Sep 24, 2021 14:38
Masih ingat kisah masa SMA saya yang tidak pernah selesai ditulis ?
Ada satu sosok perempuan yang tidak pernah saya sebutkan dalam sekelumit cerita perjalanan masa SMA itu. Sosok yang begitu populer di kalangan siswa saat itu. Tapi maaf, tidak bagi saya. Mungkin terdengar sarkastik karena saya menilai sosok ini dengan begitu subjektif nya. Siswi ini begitu aktif sejak hari pertama kami memasuki gerbang SMA. Aneh nya saya tidak pernah merasa tertarik untuk sekedar mengenal atau bahkan lebih jauh lagi mengetahui latar belakangnya. Saya yang pendiam, dikaruniai bakat rasa ingin tahu yang begitu kuat ketika bertemu apapun hal-hal yang menarik perhatian. Justru melihat sosok ini yang begitu menarik perhatian banyak siswa hingga para pengajar ini, saya justru tidak sama sekali tertarik. Selama 3 tahun masa remaja saat itu, saya betul-betul sangat melewatkan sosok itu. Praktis saya hanya mengenal namanya, sedikit mendengar aktifitasnya, hanya itu. Saya bahkan tidak pernah tahu dimana dia tinggal (hal yang ajaibnya baru saya ketahui setelah 20 tahun berlalu ternyata rumahnya persis di depan SMA kami !).
Saya memang seorang introvert yang sibuk dengan pikirannya sendiri. Walaupun sejak kelas 1 sudah mencoba berbagai aktivitas ekstra seperti Paskibra, Pramuka, tidak sekedar ikut tapi juga bergabung dalam organisasi seperti MPK, Dewan Ambalan, dan Dewan Akupermentas (Anak kuper menjelang pubertas). Tetap saja karakter bawaan saya ini sulit hilang begitu saja. Hal ini yang menyebabkan saya merasa sosok perempuan yang akan kita bicarakan selanjutnya ini tidak menarik waktu itu, karena perbedaan karakter yang seperti bumi dan langit.
Langsung saja kita bahas siapa dia..
Ati Ekawati Rivai. Anak 1 (2). Bertubuh kecil dengan kulit putih berbadan gempal. Sejak hari pertama kami memasuki SMA ini, kelebatan dirinya sering saya temui di penjuru sekolah. Di gerbang, Ruang Guru, Ruang UKS, Ruang OSIS, warung batagor BOB, sampai toilet sekolah. Begitu seringnya dia berpindah tempat membuat saya pernah berpikir memeriksa kedua kakinya. Setidaknya meyakinkan kalau kedua kakinya ada dan menginjak tanah.
Tidak pernah selintas pun bahkan dalam pikiran liar saya, untuk mengenal sosok ini. Entah kenapa sejak pertama kali tahu, saya tidak tertarik untuk mengenalnya. Bahkan seolah alam pun tidak pernah memberi kesempatan sedikitpun agar kami saling mengenal lebih dekat. Setahu saya, dia seorang pemenang lomba puisi yang tidak hanya tingkat sekolah tetapi juga sudah melebar sampai kompetisi di luar sekolah. Seorang pramuka yang aktif berkarir di Kwartir Cabang. Aktifis MPK, Dewan Ambalan, dan seabrek aktifitas lainnya yang saya sendiri tidak hapal. Buat saya, yang ketika berjalan saja dunia seakan berhenti karena begitu lambannya melangkah, kecepatan pergerakan dirinya dalam beraktifitas seolah tidak mampu di tangkap oleh sudut mata. Tiga tahun masa SMA bahkan saya lupa keberadaannya.
Satu-satunya hal yang membuat sosoknya terekam oleh data memori saya, hanya karena nama dan kisahnya sering di bicarakan teman-teman seperkumpulan. Itupun sangat random sekali. Bercampur baur tanpa ada benang merahnya. Seperti kisah teman laki-laki yang hampir pingsan melihat dia berbikini ketika hampir seluruh siswa perempuan yang ikut olahraga renang mengenakan kaos dan training olahraga di kolam renang. Kulit putihnya terpampang nyata menyilaukan mata dengan bagian-bagian tubuh yang menampakkan kedewasaan seorang perempuan. Atau kabar katanya di kelas 1 (2), sosoknya adalah salah satu siswa pintar yang cukup menonjol prestasinya, walaupun saya tidak begitu percaya, karena seingat saya tidak banyak anak pintar di sekolah kami yang layak menjadi kompetitor saya dalam urusan akademis, uhuk !.
Paling yang saya ingat ya cuma kejadian di Ruang UKS itu.
Yang pernah sekilas saya ceritakan di kisah sebelumnya, ketika sedang asik kabur dari jam pelajaran lalu merebahkan diri dengan manjanya di velbed Ruang UKS, kemudian saya tersadar ada dua sosok manusia menjelang dewasa sedang berpagutan begitu intens.
Iya, Abdullah Sandi sang Ketua Osis itu memang saya pergoki sedang melakukan silat lidah dengan Ati Ekawati ini.
Itupun tidak pernah sekalipun saya bicarakan kepada siapapun, kejadian itu lewat begitu saja hanya sekedar mengendap di memori ingatan saya.
Jalan hidup memang tidak pernah bisa di bayangkan pola nya, setidaknya untuk hidup saya yang sering memunculkan kejutan-kejutan yang sering mengagetkan.
(In the mood to make this story to be continued...next time)