The Power of Pray

Mar 11, 2014 18:15

Beberapa bulan lalu saya membaca catatan Fb Mbak Sinta Yudisia--salah seorang penulis yang sangat saya kagumi--yang membahas tentang kekuatan doa. Di situ beliau bercerita bahwa sebelum melakukan perjalanan dengan kereta, beliau shalat Dzuhur dan berdoa meminta teman seperjalanan yang menyenangkan, soalnya teman seperjalanan yang beliau dapat sebelumnya sangat tidak menyenangkan. Dan ternyata, doa itu dikabulkan. Teman seperjalanan Mbak Sinta hari itu sangat menyenangkan.

Usai membaca catatan itu saya berpikir, betapa terkadang kita lupa bahwa Allah selalu ada. Siap sedia di sana; kita bisa minta apa saja. Bahkan yang "sesepele" teman seperjalanan sekalipun--yang notabene adalah orang yang hanya duduk di samping kita selama beberapa jam, lalu goodbye.

Allah Maha Mengabulkan Doa. Kita hanya perlu meminta. Tapi, terkadang kita--khususnya saya--tidak berani meminta, atau "meremehkan". Ada semacam rasa malu kalau meminta hal-hal duniawi, benda-benda materi ... karena terbiasa meminta itu pada manusia. Padahal, semua itu mutlak milik Allah. Kita minta HP baru pun sangat mudah bagi Allah untuk memberikannya, entah dari mana perantaranya. Selain itu, masih banyak orang yang baru teringat Allah ketika sedang dalam keadaan terjepit. Sungguh malu karena kadang-kadang saya juga masih seperti itu, astagfirullah.

Catatan Mbak Sinta membuka mata saya untuk lebih melibatkan Allah pada hal-hal yang saya harapkan dan inginkan, baik materi maupun nonmateri. Kebetulan waktu itu saya mau KKN, dan dari yang saya dengar, hal paling krusial dari KKN itu adalah teman-teman kelompok. Senang tidaknya, berkesan tidaknya KKN itu terutama terletak pada teman-teman sekelompoknya. Bayangin aja, 35 hari tinggal bersama di suatu desa antah berantah .... Kalo teman-teman setimnya nggak enak, pasti 35 hari itu akan jadi neraka.

Jadilah sejak saat itu (kalau nggak salah, 1 atau 1,5 bulan sebelum pembagian kelompok KKN), saya rutin berdoa agar mendapat teman-teman KKN yang baik, tidak neko-neko, menyenangkan dan bisa diandalkan. Saya tidak peduli mau dapat tempat KKN di mana--saya sengaja tidak meminta itu. Saya hanya rutin berdoa untuk meminta teman-teman yang baik.

Dan, Allah mengabulkannya dengan cara yang paling manis dan indah.

Sejak pertama kali tatap muka pun, saya sudah merasa "klik". Mereka kelihatannya baik. Chemistry itu terasa. Pulang pembekalan KKN, saya langsung bersyukur dan berterima kasih pada-Nya.

Seiring waktu, seperti biasa kesan pertama banyak menipu. Tapi alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah (takkan pernah habis saya mensyukuri hal ini), saya rasa mereka adalah kelompok KKN terbaik yang bisa seseorang dapatkan. :')

Kemarin saya temu kangen dan cerita-cerita tentang KKN bersama teman-teman sejurusan, dan dari cerita-cerita mereka, saya benar-benar merasa bersyukur dan diberkahi karena mendapatkan sembilan orang itu sebagai teman sekelompok. :') Konflik internal tentu ada (banget), but we also had been through many circumstances together, so ....

Kami adalah satu keluarga, sampai kapan pun ... dan saya harap kami akan terus saling berinteraksi, bersilaturrahim, menggaje bersama, ketawa-ketiwi, ngobrol dari hati ke hati ... seperti ketika KKN dulu. :)

Saya percaya takdir tak pernah salah, dan kita baru bisa mengatakan itu setelah berada di titik saat kita sudah menjalani (atau melewati) takdir itu beberapa saat lamanya.

Sungguh luar biasa kekuatan doa. Allah Mahabaik, baiiik sekali. o:)

(Sudah mulai rutin berdoa untuk dosbing, dan sepertinya harus mulai juga untuk jodoh. Hehe.)

--------------------------

Untuk teman-teman KKN saya: Ilham, Ayu, Lidya, Aji, Arif, Dedy, Estu, Al, Wida ... you are the best thing ever happened to me. Dari ribuan mahasiswa universitas kita yang KKN pada periode itu ... kita bisa dipertemukan dan dipersatukan. Adakah anugerah yang lebih indah? :')

Terima kasih atas segalanya, ya. :)

like, me

Previous post Next post
Up