Sewajarnya alur kehidupan, setiap kita pasti pernah dihadapkan pada suatu pilihan... Ini terjadi hampir setahun yang lalu. Ketika saya dihadapkan pada dua pilihan yang sama2 baik, lanjut menuntut ilmu atau mengamalkan ilmu. Tidak mudah memilih, karena keduanya sama2 baik. Kalau dipikir2 keduanya karena kenekatan, satunya nekat lanjut kuliah, satunya nekat ikut seleksi suatu pekerjaan. Dorongan saya saat itu cuma satu, karena tidak ingin menyesal di kemudian hari, sebab pernah rasanya punya keinginan dan tidak bisa memperjuangkannya. Karena tidak ingin itu terulang, makanya jadi nekat.
Bagi saya yang paling penting dari keputusan itu adalah ridho orang tua dan kenyamanan diri sendiri. Karena beberapa pertimbangan, karena tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang dicari banyak orang, karena memang itu yang menjadi impian saya, karena akhirnya bisa dapat pekerjaan yang tidak jauh dari rumah, maka keputusan kedua yang diambil. Saya yakin, teman2 yang mendengar kabar itu pasti juga mempertanyakan, menyayangkan, kenapa tidak dilanjutkan kuliahnya. Walaupun jawabannya sudah pasti, tidak mungkin keduanya bisa berjalan beriringan. Ada aturan yang harus saya jalani, ini saya mengabdi, bukan menjalankan bisnis pribadi.
Hanya, yang saya sayangkan adalah ketika justifikasi itu diberikan tanpa ada klarifikasi, tidak bertanya lebih jelas lagi. Setiap kali pertanyaan itu terlontar, jujur saya memendam emosi, bukan amarah, tapi ada sesuatu yang saya tahan dari diri saya, dorongan untuk sabar, menghela nafas panjang sebentar. Saya tidak ingin menyesali apa yang saya pilih, saya tidak mau jadi pengecut. Pilihan saya, ya itulah yang saya jalani.
Abstrak, maybe -___-