Jul 11, 2011 14:08
Judul: SESAK
Fandom: Super Junior
Pairing/Focus: SiwonXHeechul
Rating: PG-13/T
Genre: Romance/Hurt/Comfort
Warnings: Boy's love, semi-canon, almost OOC
Summary: Kristiani, family-oriented, bisa memahami. Rasa sesak mengacaukan hati Kim Heechul saat mendengar segalanya dari seorang Choi Siwon. # Terinspirasi dari jawaban Siwon saat wawancara singkat setelah Super Junior 1st Premium Event in Japan.
Disclaimer: Super Junior©SM Entertaiment. Kim Heechul dan Choi Siwon adalah milik diri mereka sendiri.
"Pertanyaan selanjutnya adalah," host wanita dari Jepang yang berambut sebahu itu berujar dengan semangat.
Dua belas anggota Super Junior-tanpa Kibum, menatap antusias. Dibalut pakaian hitam-hitam yang elegan, mereka menunggu sang host menyelesaikan bicaranya.
Gadis manis itu tersenyum singkat sebelum menggumamkan pertanyaannya dalam bahasa Jepang yang jelas, "Gadis seperti apa yang kalian sukai?"
.
SESAK
~a Choi Siwon and Kim Heechul story~
oleh: fariacchi
.
Kim Heechul menghela nafas panjang untuk kesekian kalinya.
Jam dua dini hari, ruang tengah dorm tempat tinggal Super Junior, satu lantai lebih atas dari ruangan tempat beberapa dongsaeng-nya tinggal. Tempat yang sepi setelah penghuninya-Leeteuk, Hankyung, dan Shindong-telah terlebih dahulu tidur di kamar masing-masing. Sementara Donghae menginap di lantai bawah, mungkin dengan Eunhyuk-Heechul tidak ambil pusing.
Keduabelas anggota Super Junior baru saja kembali ke Korea setelah minggu melelahkan di Jepang. Menyenangkan-tentu, namun juga menyita energi.
Heechul menghela nafas.
Ia tidak bisa tidur. Sudah satu jam ia mematung di pinggir jendela, menopang dagu dengan satu tangan-entah memandang apa di luar jendela kecil berkusen kayu itu.
Sejak pulang dari Jepang, Heechul merasa gelisah akan sesuatu. Ia merasa hatinya tidak tenang-dan sedikit sesak.
Pemuda cantik berbalut kaus merah jambu bergambar kucing serta celana katun warna senada itu meniup beberapa helai hitam rambutnya yang menutupi mata dan pipinya. Ia mulai bosan dengan kondisi seperti ini.
Semua orang tahu bahwa Kim Heechul merupakan tipe yang mudah bosan. Terutama dengan keadaan yang tidak membuat hatinya senang.
"Aish…" Heechul mendesis kesal dalam pelan.
Semua ini bersumber dari jawaban seorang Choi Siwon saat wawancara setelah konser mereka di Jepang.
"Tiga hal."
Heechul masih mengingat jelas gaya bicara Siwon yang tegas itu.
"Yang pertama, ia harus merupakan seorang kristiani."
Untunglah saat itu kamera tidak sedang menyorot pada Heechul. Meski ia merupakan idola yang sudah dilatih untuk dapat berakting sempurna di depan kamera, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa tertusuk ketika suara lembut Siwon berujar dengan ceria.
"Yang kedua, ia harus bisa bersikap baik kepada kedua orangtua kami."
Ketika itu Heechul hanya tersenyum kecut.
"Yang ketiga, ia haruslah seorang yang family-oriented serta bisa memahamiku."
Heechul menghela nafas-lagi.
Ia tidak mengerti mengapa semua itu masih diingatnya dengan jelas. Atau mengapa ia begitu merasa hatinya begitu sesak setelah mendengar semua itu.
Beberapa saat kemudian Heechul tampak meremas rambut lembutnya sendiri. Ia menenggelamkan wajah di lengan kurus putihnya.
Tepat ketika itu, sebuah tangan kuat melingkar di pinggang kecil Heechul.
Kim Heechul terlonjak, lalu menolehkan wajah ke belakang. Sepasang mata hitam itu membulat menemukan sosok tampan yang begitu familiar baginya.
"Siwonnie?!" Untunglah Heechul tidak lupa untuk merendahkan suaranya-takut membangunkan anggota yang lain.
Itu adalah Choi Siwon, dalam balutan sweater berwarna khaki dan celana bahan berwarna hitam, melingkarkan tangan di pinggang pemuda yang bertubuh lebih kecil darinya dan terkejut di hadapannya.
"Belum tidur, Hyung?" suara lembut Siwon mengalun di telinga Heechul. Pemuda itu menempel di punggung kaus merah jambu Heechul.
"Tidak bisa tidur," jawab Heechul ketus seraya membuang mukanya.
Siwon menaikkan satu alis. Tidak biasanya Heechul bersikap begitu ketus padanya-kecuali jika memang ada masalah.
"Hyung?" Siwon berujar, melepaskan tangannya dari pinggang Heecul. Ia kemudian berdiri di samping Heechul, mengamati sosok yang lebih tua darinya beberapa tahun itu. "Ada masalah? Kau bisa bercerita padaku, Hyung."
Tadinya, Heechul tidak ingin menjawab-atau ingin menjawab dengan tawa ceria biasa. "Tidak ada," namun akhirnya ia malah menjawab dengan nada kesal yang sangat kental.
Belum sempat Siwon menanggapi, Heechul sudah bersuara lagi-masih tidak menatap sosok di sampingnya.
"Sedang apa di sini?" tanyanya datar.
Benar, Choi Siwon tidak tinggal di dorm karena rumahnya cukup dekat. Memang Siwon sering menginap-tapi sepertinya Heechul mulai hilang ingatan.
Siwon mengangkat alis lagi. "Apa aku mulai dilarang untuk menginap di sini, Hyung?" ia bertanya dengan serius. "Yah, apa aku sudah berbuat salah padamu, Hyung?"
Heechul diam.
Ia menguatkan hati untuk melirik ke samping, menemukan Siwon memandanganya dengan tidak mengerti. Pemuda itu terlihat tampan seperti biasanya, membuat Heechul begitu ingin berlama-lama memandangnya.
"Hyung?"
Tidak terpikir untuk menjawab, mata Heechul menangkap kilau perak dari kalung yang dikenakan Siwon. Heechul mengamati. Siwon begitu jarang mengenakan kalung.
"Heechul Hyung?"
Ia belum juga menjawab-atau bahkan menyadari bahwa Siwon berkali-kali memanggilnya. Matanya menatap begitu lekat kepada bandul perak yang berkilau dan terlilit indah di leher jenjang Siwon.
Bandul salib.
"…ia harus merupakan seorang kristiani."
Seketika suara itu kembali terdengar di dalam kepala Heechul. Rasa sesak lagi-lagi memenuhi hatinya. Refleks, ia mendorong tubuh Siwon menjauh dari tubuhnya.
Siwon terdorong beberapa langkah ke belakang. Ia begitu terkejut hingga ia melebarkan bola matanya, juga kedua lengannya ke samping. "Hyu-"
Kim Heechul kemudian membalikkan tubuh dan melangkahkan kaki untuk keluar dari ruang tengah dan menuju kamarnya sendiri.
"Hyung?!" Siwon berujar memanggil, kemudian mengejar Heechul dan menarik lengan pemuda itu.
"Lepas!" Heechul kali ini mulai lupa untuk merendahkan suaranya. Tiba-tiba emosi begitu memenuhi perasaannya tanpa sebab.
Siwon menarik lengan putih Heechul. Dengan tenaganya, ia memutar tubuh Heechul sehingga pemuda itu menghadap ke arahnya. Sepasang mata Siwon mengamati wajah Kim Heechul, menemukan gurat-gurat kesal pada sosok itu.
"Hyung? Ada apa sebenarnya denganmu?" Siwon membuat beberapa gerakan dengan tangan kirinya yang tidak tertaut dengan tangan Heechul-gesture khas dari seorang Choi Siwon.
"Tidak ada apa-apa!" tukas Heechul cepat.
"Kim Heechul!" Kali ini Siwon meraih bahu Heechul dan menyentaknya kuat.
Heechul tersentak. Suara itu begitu tegas, sekaligus lembut dan menyiratkan perhatian tidak terbagi. Suara Siwon yang begitu membuat Heechul tentram akan ketulusannya.
Siwon.
Hanya nama itu yang berputar di otak Heechul ketika dalam satu gerakan cepat tubuhnya ditarik ke dalam pelukan hangat dari Siwon.
"Heechul Hyung…" Siwon mendekapnya erat. Begitu erat sekaligus hati-hati, seolah Heechul adalah benda kaca yang rapuh dan mudah pecah.
Memejamkan mata, Heechul mampu mendengar debar jantung Siwon, mampu merasakan kehangatan dari tubuh tegapnya, serta mampu membaui aroma menenangkan dari tubuhnya.
"Siwonnie…" semuanya begitu tenang hingga sebuah benda perak dingin menentuh dahi Heechul.
Heechul membuka mata, menatap bandul salib indah yang terkalung begitu erat di leher Siwon.
"...ia harus bisa bersikap baik kepada kedua orangtua kami."
Siwon membuka bibirnya untuk bicara, "Hyung… aku…"
Sebuah sentakan menghentikan kata-kata Siwon. Heechul mendorong tubuh itu menjauh-lagi. Lalu ia membalikan tubuhnya.
"Jangan sentuh aku," Heechul menggumam kecil.
Siwon begitu terkejut dengan kata-kata itu. Ini bukanlah drama, bukan akting. Begitu nyata-dan dingin. Heechul yang tidak Siwon kenal.
"Hyung-"
"Jauhi aku! Choi Siwon!" Heechul berujar keras. Membekukan gerakan Siwon yang hendak meraih bahu Heehcul lagi.
Diam.
Kim Heechul mengepalkan tangannya. Ia bersungguh-sungguh. Meski hatinya begitu sakit akan ucapannya sendiri.
Keadaan masih hening selama beberapa satuan waktu. Ruang tengah yang sunyi itu gelap tanpa cahaya lampu. Hanya remang sinar dari ruang makan yang lampunya menyala, serta remang sinar bulan yang cahayanya masuk melalui kisi jendela.
Choi Siwon masih membulatkan mata tidak percaya. Sosok berpakaian merah jambu di depannya tampak begitu jauh. Tidak seperti biasanya.
Tidak seperti saat-saat biasa. Saat dimana Siwon biasa menyandarkan tubuhnya di bahu Heechul setelah bangun di pagi hari. Saat dimana Siwon memeluk pinggang kecil Heechul dan membenamkan wajah di rambut halusnya di sela-sela jadwal show yang padat.
Atau saat dimana Heechul mengekspresikan kedekatan mereka dengan begitu jujur di depan kamera. Ciuman di pipi, pelukan hangat, hingga sebuah ciuman panas di atas panggung.
Tapi sekarang…
Siwon tidak tahan lagi. Tanpa bicara, ia mendekat dan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Heechul.
"Siwon! Lepaskan aku!" Heechul meronta akibat sentuhan tiba-tiba itu.
Tapi Siwon tidak peduli. Ia tidak melepaskannya. Ia tidak akan melepaskan Heechul.
Siwon membenamkan wajahnya di rambut hitam Heechul yang lembut. Aroma strawberry segar menyapa hidungnya. Aroma yang begitu dirindukan Siwon.
"Lepas! Lepas!" Heechul bersuara lagi, mati-matian melepaskan diri. Namun tenaga kuat Siwon menghalangi usahanya.
"Tidak, Hyung. Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau mengatakan yang sebenarnya," Siwon berbicara tepat di dekat telinga Heechul.
Heechul merasakan nafas hangat itu membuat tubuhnya menjadi ringan. Perasaan sesak di hatinya merayap dan menyadarkannya kembali.
Kim Heechul mengentikan usahanya. Ia pasrah-dan bergetar dalam pelukan Siwon.
"Hyung…" Siwon mengeratkan pelukannya. Suaranya begitu lembut dan tulus, membuat Heechul begitu ingin menatap wajahnya dan memeluknya kembali.
"…ia haruslah seorang yang family-oriented serta bisa memahamiku."
Heechul mencengkram lengan Siwon yang melingkar di pinggangnya. Ia tidak tahan lagi dengan semua sesak di hatinya.
"Lepaskan aku… Siwonnie…" hanya itu yang bisa diujarkan Heechul dalam nada getir.
Siwon tidak bicara, ia tidak melepaskan Heechul-tidak akan.
"Lepas…" Heechul mulai menggerakkan tubuhnya lagi.
Siwon menggeleng, Heechul mampu merasakan melalui tengkuknya.
"Lepas… Lepaskan aku!" Heechul akhirnya membentak.
"Tidak, Hyung!" Siwon membalasnya tidak kalah keras.
Dengan tenaga yang kuat, ia memutar tubuh Heechul hingga pemuda itu berhadapan dengannya. Kemudian menatapnya lekat.
Heechul terdiam saat Siwon perlahan mendekatkan wajahnya. Mata indah Siwon menatap begitu lekat. Di pantulan hitam itu hanya wajah seorang Kim Heechul.
Lalu kedua bibir bertaut dalam hening.
"…ia harus merupakan seorang kristiani…"
Siwon lengah-dan Heechul melepaskan diri.
"Sudah kubilang… jangan sentuh aku…" Heechul berujar dengan suara bergetar.
"Hyung!" Siwon menjawab dengan keras. Ia sudah tidak bisa lagi bertahan dalam kondisi yang membuatnya bingung itu. "Demi Tuhan, ada apa denganmu?!"
Heechul menyerengit saat mendengar nama Tuhan meluncur dari bibir Siwon.
Siwon meraih tangan Heechul, menggamit pergelangannya dengan erat. Ia berusaha memaksa pemuda itu bicara.
"Jangan sentuh aku! Lepaskan!!!" Heechul bersuara.
"Tidak, Hyung! Aku tidak akan melepaskanmu!"
"Choi Siwon!!!" Heechul berteriak.
Diam lagi. Hanya deru nafas dari kedua sosok yang sedang dibalut emosi dan masih saling bertautan di tangan.
"Kenapa kau masih menyentuhku?!" Heechul akhirnya bicara.
"Ap-" Belum sempat Siwon bicara, Heechul memotongnya.
"Aku ini atheis! Aku tidak bisa bersikap baik bahkan kepada orangtuaku sendiri! Aku sama sekali tidak family-oriented! Aku bahkan sama sekali tidak bisa memahamimu!!!" Heechul bersuara keras seraya meronta berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Siwon.
Choi Siwon terperangah. "Hyung…" ia melepaskan cengkramannya.
Deru nafas Heechul mewarnai keheningan itu. Dua pasang mata saling bicara, mengedepankan kejujuran di pantulannya.
"Aku sama sekali tidak ideal bagimu!" Heechul berteriak lagi. "Jadi…" ia melangkah dan meletakkan satu tangan di dada Siwon. "…berhentilah membuatku begitu menginginkanmu… Siwonnie…" Heechul menundukkan kepala.
"Heechul Hyung…" Siwon tercekat. Ia sama sekali tidak bisa bicara lebih banyak. Segalanya begitu buram baginya.
Namun ia melakukan satu hal yang bisa dilakukannya. Ia membawa Kim Heechul sekali lagi ke dalam pelukannya. Ia memeluknya begitu erat, tidak akan melepaskannya lagi-selamanya.
Heechul hanya terdiam dalam pelukan Siwon.
Ia merasa begitu ganjil, merasa begitu bodoh. Semua yang dilaluinya selama ini adalah waktu-waktu yang begitu berharga. Begitu banyak kenangan berharga dengan Siwon… begitu banyak hal yang membuat ia semakin jatuh ke dalam pesona pemuda itu.
Dan Heechul merasa begitu sesak.
Jawaban Siwon saat wawancara itu menamparnya tepat menuju kenyataan. Mungkin selama ini… ia hanya salah paham. Selama ini hanya ia yang menganggap bahwa hubungan mereka begitu spesial-meski tanpa status apa pun.
Memaki Siwon adalah hal terakhir yang ingin Heechul lakukan. Tapi ia tidak tahan lagi. Sesak di dadanya membuatnya begitu emosional-dan bertingkah kekanakkan.
"Hyung…" suara lembut Siwon menyadarkan Heechul kembali. Pemuda itu berbisik di telinganya, mendekapnya erat dan bergetar.
"Lepaskan aku… Siwonnie…" Heechul berujar, meski ia sama sekali tidak berusaha meronta atau melakukan apa pun untuk melepaskan diri.
"Tidak, Hyung. Tidak," Siwon menjawab. "Aku tidak akan melepaskanmu dan membiarkanmu berpikir hal-hal seperti itu lagi!"
Siwon melonggarkan pelukannya, ia memundurkan tubuh hingga ia bisa melihat Heechul dengan jelas di depannya.
Heechul membuang pandangannya ke samping. Ia tidak suka melihat ke depan-dimana matanya hanya bisa berbenturan dengan bandul salib yang dikenakan Siwon.
"Hyung… apa kau tahu mengapa aku tidak pernah berhenti berdoa kepada Tuhan?" Siwon berujar, membiarkan keheningan menjadi jawaban Heechul. "Aku pernah mengatakannya, Hyung. Aku mengatakan hal itu kepada semua orang-selain kepadamu."
Meraih satu tangan Heechul, Siwon meletakkan tangan kurus itu di dadanya.
"Karena aku merasa begitu berterimakasih pada Tuhan… karena Dia telah membuatku mengenalmu, Hyung…" Siwon mengenggam erat tangan Heechul ketika itu.
Sebuah kehangatan aneh menjalari hati Heechul. Ia pernah mendengarnya, ia tahu. Namun baru detik ini ia memahami dalamnya arti kata-kata itu.
"Aku tidak percaya pada Tuhan… kau tahu itu," Heechul berujar, masih berusaha membohongi dirinya sendiri.
"Tapi aku percaya," Siwon menjawab tegas. Ia membawa dagu Heechul agar mereka bisa saling menatap. Siwon merendahkan tubuhnya sedikit ketika ia berujar, "Aku selalu berdoa lebih banyak… untuk bagianmu juga, Hyung."
Heechul membulatkan matanya.
"Aku tidak peduli. Kau adalah anugrah terbaik Tuhan bagiku, Hyung. Karena itu aku tidak akan berhenti bersyukur dan berdoa pada Tuhan."
Segala pembicaraan mengenai Tuhan selalu membuat Heechul muak. Namun tidak kali ini. Tidak ketika ada sesuatu yang hangat menjalari hatinya.
"Aku ini atheis… Siwonnie. Aku bukan sosok yang memberi perhatian pada keluarga, aku juga tidak bisa memahamimu…" Heechul mulai berbicara lagi.
Dan Siwon mengentikannya dengan sebuah ciuman lembut.
"Aku tidak peduli," ujarnya sesudah itu. "Aku menyayangimu, Hyung. Dan aku tidak peduli siapa atau seperti apa dirimu."
Heechul mulai merasakan matanya memanas. Namun ia masih bersikeras, ia begitu tidak percaya semuanya semudah itu.
"Dan kau menyatakan tipe pasangan idealmu seperti itu di depan semua orang! Lalu apa?!" Ia berujar keras.
"Hyung!" Siwon menyentak bahu Heechul sekali lagi. "Tatap aku, Hyung," ia memerintahkan.
Dengan ragu Heechul menatap sepasang hitam Siwon. Ia hanya menemukan dua hal di bola mata indah itu. Pantulan sempurna sosoknya sendiri, dan ketulusan.
"Kau tahu pekerjaan kita, Hyung. Kau mengerti apa yang sebenarnya terjadi," Siwon berujar. "Terlebih lagi… kau bukan wanita, Hyung!"
Heechul terdiam.
Di otaknya berputar pertanyaan yang dilontarkan kepada mereka saat wawancara di Jepang itu.
"Mereka menanyakan tipe gadis… Hyung," Siwon berujar sungguh-sungguh. "Kau yang paling tahu bahwa aku bahkan tidak begitu tertarik pada wanita…"
"Siwonnie…"
Siwon memeluk erat Heechul lagi. Ia membaui aroma strawberry yang menguar kuat di hidungnya.
"Aku menyayangimu Hyung… kumohon… jangan menjauh dariku…" Siwon berujar sungguh-sungguh dalam benaman kepala di pundak kecil Heechul.
"Aku…"
Heechul tidak melanjutkan bicaranya. Ia merasa begitu bodoh. Benar-benar bodoh.
Siwon yang begitu tulus, begitu lembut dan begitu perhatian. Siwon yang selalu menjaganya, selalu berada di sampingnya untuk melindunginya. Siwon yang selalu berdoa kepada Tuhan… bahkan untuk bagiannya yang tidak percaya akan Tuhan.
Bagaimana bisa ia melupakan semua itu?
Bagaimana bisa ia satu-satunya yang menyerah di saat Siwon terus berjuang dan tidak mempedulikan apapun-bahkan mungkin Tuhannya sendiri, agar terus bisa bersama dirinya?
Rasa sesak yang sejak tadi bergemuruh di hati Heechul menghilang begitu saja.
Heechul melepaskan diri dengan perlahan. Siwon dengan cepat menahan tubuh Heechul-seperti begitu takut bahwa Heechul akan meninggalkannya.
Namun Heechul tidak meninggalkan Siwon. Ia hanya memundurkan tubuh beberapa langkah sebelum mengaitkan dua lengan di leher pemuda itu.
"Maafkan aku, Siwonnie…" Heechul berujar.
"Hyung…" Siwon tersenyum lega. Lesung pipinya terlihat oleh mata Heechul, membuat ia tampak begitu tampan di matanya. "Saranghae, Hyung," ujar Siwon tulus.
Heechul hanya tersenyum. Kemudian ia menautkan bibirnya kepada Siwon. Membiarkan mereka membagi ciuman hangat yang begitu nyata dan memabukkan.
Setelah melepaskan diri, Heechul berbisik pelan di telinga Siwon, "Aku tidak bisa tidur, Siwonnie…"
Siwon melingkarkan lengannya lagi di pinggang Heechul. "Apa kau memintaku untuk menemanimu, Hyung?"
Heechul hanya tertawa kecil. "Siapa yang bilang begitu?"
Siwon membenamkan wajahnya lagi di rambut Heechul-suatu kegiatan yang menjadi favorit Siwon. "Sebenarnya kedatanganku kemari adalah karena aku merindukanmu, Hyung," Siwon berujar pelan.
Sebuah senyum bahagia melengkung di wajah Heechul. "Saranghae, Siwonnie…" ia berujar pelan sebelum memejamkan matanya dalam pelukan Siwon.
Ya-rasa sesak itu hilang, dengan segera berganti dengan ketenangan yang hangat.
Kim Heechul merasa matanya mulai berat. Yang ia inginkan sekarang hanyalah tertidur dalam pelukan Siwon.
Choi Siwon selalu menjadi sosok yang perhatian. Bukan hal yang sulit baginya untuk memahami sifat dan sikap eksentrik dari seoarng Kim Heechul.
Tersenyum lembut, Siwon mengangkat tubuh kurus Heechul dalam pelukannya. Kemudian ia membawa sosok itu menuju kamarnya di sudut dorm.
Heechul tahu, ketika ia terbangun esok pagi, hal pertama yang akan ia rasakan adalah pelukan Siwon yang hangat. Dan kenyataan itu membuatnya tenang.
Beberapa satuan waktu kemudian, seluruh sesak yang memenuhi hatinya menguap tak berbekas-terganti sempurna dengan ketenangan yang telah menyihir Kim Heechul ke dunia mimpi.
.
SELESAI
22 Januari 2010
.
Catatan: Uh... abal? Ini RPF yang pertama kali saya buat. Waktu itu sama sekali belum banyak tahu mengenai k-pop, yeah, modal nekat saja. Pernah di-publish di FFn, dan sudah dihapus karena alasan guidelines. Sekarang ini di-publish di Reapsonic dan Fairy Dreamland di bawah penname yang sama. Terima kasih sudah membaca.
fanfict; rpf; super junior