Peace

Jan 26, 2011 01:20


Title : Peace
Author : Despygurl
Pairing : JunDa, KAT-TUN friendship
Rating : General
Genre : Romance, Friendship, FLUFF
Disclaimer : They are belong to each other their own self
WARNING : INDONESIAN LANGUAGE
Summary : Ueda had a terrible Boxing Training session. And his argumentation with Kame made his day worse. How can he fall asleep with face full of peace after the quarrel with Kame?


    Ueda berjalan menuju ruang ganti KAT-TUN dengan langkah yang terburu-buru. Dia terlambat, dan dia tahu, dia harus menghadapi Kame yang sangat marah. Kame selalu terganggu melihat ketidak sempurnaan. Dia selalu marah melihat Koki yang seringkali salah langkah saat menari. Dia selalu marah melihat Nakamaru yang seringkali tidak mengacuhkannya saat ia sedang mendiskusikan rencana KAT-TUN ke depannya bersamanya karena Nakamaru lebih memilih membaca modul-modul kuliahnya. Dia selalu marah melihat Junno, yang alih-alih mendengarkan ceramahnya, malah asyik bermain dengan PSP misteriusnya. Dia selalu marah melihat Ueda yang terlalu moody. Well, Kame selalu marah melihat mereka berempat. Tetapi, Ueda tahu, pemuda yang lebih muda darinya itu sangat menyayangi mereka berempat. Karena itulah dia marah-marah.

Tapi tidak kali ini, kata Ueda dalam hati.

Tidak kali ini, Kame. Ia tidak mau mendengarkan ceramah kemarahan Kame saat ia sendiri dalam keadaan sangat marah, setelah sesi panjang latihan tinjunya bersama pelatih yang paling tidak disukainya. Pelatih yang selalu mencari-cari kesalahan dalam pukulan hook-nya yang sempurna. Ueda mempercepat langkahnya begitu ia melihat pintu ruang ganti mereka.

Dengan perlahan ia membuka kenop pintu di hadapannya. Dan sesuai dugaannya, Kame sedang berdiri di tengah ruangan sambil berkacak pinggang, mengerucutkan bibirnya, dan mengerutkan alis sambil memandang pintu tak sabar. Kerutan alisnya yang dalam semakin bertambah dalam begitu Ueda membuka pintu.

“10 menit 52 detik.” Ujar Kame, masih memandang Ueda dingin.

“Aku tahu, Kame. Aku terlambat karena sesi latihanku diperpanjang. Maaf!” Ueda menyahut dengan nada yang menunjukkan ia sedang capek dan tidak ingin ada perdebatan.

“Kau tahu sendiri Ueda, Sanche-san orang yang sangat disiplin dan tidak suka ketidaksempurnaan. Kau ingat kan, Ryo kemarin diusir dari ruang tari karena ia berkali-kali salah langkah dalam latihan?” Kame meneruskan ceramahnya sambil mengerling Koki, yang sedang menonton TV bersama Maru.

“Aku tahu.” Jawab Ueda singkat sambil memijat pelipisnya pelan.

“Kalau kau tahu, seharusnya kau lebih berhati-hati dalam mengatur jadwalmu.” Kame terus mendesak.

“Kau pikir aku terlambat karena menghadiri pesta? aku latihan tinju, Kame....”Ueda menjawab tak sabar. Dan akhirnya pertengkaran mulut KameDa pun tak terelakkan. Mereka terus berdebat hingga akhirnya Kame menyerah dengan Ueda dan duduk di ujung ruangan, di sofa tempat Koki dan Maru menonton TV. Sedangkan Ueda menuju ujung ruangan lain, di mana Junno tengah asyik dengan PSPnya. Yang membuat Ueda tidak yakin, apakah Junno bahkan menyadari apa yang baru saja terjadi antara dirinya dengan si bungsu di grup mereka.

Suasana hening tidak mengenakkan pun muncul diantara mereka. Kame masih terus memandang Ueda dengan tatapan kesal, yang dibalas Ueda dengan lirikan mautnya.

Ueda bersandar di punggung sofa. Berusaha mendinginkan kepalanya sambil melirik Junno di sebelahnya yang masih asyik bermain PSPnya. Entah kenapa ia langsung menuju ke sini setelah pertengkarannya dengan Kame. Dia tahu pasti, kalau Junno tidak akan memberinya kata-kata nasihat yang menenangkan hati. Ueda tahu pasti, kalau Junno tidak akan melihatnya dengan mata penuh ingin tahu, dan memaksanya menceritakan apa yang tidak ingin ia ceritakan mengenai sesi latihan tinjunya yang panjang. Ia tahu pasti, Junno tidak akan repot-repot membuatnya mengerti Kame, dan memaksanya memaafkan Kame atas kata-kata si bungsu tadi.

Ueda hanya tahu, bahwa hanya dengan duduk berdampingan dengan Junno, ia akan merasa rileks dengan sendirinya. Ia hanya tahu, bahwa hanya dengan duduk berdampingan dengan Junno, Ueda akan merasa damai dan emosinya akan turun dengan sendirinya. Meninggalkan perasaan tenteram aneh di dalam dadanya, membuatnya ingin terlelap di bahu si tinggi itu. Ueda tahu, Junno tidak akan keberatan dengan kepalanya yang bergeser dan meletakkannya ke arah pundaknya.

Ueda tidak keberatan dengan suara aneh dari mesin PSP Junno. Ueda tidak keberatan dengan seruan-seruan Junno saat ia hampir memenangkan game yang sedang dimainkannya, atau saat ia kalah dalam suatu ronde. Ia bahkan tidak keberatan dengan tangan Junno yang mengelus kepala Ueda, seakan memintanya untuk tetap di tempatnya yang sekarang.

Ia tidak keberatan dengan tangan Junno yang mengelus pelan rambut Ueda, membuatnya rileks dan tertidur dalam damai. Ueda merasa dirinya tengah di-nina bobokan oleh jari-jari Junno. Ueda semakin merasa rileks saat tahu Junno membungkukkan badannya ke depan untuk menaruh PSPnya dan menggeser posisinya sedikit agar Ueda merasa lebih nyaman tidur di pundaknya. Jari-jari tangan kiri Junno masih mengelus lembut rambut-rambut di kepala Ueda yang ada di pundaknya. Ueda merasa semakin nyaman saat Jari-jari itu turun, dan meraih tangan kanannya. Junno meraih tangan kanan Ueda yang terjatuh di sampingnya, meraih jari-jarinya untuk kemudian melilitkan jari-jarinya sendiri dengan jari-jari Ueda. Ueda merasa ia tidak bisa lebih nyaman lagi dari sekarang, dan bersiap menuju alam mimpi. Tidak, sebelum Junno berbisik pelan, “Tidurlah.”

Tidak ada yang mendengarnya, hanya Ueda dan Junno. Ueda tersenyum mendengarnya dan kembali berbisik, “I love you, Jun.” Dan dengan itulah, Junno membuatnya melupakan pertengkarannya dengan Kame, membuatnya siap meminta maaf pada Kame. Mendengar ucapan Ueda, Junno semakin mengeratkan pegangannya pada tangan Ueda dan membalas, “I Love You too, Uepi.” sambil menggeser kepalanya sendiri ke atas kepala Ueda, dan ikut tertidur bersamanya. Keduanya tertidur, sambil tersenyum.

kat-tun, pair:junda, ueda tatsuya, taguchi junnosuke

Previous post Next post
Up