May 15, 2013 09:37
Title: The Lunar-Ring Eclipse a.k.a Gerhana Bulan Cincin
Author: Dhy
Genre: Angst, Romance, fantasy
Cast : Yamada Ryosuke, Shida Mirai
Theme: Non-yaoi
Rating: G
Discl : I own YamaShi <3
Summary: Gerhana bulan cincin tanggal 9-10 Mei dan cinta yang tertunda.
A/N: Happy Birthday YamaShi <3
CHAPTER 2
“Anoo...” Mirai mengerjapkan matanya beberapa kali setelah penampakan seorang pemuda di depan mengagetkannya. Otaknya bekerja cepat mengidentifikasi gerangan manusia tersebut. “cowok yang kemarin...” bisiknya. Pemuda didepan menatapnya datar.
“Minggir.” Suara terdengar, jelas keluar dari pemuda itu. Mirai sedikit tersentak lalu menyingkir dari pintu perpustakaan tempat ia berdiri sekarang.
“Gomen..”
Pemuda itu sama sekali tidak menghiraukan permintaan maaf Mirai dan malah nyelenong pergi. Mirai menatap punggungnya kesal. “Dasar cowok nyebelin!” umpatnya sebelum ikut bergerak meninggalkan perpustakaan.
“Ah, Kau...” langkah gadis itu terhenti ketika pemuda lain yang ditemuinya kemarin kambali muncul. Kali ini, sang pemuda ‘berwajah ramah’ tersenyum. “Kau gadis yang kemarin kan? Senang bisa berjumpa lagi denganmu...” ujarnya lembut. Mirai menatapnya sebentar.
“Kau mengejar temanmu yang tadi lagi? Ah, siapa namanya? Ryo...Ryosuke kan?”
“Hai. Namanya Yamada Ryosuke. Ah, aku Kamiki Ryuunosuke. Kau bisa memanggilku Ryuu. Kami berdua teman sekamar di asrama...” pemuda itu memperkenalkan dirinya jelas. Terlalu jelas hingga yang Mirai lakukan setelah mendengarnya bicara adalah mengangkat salah satu alisnya dan menatap pemuda itu aneh.
“Hmm., jadi itu alasan mengapa kau mengikutinya. Well, kita sebut saja kau itu peliharaan yang tidak bisa pisah dari tuannya. Iya kan?” Mirai bicara spontan. Ryuu tercengang beberapa detik sebelum akhirnya tertawa keras.
“Kata-katamu pedas juga nona...” ujarnya di sela-sela tawa. “Ehm, asal kau tahu saja, aku bukan peliharaan siapapun. Aku mengikuti Ryosuke karena menghawatirkannya saja...”
“Maksudmu? Pemuda itu bukan anak kecil lagi. Ah, atau mungkin, dia menderita sedikit gangguan jiwa? ”
Ryuu tersenyum tipis. “Ryosuke tidak gila. Dia hanya terlalu terobsesi untuk mencari seseorang...” pemuda itu sedikit menunduk. “Padahal dia tidak tahu jelas seperti apa rupa orang yang di cari. Dia hanya berpegang pada sebuah nama...”
“Nama?”
Ryuu menarik nafas pelan. “Un. Minami Megumi...”
DEG!
Jantung Mirai tiba-tiba saja berdetak kencang. Peluh seketika menjalari keningnya. Entah kenapa nama tadi memicu sesuatu dalam dirinya. Mirai bisa merasakan itu tapi dia tidak tahu apa.
Ryuu yang sepertinya tidak menangkap perubahan ekspresi Mirai lanjut berbicara. “Ini mungkin tidak akan masuk akal bagimu, tetapi Ryosuke itu...masih punya sedikit ingatan tentang kehidupan sebelumnya.”
“Ingatan masa lalu maksudmu?” Mirai mengeryit tidak mengerti. Meskipun begitu, perasaannya masih bergejolak. Pikirannya semakin ingin tahu tentang Minami Megumi tadi, lalu Pemuda bernama Ryosuke itu.
“Dia-“
“Ryuu, iku yo...” Pemuda yang dibicarakan muncul tiba-tiba di samping Ryuu. Wajahnya masih lesu, jelas ia tidak mendengar pembicaran Mirai dan Ryuu tadi. Pemuda itu mengangkat kepalanya sedikit untuk menatap Mirai.
“Siapa dia?” tanyanya dingin
Ryuu hanya bisa menggaruk kepalanya sambil tersenyum kikuk. “Ah dia...”
“Shida.” Mirai menjawab tak kalah dingin. “Namaku.”
Ryosuke menatapnya sedikit lalu menoleh ke Ryuu. “Kita pulang...”
“Ah., hai.. kami permisi dulu Shida-san...” Pemuda itu pamit sebelum mengikuti Ryosuke yg sudah melangkah duluan. Mirai menatap punggung kedua pemuda yang mulai menjauh tersebut.
“Sepasang orang aneh..” ujarnya sambil ikut bergerak pergi. Namun belum juga melangkah, matanya menangkap sebuah dompet hitam pekat tergeletak di depannya. Mirai mengambil benda tersebut lalu melihat isinya. Beberapa lembar uang, kartu dan sebuah foto. Mirai langsung mengenali salah satu sosok dalam foto tersebut.
‘Ini...Yamada yang tadi kan?’ batinnya. Gadis itu juga ikut mengeluarkan kartu tanda pengenal yang juga berada di dalamnya. Dugaannya benar, pemilik dompet tersebut adalah Yamada Ryosuke yang dibilangnya orang aneh tadi. Mirai membaca setiap keterangan yang tertera dalam kartu tersebut. Nama, alamat, tanggal lahir, usia, serta pekerjaannya. Mirai sedikit takjub.
“Dia hanya lebih tua sehari dariku!” Ujarnya kaget. Pikirannya lalu berkecamuk, antara menyerahkan dompet itu kepada phak berwajib atau mengembalikannya sendiri kepada pemuda itu. Lagi pula, tempat tinggalnya tidak begitu jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Akhirnya setelah nyaris semenit berkutat dengan batinnya, gadis itu menemukan keputusan.
********
“Anoo...sumimasen.” Mirai menekan bel. Matanya ditujukan kepada sebuah bagunan susun besar dengan papan bertuliskan ‘Asrama Putra Universitas Kaimei’ didepannya. Tidak perlu waktu lama sampai suara seseorang terdengar dari loudspeaker mini di atas bel.
“Selamat siang. Anda siapa?” suara yang terdengar ramah.
“Shida Mirai desu. Aku ingin mengembalikan barang milik Yamada Ryosuke yang jatuh di jalan.”
“Ah, sou kah. Kalau begitu silahkan masuk. Akan saya panggilkan Yamada-kun.”
Mirai menuruti instruksi. Gadis itu membuka pintu kaca lalu masuk. Matanya menyapu seisi ruangan yang mirip ruang peristirahatan tersebut. Tanpa dikomando lebih jauh, Mirai segera menduduki sofa kosong di dekat dinding.
“Shida-san...”
Gadis itu menoleh, mendapati sang pemanggil yang ternyata adalah Ryuu.
“Ryuu-kun?”
“Gomen, Ryosuke lagi pergi sebentar. Katanya kamu menemukan dompetnya yah? Arigatou na...” Ujar pemuda itu sambil ikut menduduki sofa bersama Mirai. Gadis itu hanya tersenyum lalu menyerahkan dompet hitam pekat yang sedari tadi berada dalam tasnya.
“Yamada-kun pergi mencari gadis itu lagi?”.
Ryuu tersenyum mengetahui maksud pertanyaan Mirai. “Entahlah. Mungkin. Tapi dia hanya bilang ingin keluar sebentar. ” Pemuda itu menepuk jidatnya. “Ah! Aku belum sempat menceritakan tentang Minami Megumi kepadamu kan? Kau mau mendengarkan? Atau mungkin kau bisa membantu kami?”
Mirai berpikir sebentar. Jujur, gadis itu merasa tertarik sekali dengan kasus tentang ingatan kehidupan masa lalu dan gadis Minami Megumi ini. Seolah, semua yang dibicarakan itu memiliki hubungan khusus dengannya, tapi ia tidak tahu apa.
“Aku ingin tahu...” Mirai menatap Ryuu dalam, mengakibatkan wajah pemuda yang ditatapnya itu memerah karena malu. “Aku ingin tahu semuannya...”
Ryuu mengangguk. “Ehm... menurut yang kudengar darinya, Ryosuke itu reinkarnasi seorang pangeran. Namanya Amakusa Ryuu, putra mahkota kerajaan Amakusa, sebuah kerajaan yang terkenal akan rajanya yang bengis dan armadanya yang kuat di jaman Edo dulu. Kerajaan Amakusa punya hubungan sangat buruk dengan kerajaan tetangganya, Minami. Ah, kerajaan Minami sendiri terbentuk sebagai protes masyarakat terhadap pemerintahan raja yang semena-mena.” Pemuda itu menarik nafasnya sekaligus memperhatikan Mirai. Gadis itu terlihat serius.
Ryuu kembali melanjutkan ceritanya. “Sejak kerajaan-kerajaan tersebut dibangun, telah terjadi banyak peperangan dalam memperebutkan kekuasaan. Dan puncak perseteruan mereka terjadi pada sebuah malam dimana gerhana bulan cincin pertama kali terlihat di Jepang. Saat itu Raja Amakusa yang mengetahui Ryuu tengah menjalin cinta dengan putri kerajaan Minami, Minami Megumi marah besar dan memutuskan untuk melakukan penyerangan besar-besaran ke kerajaan Minami. Tujuannya hanya satu, untuk membunuh Megumi. Namun Ryuu yang mengetahui hal itu kabur dari istananya untuk menyelamatkan kekasihnya. Ia memang berhasil membawa Megumi keluar dari istana sebelum kerajaannya diserang. Namun Ryuu terpaksa harus kehilangan Megumi ketika salah satu prajuritnya berhasil menancapkan anak panah ke punggungnya.”
“Maksudmu, Megumi...mati?”
“Un” Ryuu mengangguk. “Ryuu yang tidak bisa menerima kepergiannya ikut bunuh diri tidak lama setelah Megumi menghembuskan nafas terakhir.”
“Sou kah?” Mirai menyilangkan tangannya di dada.
“Etto.. Kedengarannya memang tidak begitu masuk akal, tapi menurutku ini benar terjadi. Aku sudah meneliti beberapa buku sejarang tentang kerajaan Amakusa, dan Ryosuke benar. Pernah ada putra mahkota bernama Ryuu yang meninggal karena alasan yg tidak jelas. Selain itu, Ryosuke juga sangat mengenal kerajaan kuno itu, seolah dia pernah tinggal disana. Hanya saja kerajaan Minami, aku tidak pernah menemukan sedikitpun informasi tentang itu...”
“Mungkin saja karena kerajaan Minami hancur akibat serbuan malam itu...” Mirai mulai berhipotesa. “Kerajaan yang hancur begitu saja dalam semalam tidak akan ditulis dalam sejarah kan? Apalagi kerajaan Minami sendiri terbentuk sebagai aksi perlawanan terhadap kerajaan Amakusa. Kurasa kemunculannya pun tidak begitu dihiraukan. Dan mana mau Amakusa sebagai musuh mencatatkan Minami dalam sejarahnya. Apalagi dengan skandal yang melibatkan putra mahkota seperti itu. Tentu saja, Amakusa akan melakukan apapun agar aib ini tidak lagi diungkit setelah Ryuu meninggal.”
“Kau benar...” Ryuu mengangguk. “Hipotesamu hebat Shida-san. Kurasa kami akan benar-benar membutuhkanmu...”
“Sepertinya aku harus setuju denganmu. Kisah ini membuatku tertarik...”Mirai tersenyum tipis. Ryuu kembali bisa merasakan pipinya memerah.
“kirei na...” pemuda itu berbisik pelan.
“Eh? Apa?”
“Iie... nandemonai.” Ryuu hanya bisa tersenyum kikuk. Mirai memiringkan kepalanya sebelum kembali tersenyum.
“Ryuu...” Ryosuke yang baru beberapa detik lalu memasuki pintu menatap Ryuu dan gadis di sebelahnya heran. “Dan kau juga...” matanya diarahkan ke Mirai. “Apa yang kalian lakukan?”
“Oi, Ryosuke! Tidak tahu terima kasih. Shida-san kemari untuk mengembalikan dompetmu yang terjatuh..” Ryuu mengomeli pemuda itu sembari melemparkan dompet miliknya. Ryosuke menatap Mirai dan dompet hitam yang kini berada dalam genggamannya bergantian. Tiba-tiba saja senyumnya terulas.
“Arigatou na, Shida...”
Jantung Mirai kembali berdebar kencang. Perasaan itu datang lagi. Mirai meremas roknya kuat, entah kenapa. Sebuah suara ikut terdengar di telinganya.
‘Arigaotu, Megumi...’
“Eh?” Mirai tersentak kaget. Ryosuke yang baru saja berterima kasih padanya melengos, mengira gadis itu tidak mendengarnya.
“Aku bilang arigatou..”
“Bukan...bukan itu. Aku...” Mirai mencoba mengingat lagi. “Aku mendengar...” gadis itu menatap Ryosuke. Tiba-tiba saja tubuhnya terasa lemas.
“Apa?”
“Iie.. bukan apa-apa...” gadis itu mengangkat tasnya. “Aku harus pulang sekarang. Permisi...”
“Eh, Shida-san, chotto! Biar kauntar...” Ryuu mengikuti Mirai yang kini sudah keluar dari lounge asrama. Ryosuke menatap keduanya lama.
“Nani? Dia... bukan megumi kan?”
********
“Amakusa Ryuu-sama...”
“Oujo sama! Apa yang anda lakukan?” gerakan tangan seorang gadis yang tengah menyayat pergelangan kanannya terhenti ketika pelayan paruh bayanya datang dan merebut paksa pisau itu dari tangannya. Gadis itu terdiam sebentar, namun kemudian tersenyum melihat goresan berdarah di pergelangan tangannya telah membentuk sebuah ukiran huruf yang diinginkannya.
“Tidak usah khawatir sayu-san.” Gadis itu mengangkat sebuah dokumen usang yang tergeletak di sebelahnya. Darah dari tangannya menetes ke atas lembaran kertas tersebut. “Dengan ini...Ryuu-sama akan menemukanku...”
// TBC //
genre: fantasy,
genre: romance,
fanfiction,
genre: angst,
pairing: yamashi