Title: Cigarette
Chapters: - (One Shot)
Authors: Chisa
Genre: Romance, Humour.
Warnings: Shounen Ai.
Rating: PG-13
Pairing: ReitaxRuki
Disclaimer: I don't own the GazettE. I own nothing but the story.
Summary: What is the meaning if someone (seductively) blows smoke in your face? It means they want to have sex with you.
Comments: Penpik wansyut dari eke karena nungguin koneksi inet yg lagi super lemot.. orz terinspirasi dari Reita yang bilang dia berhenti ngrokok lagi. Maap bahasa Indonesianya acak-acakan. Bikinnya sambil nahan sakit soalnya T^T
Meski summary-nya ada kata ‘sex’nya, ini penpik aman kok~~ (=w=)b
☆☆☆
“Rokok?” kata Ruki seraya menghempaskan tubuhnya di sofa hitam di ruang tengah apartemennya. Tangannya menawarkan satu pak rokok Marlboro Menthol Light ke arah Reita yang sedang duduk di sebelahnya sambil memainkan gitar bass-nya.
Reita berhenti memainkan gitar bass-nya dan menatap dengan tak berminat pada satu pak rokok yang ada di tangan Ruki. “Ruki, bukankah aku udah ngasih tahu kalau aku udah berhenti ngrokok?”
Ruki mendengus, tidak percaya apa yang kekasihnya katakan barusan. “Kamu berhenti ngrokok lagi? Yang kemarin aja nggak berhasil,” kata Ruki dengan nada yang sedikit mengejek sambil mengambil satu buah rokok dari bungkus yang dia pegang kemudian menjepitnya diantara kedua bibirnya dan menyulutnya. Kepulan asap dari rokok yang disulutnya mengotori udara di ruang tengah apartemennya.
“Yang kali ini aku yakin berhasil,” ucap Reita meyakinkan Ruki. Namun Ruki hanya tersenyum mengejek, masih tidak percaya. Akhir-akhir ini Reita merasa kehabisan nafas saat live. Makanya dia berusaha untuk berhenti mengonsumsi rokok dan memulai mengonsumsi makanan sehat. Yah meskipun dia masih nggak doyan sayur sih. Satu tahun yang lalu dia sudah pernah mencoba untuk berhenti merokok satu kali. Namun gagal dikarenakan saat itu dia sedang depresi berat gara-gara dompetnya hilang, dan Ruki berusaha menenangkan pikirannya dengan menawarinya sebungkus rokok seperti tadi. Akhirnya dia menyulut sebatang untuk meredamkan emosinya dan menenangkan pikirannya dari hal-hal negatif yang mungkin orang lain lakukan dengan ID card atau driving license-nya di dalam dompetnya. Meskipun seminggu kemudian pihak kepolisian Suginami menghubunginya dan memberitahukan bahwa dompetnya telah ditemukan, ia tetap meneruskan mengonsumsi rokok hingga ia memutuskan untuk berhenti lagi dua minggu yang lalu. Dan ia yakin bahwa kali ini akan berhasil.
Reita menatap Ruki. Sebatang rokok masih setia bertengger di mulutnya. Tangan yang tadi menjepit rokok itu kini bermain dengan iPhone. Sesekali Ruki menggigit ujung rokoknya atau memainkan lidahnya sehingga rokok yang berada di antara bibirnya bergerak-gerak. Membuat Reita ingin bibir ranum itu lebih baik melakukan hal tersebut pada bibirnya, bukannya pada sebatang rokok. Pemandangan yang sangat menggiurkan. Tapi meskipun Ruki terlihat sangat menggoda saat merokok, ia juga mencemaskan Ruki. Mencemaskan kesehatan Ruki dan juga suara merdunya.
“Ruki, berhentilah ngrokok juga. Aku cemas dengan suaramu.”
Ruki meletakkan iPhone-nya di samping Macbook-nya yang terletak di atas meja hitam di depan mereka. Ia menarik keluar rokok yang bertengger di mulutnya dan mengepulkan asapnya. “Dan membiarkan the GazettE tidak memproduksi apa-apa lagi? Kau tahu sendiri kan Rei, aku nggak bisa bikin lirik kalau nggak sambil ngrokok. Nggak bisa desain goods kalau nggak ngrokok. Rokok itu kayak suplemen buatku pas nulis lirik. Tanpa rokok aku nggak bisa mikir,” jawabnya kesal.
“Tapi kan ada hal lain yang bisa menggantikan rokok, Ruki.”
“Contohnya?”
“Err… permen karet?”
“Kau masih ingat kan terakhir kali aku makan permen karetnya Uruha dan aku menelannya. Aku nggak mau ngulangin hal yang sama lagi. Dan itu gara-gara ulahmu!” ucap Ruki dengan sedikit membentak dan memukul lengan Reita pelan. Reita hanya terkekeh.
“Hehehe… maaf. Aku nggak bermaksud membuatmu tertawa sampai menelan permen karetnya Uruha.” Reita menutup mulutnya dengan kepalan tangannya, berusaha tidak menertawakan lagi kejadian dimana dia sedang melontarkan kata-kata yang lucu dan Ruki tertawa sampai tersedak, menelan permen karet yang sedang dimakannya. Gara-gara peristiwa itu Ruki marah padanya dan melarangnya untuk bercinta dengannya selama satu bulan hingga dua minggu kemudian Ruki sendiri yang tidak tahan dan meminta-minta dirinya untuk memuaskannya.
“Cih, wajahmu nunjukin kalau kamu nggak ikhlas minta maafnya.”
“Hehehe… maaf, maaf,”
“Udah berapa hari sejak kamu memutuskan untuk berhenti ngrokok?” tanya Ruki berusaha mengalihkan topik pembicaraan. Rupa-rupanya dia masih kesal dengan peristiwa saat itu.
“Umm… hampir 2 minggu.”
“Lumayan…” Setelah berkata seperti itu, entah kenapa tiba-tiba Ruki yang tadinya cemberut menjadi tersenyum. Bukan senyuman, lebih tepatnya seringaian. Seringai dengan penuh arti ke arah Reita tentunya. Kemudian ia mulai mendekatkan tubuhnya ke tubuh kekasihnya itu. Di antara jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya masih terjepit rokok yang tadi dia hisap.
Reita menatap Ruki dengan takut. Takut kalau Ruki tiba-tiba memaksanya untuk merokok lagi. Perlahan ia memundurkan badannya saat vokalisnya itu semakin mendekatinya. Namun posisi dia yang sudah berada pinggiran sofa membuatnya tidak bisa mundur lebih jauh lagi. “Ruki, jangan maksa aku buat ngrokok lagi!”
“Enggak kok.”
“Terus ngapain kamu jadi dekat-dekat gini?”
Ruki menyeringai makin lebar, memperlihatkan gigi-giginya yang putih dan berderet rapi. Kemudian ia menghisap kembali rokoknya dalam-dalam dan menyebulkan asapnya tepat di muka Reita. “Kalau aku giniin, tahan nggak?” tanyanya dengan nada menggoda.
Reita hanya terdiam. Tidak batuk ataupun tidak mengipas-ngipas tangannya agar asap rokok tidak terhirup olehnya. Ruki terkekeh melihat reaksi kekasihnya. “Hihihi, wajahmu sekarang nunjukin kalau kamu nggak tahan buat ngrokok lagi kan? Masih banyak tuh rokoknya,”
Reita masih terdiam, tidak menjawab kata-kata Ruki barusan. Ruki menggodanya lagi. “Kenapa Rei? Jangan ditahan, nggak baik buat pikiran, bikin stress. Nih, nggak usah malu-malu,” ucapnya sambil menyodorkan satu pak rokok ke arah Reita lagi.
Akhirnya ada reaksi dari Reita. Dia tersenyum sedikit sambil menatap Ruki yang masih terkekeh-kekeh. “Ruki…”
“Hmm?”
“Yang barusan kamu lakuin itu…”
“Ya?”
“Kamu pengen bercinta ama aku ya?”
“Hah?!” Perkataan kekasihnya barusan membuatnya Ruki kaget hingga hampir menjatuhkan rokok yang berada di antara jari-jarinya.
“Aku pernah baca di internet, kalau kamu mengebulkan asap rokok di muka seseorang, itu artinya kamu ingin bercinta dengannya. Jadi, apa aku benar, Ruki-chan?” Kali ini gentian Reita yang tersenyum lebar dan mencondongkan badannya mendekati Ruki. Bisa ia liat semburat merah yang kini mewarnai kedua pipi Ruki.
“You wish!” bentak Ruki sambil berusaha menghindari tatapan Reita dengan sibuk mematikan rokok di asbak yang terletak di atas meja.
Reita terkekeh melihat tingkah kekasihnya. Ruki kalau sedang malu benar-benar manis. Tanpa Ruki sadari, ia memeluk badan yang lebih kecil darinya itu dari belakang. “Nggak usah malu-malu, Ruki-chan. Biasanya juga nggak malu-malu minta gituan ma aku kan~”
Hembusan nafas Reita saat dia berbicara mengenai tengkuk leher Ruki. Membuat Ruki sedikit terasang karenanya. Ia berusaha melepaskan pelukan Reita namun tidak dengan sekuat tenaga. “Ih! Apaan sih! Kok sekarang malah gantian kamu yang godain aku.”
“Hahaha, kamu lucu deh.”
“Pulang sana!”
“Ruki galak deh, kalau lagi marah kayak Koron,” ucap Reita sambil memanyunkan bibirnya, berpura-pura memasang tampang sedih dan meletakkan dagunya di atas pundak Ruki.
“Biarin.”
“Kamu nggak percaya aku bisa tahan nggak ngrokok lagi selamanya?”
“Iya lah! Paling sebulan dua bulan lagi kamu ngrokok lagi. Lagian aku ma Aoi masih ngrokok. Itu bikin kamu jadi perokok pasif. Percuma kamu berhenti, Rei,”
“Well, ada yang bikin aku bisa tahan sih.”
“Ha? Apaan?”
“Serius mau tahu?”
Tiba-tiba dagu Ruki dipegang oleh Reita dari belakang dan mengarahkan wajah Ruki ke wajahnya. Dengan lembut Reita menempelkan bibir mereka berdua dan mencium Ruki. Tangan yang masih memegang dagu Ruki berusaha membuat Ruki membuka mulutnya. Namun Ruki tetap bersikokoh menutup mulutnya dan membiarkan Reita menciumi bibirnya yang terkatup. Kesal dengan tingkah kekasihnya, Reita menggigit bibir bawah Ruki, sehingga membuat Ruki tersentak dan membuka mulutnya. Tanpa menunggu waktu, Reita langsung memasukkan lidahnya ke dalam mulut Ruki dan dengan lihai mengajak lidah Ruki untuk bermain. Ruki mulai merespon ciuman dari Reita. Rokok yang baru saja Ruki konsumsi rasanya masih tersisa di mulutnya. Bercampur dengan rasa manis saliva mereka berdua. Sungguh rasa yang sangat nikmat. Lebih nikmat dari sebatang rokok. Mereka berciuman semakin dalam dan semakin bergairah. Namun, setiap manusia ada batasnya dan saling membutuhkan oksigen untuk bernafas. Dengan berat hati keduanya melepaskan tautan kemesraan di antara keduanya.
Selesai mencium Ruki, Reita kembali memeluk kekasih mungilnya itu dari belakang. Lebih erat dari yang tadi. “Kamu itu lebih manis dari rokok, Ruki. Makanya aku lebih addicted ke kamu daripada rokok.”
Ruki tidak lagi berusaha melepaskan diri dari dekapan kekasihnya. Malahan dia menyandarkan tubuhnya pada tubuh kekar di belakangnya. Menikmati kehangatan yang kekasihnya berikan untuk dirinya. “Cih, gombal.”
Reita hanya tersenyum mendengar respon ketus dari vokalisnya itu. Kemudian seringai nakal menghiasi wajahnya. Ia mendekatkan mulutnya ke kuping kekasihnya. Ia tahu kuping kekasihnya itu termasuk titik sensitif di tubuhnya. Dengan suara menggoda Reita berkata kepada Ruki, “So, do you still wanna have sex with me tonight?”
☆終わり☆
*Di Jepang, driving license atau SIM itu sangat mahal. Apalagi SIM mobil. Sekitar ¥200-300rb. Kalau ilang ya harus bikin lagi. Kalau ID Card, bisa buat tindakan kejahatan yang macem-macem. Makanya disini aku ceritain si Reita depresi gara-gara dompetnya ilang. Btw, kejadian dompetnya Reita ilang ini beneran lho. Aku pernah baca di sebuah interview~ Eh, tapi aku lupa ding yg kehilangan dompet itu Reita, Uruha, atau Aoi XD *plak*
**Reita dulu emang pernah mencoba berhenti ngrokok, tapi baru setaun dia ngrokok lagi. Alesannya aku nggak tau, itu cuma ngarang~ (lol). Dan sekarang dia udah berhenti lagi. Sudah hampir 3 tahunan kalo nggak salah~ ^^
***Summary aku ambil dari internet. lol