Title: Secret
Chapters: 1/?
Authors: Meh~
Genre: AUHS, fluff, humor
Warnings: Yaoi, crossdressing, author insert, write in Indonesian
Rating: PG-13 over all
Pairing: ReitaxRuki, AoixKazuki, KenjixRuki [slight], ReitaxJunko [slight], KenjixJunko
Character: Ruki, Reita, Aoi, KyanMiwa, Hyde, Megumi, Tetsu, Ayana, Saya sendiri #plakplakplak XDD (for now)
Summary: Memiliki ibu yang terobsesi mempunyai anak perempuan, membuat Ruki harus rela tumbuh menjadi seorang perempuan. Dan seperti anak perempuan lainnya, ia tumbuh sangat manis. Bahkan sangat manis melebihi anak-anak perempuan asli di sekolahnya. Ia memiliki seorang sahabat yang sangat dekat, bernama Reita. Reita yang tidak mengetahui bahwa Ruki adalah seorang laki-laki, ternyata memuja wajah manis Ruki dan mulai jatuh hati padanya~ (tumben summary-nya bener XD)
Disclaimer: *duduk sebelahan ma Ruki sambil menipedi ngliatin Reita ngepel lantai* wakakaka XDD not own T^T
Comments: Oke~ fanfic baru~~~ #plakplakplak. Sumpah, tiap kali mau ujian ato ulangan pasti banyak ide berdatangaaaaan T^T. Oh iya, jangan berharap apdet cepet. orz
Matsumoto family.
Terdiri dari sepasang suami istri yang baru memiliki satu orang anak laki-laki berumur 5 tahun. Sang istri yang sedang hamil 7 bulan, sangat menginginkan anak yang ada di dalam kandungannya adalah seorang anak perempuan untuk melengkapi kebahagiaan keluarga tersebut. Begitu pula suaminya serta anak laki-lakinya.
Di usia kehamilannya yang ke 8 bulan, dokter telah positif menyatakan bahwa kelak anaknya adalah seorang perempuan. Begitu bahagianya mendengar berita itu, keluarga itu langsung membeli perlengkapan bayi untuk perempuan lengkap dengan mainan anak perempuan. Tak ketinggalan pula baju untuk anak perempuan.
Tapi, di saat hari bahagia itu datang, anak yang lahir bukanlah seorang perempuan, melainkan seorang laki-laki. Keluarga itu, terutama sang ibu, sangat shock begitu mengetahui bahwa bayi yang lahir adalah seorang anak laki-laki. Sang ibu menangis histeris sampai-sampai tak mau melihat bayinya. Tapi atas desakan sang suami, akhirnya sang ibu mau juga melihat putra keduanya itu.
Sang ibu mengira bayinya akan seperti bayi laki-laki pada umumnya. Bulu mata yang pendek, kulit yang agak hitam, rambut yang tipis, dan bibir yang tebal. Namun sang ibu salah. Bayi yang digendongnya benar-benar seperti bayi malaikat. Kulitnya putih dan mulus. Tidak tampak adanya bulu-bulu halus di kulitnya. Rambutnya hitam lebat, bulu matanya lentik dan matanya agak lebar. Bibirnya memang agak tebal, tapi sempurna. Cantik.
"Kau cantik sekali nak. Ibu tidak peduli kamu adalah seorang laki-laki, ibu akan membesarkanmu seperti layaknya seorang perempuan," ucap sang Ibu sambil menciumi bayi yang digendongnya itu.
5 tahun kemudian...
"Aoi-niichan, mau kemana~?" seorang anak kecil, berumur kira-kira 5 tahun, memakai piyama berwarna pink muda dengan motif strawberry berlari ke arah kakaknya yang baru saja selesai menalikan tali sepatunya. Sebuah boneka beruang cokelat kecil dipeluknya erat di dadanya dengan tangan kanannya. Tangan yang lain menarik ujung baju kakaknya.
"Ru-chan ikut~" rengeknya sambil menatap kakaknya penuh harap dengan mata besarnya.
Aoi, seorang anak laki-laki berumur 10 tahun, membalikkan badannya menatap adiknya sambil tersenyum kecil. "Niichan mau berangkat sekolah, Ru-chan nggak boleh ikut," ucapnya lembut sambil membelai rambut pendek adiknya yang dikepang dua.
"Kenapa? Ru-chan janji kok ga bakalan nakal," rengek Ruki sekali lagi. Kali ini dengan memanyunkan bibirnya ke arah kakaknya.
"Ru-chan kan belum gede, makanya belum boleh ke sekolah."
"Tapi Ru-chan udah lima tahun!" ucap Ruki sambil menunjukkan jarinya yang membentuk huruf 'V' ke arah kakaknya.
Aoi tertawa kecil melihat tingkah adiknya. "Ini dua sayang, lima itu seperti ini," ucapnya sambil membetulkan jari-jari kecil Ruki.
"Hooo~" Bibir Ruki membentuk huruf o mendengar penjelasan dari kakaknya.
"Ah, udah ya! Niichan hampir telat nih, nanti abis pulang Niichan ajak main deh!"
"Janji?"
"Hu'um, janji! Dadah, Ru-chan! Mama~ Ittekimasu!" seru Aoi sebelum membuka pintu dan berlari keluar. Meninggalkan Ruki berdua dengan Tanaka-san, boneka beruangnya. Ruki pun membalikkan badannya dan berjalan menuju dapur, menemui ibunya yang sedang mencuci piring-piring bekas sarapan pagi itu.
"Mama~" panggil Ruki.
"Ya, sayang?"
"Ru-chan ingin sekolah."
Ibunya, yang kebetulan sudah selesai mencuci dan mengeringkan seluruh piringnya, berjalan menghampiri Ruki dan berlutut didepannya. Sambil membelai lembut kepalanya, ia tersenyum. "Berapa umur Ru-chan?"
"Lima tahun!" jawabnya mantab dan menunjukkan jari-jarinya, yang kali ini benar menunjukkan angka lima, kepadanya ibunya.
Ibunya tersenyum makin lebar, "Oke, Mama akan bilang ke Papa."
"Yatta, asiiiik~!" kali ini gantian Ruki yang tersenyum lebar dan memeluk ibunya dengan erat.
"Nah, sekarang kamu mandi ya? Nanti sekitar jam 11 kita akan kedatangan tamu spesial," ucap ibunya sambil menggendong Ruki menuju kamar mandi.
"Tamu spesial? Siapa?" tanya Ruki, memasang muka polosnya yang sangat imut kepada ibunya.
"Nanti kamu akan tahu, sayang. Begitu selesai mandi, mama akan mendandanimu semanis mungkin."
Ting Tong.
Bunyi bel di depan rumah kediaman Matsumoto itu terdengar nyaring ke dalam rumah. Ruki, yang sedang bermain dengan Tanaka-san di meja makan, langsung melompat turun dari kursinya dan berseru kepada ibunya.
"Mama, Ru-chan buka ya pintunya!" Satu anggukan dari ibunya membuat Ruki langsung berlari ke pintu depan. Ia berjinjit saat membuka pintu yang kenopnya lebih tinggi darinya. Begitu pintu terbuka, ia melihat seorang wanita berambut ikal sepunggung, menggandeng seorang anak laki-laki sebaya dengannya.
Ruki mengkerutkan keningnya memandangi wanita di depannya. "Tante siapa?" tanyanya polos sambil memiringkan kepalanya sedikit.
Wanita itu tersenyum dan berlutut di depannya. "Kamu pasti Ru-chan kan?" Ruki mengangguk pelan. Masih bingung dengan wanita di depannya karena ia belum pernah sekalipun melihat dirinya. "Aku Suzuki Ayana, teman ibumu. Terakhir kali kita ketemu saat kamu masih 1 tahun. Pasti kamu sudah lupa kan?" Ruki mengangguk pelan menanggapinya.
"Ibumu pasti benar-benar serius ya waktu itu. Sekarang kamu tumbuh sangat manis, benar-benar seperti perempuan. Ah, ini Rei-chan, anak tante, dulu kalian pernah berebut sebuah permen lolipop. Rei-chan, kamu masih ingat dengannya?" Wanita yang mengaku bernama Suzuki Ayana itu menengok ke arah anak laki-laki di sampingnya.
"Ah, ti-tidak ingat, Ma," ucap anak itu yang terlihat sedikit terkejut dengan pertanyaan ibunya. Membuat pipinya yang agak chubby memerah karenanya.
"Ru-chan~ Siapa tamunya? Kok nggak diajak masuk?" ucap ibunya Ruki saat menghampiri anak kesayangannya, membuat ketiganya serentak menoleh ke arah sumber suara.
Ayana berdiri dan memberi senyumnya kepada sahabatnya. "Hai, Megumi." ucapnya sambil melambaikan tangannya.
"Ah, Aya-chan~! Apa kabar?" pekik Megumi senang seraya memeluk tubuh Ayana. "Empat tahun kita tidak bertemu, aku sungguh merindukanmu."
"Aku juga," ucap Ayana. Membelai lembut punggung Megumi. Megumi melepaskan pelukannya dan memandang ke arah anak kecil di samping Ayana.
"Rei-chan~ tante juga kangen padamu," Kali ini Megumi memeluk Reita dan membelai rambutnya. "Ah, kamu sudah besar dan semakin tampan ya. Masih ingat sama anak tante kan?"
Reita lagi-lagi menggeleng menjawab pertanyaan itu. Megumi tersenyum. "Ini Ru-chan, dia manis kan?"
Reita, dengan pipi yang bersemu merah, mengangguk pelan mengiyakan perkataan Megumi.
"Nah, Ru-chan, ajak Rei-chan main ya? Mama mau ngobrol-ngobrol sama tante Aya. Ru-chan mau kan?"
"U'um!" angguk Ruki. Tanpa ragu, ia langsung menggandeng tangan Reita dan mengajaknya masuk. Megumi dan Ayana mengikuti mereka dari belakang.
(warning: pemikiran anak kecil)
Ruki dan Reita sedang bermain di kamar Ruki kala itu. Mereka berdua duduk di atas tempat tidur milik Ruki yang berspreikan hello kitty. Reita sibuk memasang puzzle, sedangkan Ruki membaringkan badannya di samping Reita sambil memegang Tanaka-san tinggi-tinggi di atas tubuhnya. "Nee, Rei-chan!" panggil Ruki. "Rei-chan suka boneka?"
"Umm, iya" jawab Reita, menggangguk pelan. Tangannya memegang potongan puzzle, tatapannya tertuju pada papan puzzle di depannya yang membingungkan dirinya.
"Kenalkan, ini Tanaka-san. Dia lucu kan?" Ruki tersenyum menyodorkan Tanaka-san kepada Reita. Reita meletakkan potongan puzzle di tangannya dan berganti memegang boneka beruang yang disodorkan oleh Ruki.
"Iya. Tapi Ru-chan lebih lucu kok." ucap Reita polos, memandang wajah manis Ruki di sampingnya. Pipi chubby miliknya memerah lagi.
"Eh, tapi Ru-chan kan bukan boneka." ucap Ruki sambil memanyunkan bibirnya. Reita ikut membaringkan tubuhnya di samping Ruki. Memandang boneka beruang coklat di tangannya.
"Rei-chan punya boneka di rumah?" tanya Ruki ketika melihat Reita memainkan kuping Tanaka-san.
Ia menggeleng. "Nggak punya. Tapi Miwa-neechan punya banyak."
Ruki memanyunkan bibirnya lagi.
"Sebenarnya Ru-chan ingin memberi Rei-chan boneka, tapi Ru-chan hanya punya Tanaka-san. Ru-chan sangat sayang pada Tanaka-san karena Tanaka-san hadiah yang dikasih Aoi-niichan."
"Kalau begitu Ru-chan harus menjaga Tanaka-san baik-baik."
"Iya." angguk Ruki. "Umm, Rei-chan, gimana kalau Rei-chan jadi boneka Ru-chan saja?"
"Eh?"
"Karena Ru-chan juga sayang ama Rei-chan. Jadi Rei-chan jadi boneka Ru-chan aja." ucap Ruki polos. Membuat Reita yang sedang memandangnya bersemu merah.
"Baiklah kalau begitu." angguk Reita.
Ruki tersenyum lebar kemudian bangkit dan berdiri. "Yatta! Ayo!" Ia menarik tangan Reita turun dari tempat tidurnya.
"Kemana Ru-chan?" tanya Reita heran.
"Ke tempat mama. Ru-chan ingin kasih tahu mama kalau Rei-chan sekarang jadi boneka-nya Ru-chan." jawab Ruki senang.
"Jadi, kau benar-benar akan pindah ke sini minggu depan?" tanya Megumi senang setelah mendengar cerita bahwa Ayana akan pindah di dekat rumahnya. Ayana mengangguk antusias.
"Iya. Minggu lalu Testu sudah membeli rumah kosong di daerah sekitar sini." jawab Ayana.
"Oh, cukup dekatkah dari rumahku?"
"Ya, dekat sekali."
"Dimana tepatnya?"
"Samping rumah ini."
"Eeeeh? Benarkah?"
"Ya."
"Itu dekat sekali, Aya-chan! Kita bisa ngobrol dan belanja bersama tiap hari! Aku senang sekali!"
"Aku juga Megu-chan. Aku sangat terkejut kemarin saat Tetsu memberi tahuku bahwa dia sudah membeli rumah baru yang lebih besar dari apartemen kecil milik kami. Dan kau tahu, aku langsung menyerangnya saat itu juga, padahal masih ada Rei-chan dan Miwa-chan saat itu."
"Hahaha, aku bisa bayangkan itu. Anak-anakmu pasti ketakutan ya?"
"Tidak. Miwa langsung membawanya ke kamarnya saat itu dan Miwa lebih memilih tidur bersama Rei-chan dibanding di kamarnya yang dekat dengan kamarku, hahaha"
"Kejam sekali kau, Aya-chan"
"Hohoho. Ah, tampaknya sudah larut Megu-chan. Aku harus pulang. Kasihan Miwa, dia pasti sudah pulang dan sendirian di rumah."
"Sebenarnya aku masih ingin ngobrol banyak denganmu. Tapi, aku akan bersabar seminggu lagi."
"Ya, aku juga. Nah, sekarang, dimana Rei-chan sama Ru-chan?"
"Sepertinya di kamarnya Ru-chan, biar aku panggil-" tapi belum sempat wanita muda itu berdiri untuk memanggil anaknya, si Ruki sudah memasuki ruang tamu mereka, sambil menggandeng tangan Reita.
"Mama! Mama!" panggil Ruki antusias kepada mama-nya.
"Ah, itu dia anakku tersayang. Ya, Ru-chan sayang~" Megumi mendekati Ruki dan berlutut untuk menyamakan kedudukan kepala mereka. Ia mengusap lembut kepala anaknya.
"Lihat, lihat!! Rei-chan sekarang jadi boneka-nya Ru-chan!" ucap Ruki senang sambil memeluk Reita yang bersemu merah dari belakang.
"Eh?" kedua wanita itu sama-sama mengerutkan alisnya.
"Rei-chan bilang dia tidak punya boneka. Biar Rei-chan tidak kesepian, Rei-chan jadi bonekanya Ru-chan. Jadi, Rei-chan ama Ru-chan bisa main tiap hari! Boleh kan, Tante Aya?" tanya Ruki tak lupa sambil memasang wajah imutnya kepada Ayana.
"Boleh. Tapi sekarang tante mau bawa Rei-chan pulang dulu."
"Pulang? Rei-chan nggak nginep di rumahnya Ru-chan?" Wajah Ceria Ruki dengan sekejap berubah menjadi murung.
"Maaf, Ru-chan. Kapan-kapan lagi ya mainnya?"
"Tapi ma, Rei-chan nggak mau pulang." ujar Reita, memeluk Ruki lebih erat supaya boleh diijinkan bermain lebih lama lagi dengannya.
"Hiks.." Ruki mulai terisak. "Nggak mauuuuuuuuu~! Rei-chan bonekanya Ru-chan! Nggak boleh dibawa pulang! Nggak mauuuuuuuuu~ huweeeee." Ruki menangis di pelukan Reita, membuat ibunya kewalahan menenangkannya.
"Cup cup, Ru-chan sayang, Rei-chan pulangnya bentar kok. Besok main lagi." ucap ibunya, namun Ruki masih tetap menangis.
"Rei-chan, pulang ya. Kasihan Miwa-neechan." bujuk Ayana kepada anaknya. Mendengar kata Miwa, pelan-pelan Reita melepaskan pelukannya ke Ruki, membuat Ruki semakin erat memeganginya.
"Nggak mauuuuuuuuuu~ hiks, hiks..."
"Ru-chan, jangan nangis. Rei-chan janji kok, bakal jadi bonekanya Ru-chan selamanya. Jadi jangan nangis ya. Besok Rei-chan pasti dateng lagi. Iya kan ma?" ucap Reita, mencoba membujuk Ruki agar berhenti menangis.
"Iya, sayang. Seminggu lagi tante dan Rei-chan juga akan pindah di samping rumah Ru-chan. Jadi Ru-chan jangan nangis lagi ya?"
Setelah mendengar itu, akhirnya Ruki berhenti menangis dan memandang Ayana. "Janji?"
"Iya, sayang." ucap Ayana, membelai lembut rambut Ruki.
"Janji ya Rei-chan mau maen lagi bareng Ru-chan."
"Iya!"
10 tahun kemudian...
Matsumoto Ruki, seorang 'perempuan' berumur 15 tahun, saat itu sedang menyisir rambut coklat sepundaknya di depan sebuah cermin besar di kamarnya. Ia berhenti menyisir dan memandang pantulan dirinya di cermin. Sebuah senyuman kecil tersungging di wajah putihnya yang mulus tanpa cacat. Manis sekali.
Ia menghela nafas panjang. Sebenarnya, ia sudah tahu bahwa dirinya adalah seorang anak laki-laki. Tepatnya pada saat umur 12 tahun, ia mengalami mimpi basah pertamanya dan pada saat ia menanyakan kejadian itu pada ibunya, akhirnya ia diberitahu oleh keluarganya bahwa dia adalah seorang anak laki-laki. Ia diberi pilihan untuk melanjutkan menjadi anak perempuan atau menjadi anak laki-laki normal. Awalnya, ia ingin memutuskan untuk menjadi anak laki-laki normal. Tetapi melihat ibunya yang sangat mengharapkan memiliki anak perempuan, ia jadi tidak tega. Akhirnya dia memilih untuk meneruskan menjadi anak perempuan. Tetapi, jika identitasnya yang asli terbongkar, maka ia akan menjadi anak laki-laki.
Tubuh dan suaranya pun mendukungnya untuk menjadi anak perempuan, karena ia berbadan tidak seperti anak laki-laki pada umumnya. Badannya pendek dan kecil, kulitnya putih mulus dan halus. Wajahnya manis, bahkan saat SD dan SMP banyak sekali anak laki-laki yang suka padanya. Ia sudah menginjak umur 15 tahun, tapi jakunnya juga tak kunjung tumbuh, membuat suaranya tak berat layaknya seorang anak laki-laki normal.
Selain anggota keluarganya, sebenarnya ada seorang lagi yang mengetahui identitas aslinya. Seorang anak perempuan sebaya dengannya bernama Chisa, sepupunya sekaligus teman dekatnya. Yang selalu siap membantunya kapan saja dan mengawasinya saat menjadi perempuan. (A/N: Hwakakakakakakakakaka!!!! *tawa nista sang author~* Wes, ra sah do protes! Namanya juga penpik! [asline pengarange kentek-an tokoh orz] XDDD)
Hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah menengah atas. Ia memandangi dirinya sekali lagi di depan cermin. Merapikan blazer dan roknya, kemudian dasi kupu-kupunya. Setelah itu, mengambil tas dan juga ponsel pinknya.
"Ma, aku berangkat. Oh iya, aku sarapan di rumahnya Tante Aya aja. Kayaknya si bodoh itu belum bangun. Aku liat jendela di kamarnya belum terbuka." ucap Ruki kepada ibunya yang saat itu sedang menyiapkan sarapan di dapur.
"Oke, sayang. Titip salam buat tante Aya ya?" balas ibunya, menghentikan senjenak pekerjaannya dan beralih menghampiri Ruki yang berdiri di depan pintu masuk dapur kemudian mengecup pipi Ruki penuh sayang. "Hati-hati ya?"
"Mama, aku udah besar~!" protes Ruki sambil mencebilkan bibirnya.
"Habisnya kamu imut banget sih. Udah sana, berangkat." kata ibunya sambil tersenyum.
"U'um. Ittekimasu."
Ruki melangkahkan kakinya keluar dari rumahnya kemudian memasuki rumah di sampingnya. Menyapa seorang wanita paruh baya yang juga sedang menyiapkan sarapan di dapur sama seperti ibunya.
"Pagi tante Aya, si Bodoh sudah bangun?" sapanya, agak membuat kaget wanita itu.
Wanita itu menoleh ke arah Ruki. "Oh, Pagi Ru-chan. Tampaknya belum, bangunkan saja. By the way, kau tampak manis memakai seragam itu." ucapnya sambil tersenyum.
"Makasih tante." balas Ruki sambil tersenyum sebelum melangkahkan kembali kakinya menuju lantai atas rumah itu. Membuka pintu nomor dua di sebelah kanan tangga. Ia mengamati isi ruangan itu. Mencari-cari tanda kehidupan. Matanya terpacu pada kasur bersprei kotak-kotak hitam putih di pojok ruangan yang tidak teratur itu. Tepat seperti dugaannya, si Bodoh Reita itu belum bangun dari tidurnya. Melewati tumpukan majalah dan komik yang berserakan di lantai, ia mendekati kasur itu. Ia menghela nafas kemudian menarik selimut yang menutupi tubuh Reita.
"Reita!! Ba-- eh?" Ruki menatap heran ternyata selimut yang ditariknya hanya berisi tumpukan bantal, bukan tubuh Reita.
"Hiyaaaa~!!"
"Kyaaaa!!" Tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang, membuat tubuhnya beserta tubuh seseorang itu terjatuh ke atas kasur.
"Kaget ya?" ucap seseorang itu, tak lain dan tak bukan adalah si bodoh Reita.
"Reitaaaaaa~!!! Awas kau ya!! Lihat nih, rambutku jadi berantakan lagi kan!" Ruki mencoba melepaskan pelukan Reita dengan menyikut perut Reita. Cukup keras sampai membuat Reita melepaskan pelukannya dan meringkuk kesakitan memegangi perutnya.
"Rasain! Kalau udah bangun dari tadi ngomong kek. Kan aku jadi repot-repot ke kamarmu buat bangunin kamu!" ucap Ruki kesal. Merapikan kembali seragamnya dan juga rambutnya.
"Hehehe... kan biar kamu bangunin aku~" ucap Reita disela-sela sakitnya. Ruki memukul kakinya dengan tasnya sambil berseru bodoh, kemudian meninggalkan Reita yang masih terbaring di kasurnya.
"Hey, Ruki! Tunggu aku!!"
****
lalalalalalalala~~~ orz=3=3=3=3=3=3
CnC~