Apakah akhir-akhir ini anda sering marah?” untuk ketiga kalinya aku menganggukan kepalaku. Dan aku belum mendapatkan apa yang perawat ini maksudkan.
“Anda positif hamil tuan Kim Jaejoong. Tapi sekali lagi maaf. Kami tidak berhasil menyelamatkan nyawa anak anda. Karena kondisi kandungan tuan yang membahayakan nyawa anda tuan. Ini kasus yang sangat unik.”
Mataku membesar saat mendengar pernyataan dari perawat itu. Mana bisa seorang laki-laki seperti mengandung. Namun sedetik kemudian hatiku merasa sakit. Aku membunuh satu-satunya anak kami. Aku membunuh anakku sendiri.
END of FLASHBACK
**************
“Aku…” ucap Jaejoong dengan suara yang bergetar.
“Kenapa Jae? Apa kau sudah mencintai laki-laki lain? Apa kau sudah menemukan laki-laki yang lebih pantas untukmu?” Yunho menatap jaejoong yang masih menundukan kepalanya. “Jae.. tatap aku.. Kalau memang kau sudah menemukan orang lain aku akan melepaskanmu.” Ucap yunho sedih.
Jaejoong mengangkat kepalanya dan menatap kedua mata Yunho dengan tatapan lembut. Tatapan penuh rasa saying sekaligus penyesalan. Yunho dapat merasakan perasaan Jaejoong padanya belumlah hilang.
“Jaejoong~ah.. please.. Come back to me..”
“Tapi aku… Aku mebunuh anak kita..” bisik Jaejoong.
Yunho menggelengakn kepalanya.
“Aku percaya pasti kau ada alasan khusus untuk melakukan itu dan aku dapat menerimanya sekarang” ucap Yunho sambil tersenyum. “Lagipula kita dapat membuatnya lagi.”
“Aku.. tidak akan bisa memberikanmu anak.” Ucap Jaejoong muram.
“Itu tidak penting Jaejoongie. Dari awal aku memutuskan untuk memberikan hatiku untukmu, aku sudah menyadari hal ini. Jadi hal ini tidak akan menggangguku.”
“Tapi.. Kau begitu ingin mempunyai seorang anak.”
“Kita dapat mengadopsi Joongie.. yang kuperlukan hanyalah seorang yang sangat kucintai untuk menghabiskan hidupku bersamanya.”
“Tapia ak-“
“I love you my BooJae.”
“I love you too Yunnie bear.. eeehh..” Jaejoong menutup mulutnya cepat-cepat.
“Bahkan kebiasaanmupun tetap sama Joongie.. Will you marry me Jaejoong?” Yunho mengeluarkan cincin pernikahan mereka. “Again.”
“Apakah kau masih akan bersikap baik terhadap teman wanitamu dan melupakanku?”
Yunho buru-buru menarik lagi tangannya dan memasang tampang berfikir.
“Umm… Gimana ya.. kalau yang satu itu sulit dihilangkan Boo..”
Yunho dapat melihat guratan kekecewaan diwajah Jaejoong.
“Aku ti-“
“Aniyo boo.. aku hanya bercanda.. setelah aku bercerai denganmu, aku tak pernah lagi berhubungan dengan mereka. Jadi kau bisa memegang janjiku.”
Jaejoong menampilkan senyum indahnya dengan wajah senang.
“I do my Yunnie Bear.”
*******THE END*******