completing each other chap12

Nov 18, 2013 17:26


Title: completing each other

Author: defi

Pairing: YamaChii, others

Character: Hey! Say! Jump, Nishii Yukito

Disclaimer: just own the plot.

Summary: sesempurna apapun dirimu di mata orang lain, tapi kau tau kau punya kekurangan mu sendiri *gak pandai bikinnya ==

Note: (‘….’) Tulisan Chinen (“…”) pikiran Chinen

Enjoy reading! ^^



#Kediaman Yabu
              Yabu menyetir cukup cepat hingga mereka berdua pun sampai di rumah dengan cepat.Jantung Yabu semakin berdetak cepat saat ia samar melihat ada asap keluar darirumahnya. Segera ia dan Inoo melompat keluar dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumah.
              “Huk,uhuk-uhuk! Ukh..asap apa ini?” mereka disambut oleh pekatnya asap membuat Inoo terbatuk, Yabu segera mencari asal asap itu dan menyadari bagian dapur yang gelap tertutup asap.
              “Yabai!!” Yabu berlari ke arah dapur meninggalkan Inoo yang masih terbatuk karena asap,menyadari Yabu berlari kea rah dapur sambil menutup mulut dia mengikutinya.
              “Yuri! Dimana kau? Yuri! Yu-YURI!!” Yabu segera menerobos asap saat menemukan sesosok tubuh tergeletak dekat kaki meja.
              “Yuri! Sadarlah Yuri! Kumohon bertahanlah..ugh,” dia lalu mengangkat tubuh lemah Chinen dan segera membawanya keluar dari dapur.

#Kediaman Yamada
              “Huaaahh kyou wa owari yo~~~ capek!” keluh Ryosuke sembari menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur.
              Menghela napas dan menerawang ke langit-langit, sesaat terdiam dengan pikiran yang kosong.
              Deg!!
              Satud ebaran mengejutkan.
              “Nii-chan!!”
              “UWAAA!!!”
              “Kyaaaa!!”
              “Uwaa-eh,Mika! Bikin kaget saja kau ini huh!!” omel Ryosuke kesal, jantungnya sesaat terasa habis ditembak peluru.
              “Ah eeh..hehegomen ne nii-chan~” kata Mika meminta maaf sambil nyengir.
              “Ada apa kau ke sini?” tanya Ryosuke sambil menegakkan tubuhnya dan menyeretnya untuk bisa bersandar di kepala tempat tidur. Mika yang melihat nii-chan-nya sudah tenang, dia pun ikut duduk di tempat tidur.
              “Nandemonai~Cuma mau ngoborl sama nii-chan aja hehe..”
              “Kalau mau ngobrol kan bisa besok, nii-chan capek nih mau istirahat. Eh nee-chan mana?”
              “Yaahh bentaran lagi lah istirahatnya, umm nee-chan tadi kalau gak salah, dia ke-“
              “Ya?Ada apa mencariku?” sebuah suara lembut namun tegas menginterupsi perbincangan kedua kakak-adik itu.
              “Ah baru juga diomongin, sini-sini nee-chan!” Mika menarik Chihiro anak tertua dalam keluarga Yamada, yang juga kakak dari Ryosuke dan Mika. Chihiro baru saja melangsungkan acara pertunangannya yang juga menjadi sebuah reunian kecil bagi keluarga besar Yamada. Dengan tersenyum Chihiro menerima ajakan sang adik dan mereka pun berkumpul di tempat tidur Ryosuke.
              “Uwaaa kangeeeennn!!! Rasanya sudah lama sekali kita tidak berkumpul bersama seperti ini, ne ne nii-chan, nee-chan hahaha,” ujar Mika senang sambil bergelayut manja pada kakak perempuannya.
              “Haha..benar juga sih ya, semua sibuk dengan urusan masing-masing sih ya…”Ryosuke menimpali.
              “Benar juga, sudah lama sekali tidak berkumpul dengan otouto dan imouto ku yang manis-manis ini hmm..” kata Chihiro dengan senyuman manis menghiasi paras cantiknya walaupun masih terlihat raut lelah di sana.
              “Iya sih kalian ini! mentang-mentang sudah punya dunia sendiri aku pun ditinggal sendirian huhu..padahal dulu juga kita sering main bersama..” kata Mika sambil pura-pura menangis membuat kedua kakaknya merasa bersalah sendiri dan gemas melihat adik kecil mereka itu. Ryosuke bangkit dari sandaranya dan begerak untukmemeluk Mika.
              “Shhh..kami minta maaf selama ini sering sibuk dan jadi tidak memperhatikanmu, tapi kau kan juga sudah besar jadilah kuat walaupun kami tak ada disampingmu oke?” kata Ryosuke lembut sambil mengusap sayang rambut sang adik.
“Apa yang dikatakan Ryo betul,lagi pula kita kan masih bisa berhubungan ne. kami sayang padamu Mika-chan,” tambah Chihiro.
Mika yang mendengarnya jadi terharu, dipandanginya wajah-wajah yang sangat ia sayangi itu. dan wajah imut itu kembali tersenyum lagi.
“Nee-chan..nii-chan..arigatou, aku sangat senang dan bersyukur memilki kalian berdua. Aku juga sayang kalian..” dan mereka pun berpelukan, pelukan tiga saudara yang menghangatkan kembali perasaan yang sempat sunyi. Mengisi keberadaan masing-masing.
              Saat suasana yang hangat itu tiba-tiba Ryosuke merasakan getaran di saku celananya.
              “Ah,hp-ku bergetar,” ujar Ryosuke sambil melepaskan pelukan dan mengambil hp-nya yang menampilkan satu e-mail dari Takaki. Penasaran dibukanya e-mail itu,menampilkan jawaban dari kegelisahan hati. Lalu dengan cepat dibalasnya e-mail itu. ‘Tunggu aku di bawah.’
              Chihiro yang penasaran melihat wajah Ryosuke yang berubah terkejut dan khawatir bertanya, “Ryo? E-mail dari siapa?”
              “A-ah..betsuni, etto..aku mau pergi sebentar, ada urusan mendadak,” Ryosuke gelagapan turun dari tempat tidur lalu mengambil jaketnya.
              “Nii-chan mau kemana? Ini sudah malam,” tanya Mika penasaran.
              “Urusan penting. Ano, kalau tou-san dan kaa-san tanya bilang saja aku pergi sama Yuya,ya. Ja!!” dan dia pun segera berlari keluar kamar meninggalkan kedua perempuanyang melihat aneh padanya.
              “Hufft..dasar Ryo, memang selalu seenaknya sendiri,” keluh Chihiro yang ditanggapi dengan tawa garing Mika.
              “Haha..begitulah nii-chan.”
#
              Tampak Takaki sedang berdiri di samping sebuah mobil hitam, dia menoleh dari layar hp yang sedang digunakannya pada sosok Yamada yang berlari ke arahnya.
              “Yuya!!Hah..hah..”
              “Eeii sabar Yama-chan,” Takaki menyimpan kembali hp-nya dan menunggu Yamada selesai mengatur napas.
              “Kau bohong kan? Kenapa tiba-tiba sekali, apa yang terjadi padanya?!” tanya Yamada emosi dan khawatir.
              “Daiki barusan menelponku, dia tidak bilang apa yang terjadi pada Chinen.”
              “Aakh!Pantas saja seharian ini perasaanku sangat aneh..Chii..kau tempatnya kan? Antar aku ke sana, aku sudah tidak tahan lagi..aku ingin bertemu.”
              “Gimana..kalau kau pergi sekarang nanti orang tuamu-“
              “Acaranya sudah selesai dan aku tidak peduli, onegai Yuya..antar aku ke tempat Chii,” pinta Yamada.
              “Hum..baiklah kalau itu mau mu. Ayo masuk!” Yamada bergegas masuk ke mobil diikuti Takaki dan mereka segera tancap gas menuju lokasi.
              Diperjalananpikiran Yamada dipenuhi dengan rasa khawatir pada Chinen. Rasa bersalah karena telah pergi tanpa kabar juga membebani hatinya, dia merasa bodoh dan tidak bergunakarena membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada orang yang disayanginya. Pikirannya sejenak terhenti karena pertanyaan Takaki.
              “Oi Yam, yakin mau ketemu Chinen dengan penampilan seperti itu?”
              “Ha?” belum konek…melihat kepakaian yang dipakainya. Pakaian pesta yang belum ditukar dengan tambahan jaket kulit. Dan dia pun tepok jidat.
              “Kenapa tidak bilang dari tadi!” kesal Yamada.
              “Kau-nya buru-buru sih ya…gimana?”
              “Gimana apanya?”
              “Pakaian-mu, penyamaran-mu.”
              “Che, kita ke sana saja..mumpung di dekat sini, ayo!”
              “Hn.”
#
              Takaki memakir mobil dan segera keluar diikuti Yamada sambil menyembunyikan wajahnya, walaupun sudah malam tetapi daerah perbelanjaan di sana masih ramai oleh para pengunjung dan tentunya Yamada tak mau di kerumuni oleh fans-nya, walaupun dia ragu apakah masih ada yang mengenalinya sebagi seorang Yamada Ryosuke sipenyanyi dan artis terkenal sejak masa vakum-nya itu.
              Sampaidalam toko baju yang cukup mewah, mereka berdua langsung menuju ke tempat seorang wanita berumur dengan kacamata di sana yang sedang melayani pelanggannya. Takaki mendekati wanita sementara Yamada menyelip-nyelip menjauhdari pandangan orang dalam toko itu.
              “Shanju-sama?” panggil Takaki sopan. Wanita yang dipanggil Shanju itu menoleh pada Takaki. “Ah sumimasen, aku ada perlu dengan anda sebentar…”
              Shanju memperhatikan raut wajah Takaki dan seperti tau apa maksud dari anak muda dihadapannya itu, dengan sopan dia pamit pada pelanggan ibu-ibu yang diajaknya berbincang dan menyuruh karyawannya untuk melayani ibu-ibu itu.
              “Takaki-kun..cukup lama juga tidak melihatmu ke sini,” ujar Shanju sambil mengajak Takaki menuju sebuah bangku.
              “Iya,cukup lama juga..maaf, pekerjaan yang mengurungku,” balas Takaki sopan.
              “Hum..akubisa maklum kalau yang memberikan pekerjaan padamu si Hiroshi itu, yah dia memang loyal pada pekerjaannya dan kau pun juga harus mengituki keloyalannya itu hmm..”
              “Sudah kewajiban untuk loyal pada Yamada-sama, karena dia aku bisa seperti ini.”
              “Haa..iya-iya, hum..kau ke sini ada perlu apa? Kau ke sini malam begini  pasti untuk tujuan yang terdesak, neTakaki-kun?”
              “Ah..iya sebenarnya aku ingin meminta bantuan Shanju-sama, err..mohon tunggu sebentar,” Takaki menengok kiri-kanan mencari sosok Yamada, dan saat menemukannya menyusup diantara helaian pakaian dia menghampirinya dan menyeret anak itu kehadapan Shanju.
              “Are? Ryosuke?”
              “Ah-hai Shanju-sama.”
              Sedikit penjelasan.
“Onegaishimasu!”
#
              Balik ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanan. Yamada merasa sedikit aneh dengan penyamarannya kali ini. Rambut hitam seperti biasa, kacamata bundar, kemeja+jaket kulit, dan celana jins serta sepatu sport. Seperti biasa sih tapi..
              “Kenapa dia mendandani-ku wajahku juga?! Arrgh..dasar nenek jahil! Kalau saja tidak mepet begini mana mau aku ke tempatnya, huh..dikerjai mulu,” omel Yamada sambil membersihkan sisa make-up di wajahnya. Takaki yang mendengarnya hanya tertawa geli melihat tingkah pemuda di sampingnya ini.
              “Hahaha..nasib lu Yam, makanya jangan mulai jahil duluan, kau tau sendiri Shanju-sama itu orangnya pendendam begitu, huh,”
              “Diam kau, ugh..belepotan dah ni muka.”
              “Hahaha..”

#RS.Yaotome
              21:40,Takaki memakirkan mobil dan saat mesin berhenti Yamada segera turun dari mobil diikuti oleh Takaki. Dengan tergesa-gesa mereka masuk ke dalam rumah sakit itu. Langsung menuju ke meja resepsionis, mereka mendapat masalah di sana karena jam besuk hampir habis dan mereka diminta untuk kembali besok. Tapi Yamada tetap bersikeras ingin menjenguk Chinen. Akhirnya dengan sedikit “nego” dari Takaki mereka pun di beri izin untuk mengunjungi ruangan tempat Chinen di rawat.
              Lift membuka di lantai 12, Yamada dan Takaki melangkah tak sabar menuju kesalah satu ruangan di lantai ini. Pada belokan, di kejauhan terlihat sosok Yabu yang baru keluar dari sebuah ruangan inap. Suara tergesa mereka yang berhenti mendadak menggema di lorong sepi itu, menyadarkan Yabu untuk menoleh kea rah mereka.
              “Ah,Yabu-san..” sapa Yamada sedikit kaget. Entah kenapa perasaan was-was dengan kemunculannya yang mendadak ini setelah cukup lama “menghilang”. Cemas, apakah Yabu akan memarahinya karena meningalkan Chinen atau mungkin mengusirnya dan melarangnya untuk tidak berhubungan dengan Chinen lagi? Pikiran burukmelayang-layang di otaknya dan tersadar saat Takaki membawanya menghadap Yabu.
              “Oh kau Takaki…hmm Yamamoto-kun?” sapa Yabu ketika mereka berdua sudah berdiri dihadapan lelaki tinggi itu. Sedikit kaget, tapi dia mencoba memaklumi pemuda berkacamata di hadapannya ini.
              “Konbanwa Yabu-san..ano..” Yamada memulai namun gugup menguasainya. Yabu tersenyum tenang menyapanya.
              “Konbanwa mo Yamamoto-kun, apa yang kau lakukan di sini malam begini?” tanya Yabu.
              “A-ahya..aku dengar kabar dari Takaki-kun kalau..kalau Chii sakit dan di rawat disini..ano..” Yamada dengan kegugupannya mencoba menjelaskan dan Yabu mempersilahkannya untuk itu.
              “Gomen..hontou ni gomen nasai,” membungkukkan bandannya, “Maaf aku pergi begitu saja meninggalkan Chii, Yuto dan Keito, kami minta maaf sudah meninggalkannya sendiri begitu saja. Ada..ada acara keluarga yang mendadak dan kami harus pergi bersama dan saat aku baru saja tadi sampai di rumah, Takaki-kun mendapat kabardari Arioka-kun kalau Chii sakit. Aku langsung ke sini, maafkan aku,” ujar Yamada dengan penjelasannya dan sekali lagi membungkukkan badan.
              “Humm..aku mengerti, daijoubu yo. Yuri juga pasti mengerti kalau alasan tentang keluarga itu lebih penting yaah..yang penting kalian sudah kembali jadi, yaa..daijoubu,” ucap Yabu, mendengarnya Yamada menghela napas diam-diam.
              “Ano, bagaimana keadaan Chinen? Apa yang terjadi padanya?” tanya Takaki.
              “Tidak apa-apa, kelalaian kami juga. Saat itu Yuri tinggal sendiri di rumah dan entah kenapa gas di dapur bocor dan ada asap. Aku menemukannya tergeletak pingsan ditengah kepulan asap dan segera membawanya ke rumah sakit. Saat ini keadaannya sudah baikan, tapi sejak tadi belum sadar juga..” jelas Yabu. Dia memperhatikan raut muka pemuda di hadapannya itu. Rasa bersalah dan khawatir tergambar jelas di sana, dan ia hanya bisa paham…
              “Daijoubuyo! dia akan baik-baik saja, kau tenang saja oke,” kata Yabu.
              “Ano Yabu-san, bolehkah..bolehkah aku melihat Chii?” memberanikan diri untuk bertanya walau rasa gugup masih menyelimutinya. Yamada memberikan tatapan permohonan pada lelaki itu. “Onegai..aku sangat ingin bertemu dengannya.”
              “…sudah larut, demo..aku lapar, jadi kau bisakan menjaga Yuri untukku?” tanya Yabu balik dan pandangan cengo dari Yamada membuat Yabu tersenyum.
              “Masuklah, tapi jangan rebut ya Yuri lagi tidur. Kalau begitu, ne Takaki temani aku cari makan.”
              “Oh oke, Yama-chan, ku tinggal ne.”
              “Un, arigatou Yabu-san.”

#
              Sepeninggal Yabu dan Takaki, Yamada tidak langsung masuk ke dalam ruangan. Terdiam sejenak di depan pintu, mengintip sekilas dia yang tertidur di sana. Menghela napas beberapa kali dan mencoba menenangkan debaran yang perlahan menggila.
              Perlahan di bukanya pintu itu, melangkahkan kaki menuju satu-satunya tempat tidur disana. Nampak seorang pemuda dengan wajahnya yang bagai malaikat, tenang, damai,dalam istirahatnya. Debaran yang mengetuk saat sekian lamat tak jumpa dan kini dia kembali hadir di depannya walau dalam keadaan yang sangat tidak ia inginkan.
              Memandang dengan sayang namun dalam hati seperti teriris sembilu, dan penyesalan pun kembali menyerbu.
              “Chii..” ucap Yamada lembut, melihatnya kembali seperti oksigen yang melegakan napasnya.Dengan sangat lembut dan perlahan di usapnya kening Chinen, menyingkirkan seberkas rambut yang menghalangi parasnya yang indah.
              “Chii,gomen..hontouni gomenasai, saharusnya aku tidak pergi begitu saja, seharusnya aku bilang padamu..Chii,” mengusap lembut pipi mulus itu. Yamada menggeser sebuah bangku dan duduk di samping tempat tidur Chinen.
              Diambilnya sebelah tangan Chinen, mengatupkannya dalam genggaman hangat berharap akan kesembuhannya.
              “Chii..sudah cukup lama dan aku sungguh tidak bisa lagi menahan perasaan ini. Aku menyukaimu Chii, aku ingin mengatakannya padamu…dan mungkin, Chii..aku sudah memikirkannya. Apapun konsekuensinya nanti aku terima, setelah kau sembuh nanti aku akan mengatakannya yang sejujurnya padamu, tentang persaan ini dan diriku yang sebenarnya,” kata Yamada sungguh dan kembali mengusap lembut kening itu.
              “Aku akan jujur..dan saat itu kuharap, sangat berharap untuk mengerti aku dan terimaaku karena Chii..karena aku sungguh sangat sayang padamu jadi, kumohon cepatlah sembuh oke.”

#
              Sinar hangat mentari perlahan menyinari sebuah ruangan yang di dominasi oleh warna putih. Seberkas cahaya menghatkankan wajah lembut Chinen, mengganggu tidurnyenyaknya, serta hembusan semilir angin yang seakan menyuruhnya untuk bangun dan menikmati hangat dan kesejukan mentari pagi.
              Perlahan sepasang kelopak mata terbuka, memperlihatkan sepasang obrs hitam menawan. Mengedip beberapa kali, membiasakan pada cahaya yang perlahan masuk ke mata. Memperhatikan sekeliling.
              “Rumah sakit..” hembusan napas pelan. Kepalanya sedikit pusing, mencoba mengingat apayang terjadi padanya sebelum hilang kesadaran. Bayangan sesosok laki-laki, asapputih, dan sesuatu yang tumpul mengenai kepalanya.
              Chinen mengerinyit menahan sakit yang tiba-tiba berdenyut, ingin menyentuh dengan tangan tapi baru ia sadari sebelah tangannya seperti tertahan oleh sesuatu yanghangat.
              Chinen mencoba melihat dan terkejut mendapati sosok yang dirindukannya tengah tidur sambil duduk dan menyandar pada tempat tidur. Tangannya yang mungil terbungkushangat digenggamannya.
              “Ryo..”
              “Ah Yuri, kau sudah bangun rupanya,” suara Yabu menyadarkan Chinen, dia menoleh pada lelaki tinggi itu yang perlahan berjalan ke arah mereka. Chinen hanya memberikan anggukan diam dan kembali mengarahkan pandangannya pada Yamada yang masih pulas dalam tidurnya.
              “Ah ya, dia ke sini tadi malam. Katanya dia baru pulang dari acara keluarga dan dapat kabar kalau kau dirawat, jadinya dia langsung ke sini bersama Takaki,” jelas Yabu. “Sejak tadi malam dia terus seperti itu menunggumu sampai ketiduran begitu,” lanjut Yabu ikut memperhatikan wajah lelah Yamada.
              “Ngh, hngg..eeeh-ah!” tak lama Yamada terbangun sendiri dari tidurnya dan cepat tersadar bahwa dia sedang berada di rumah sakit, seketika teringat apa yang membuatnya berada di sana. Saat menolehkan kepala dan pandangan yang sudah lama itu pun kembali bertemu.
              “Chii..”panggil Yamada lembut, masih belum percaya sepenuhnya bahwa pemuda yang membuatnya “miss you all the time” itu kembali hadir di hadapannya. Seulas senyum manis Chinen membalasnya. Untuk pertama kalinya setelah cukup lama berpisah, dia bersyukur bisa bertemu dengan pemuda berkacamata ini lagi. Seakan semuanya kembali seperti seharusnya. Dia berada di sampingmu.
              “Uhmm..ano,sepertinya aku ingin cari sarapan dulu. Oh ya..Yamamoto-kun,” panggil Yabu sengaja mengganggu sebentar reuni mereka. Yamada dan Chinen memandang ke lelakitinggi itu.
              “Ne,Yabu-san?”
              “Tolong jaga Yuri sebentar ne..oh ya, nanti Takaki dan teman-temanmu akan datang..yah, aku tinggal kalian berdua, ok.”
              “Ah hai, Yabu-san..arigatou..”
              Yabu mengusap ringan kepala Chinen dan tersenyum hangat pada adik kecilnya, setelah itu dia pun meninggalkan mereka berdua di ruangan itu.
              Sepeninggal Yabu, suasana kembali tenang. Sekilas suara burung menemani mereka yang terlihat berada dalam pikiran masing-masing.
              “Ano…”Yamada mencoba membuka suara, entah kenapa jantungnya sedikit berdetak lebih cepat ketika pandangan mereka bertemu. Perasaan hangat itu kembali terasa.
              “Ano,Chii..ettoo..” merasa gugup sendiri, dan Chinen hanya bisa memasang ekspresi penasaran atas apa yang akan di ucapkan pemuda berkacamata didepannya ini.
              “Gomenasai!” menundukkan kepalanya di hadapan Chinen lalu mengangkatnya lagi untuk bertemu dengan dua orbs itu, “Chii, hontou gomen..waktu itu aku pergi begitu saja tanpamemberitahumu apapun. Keadaannya mendadak sekali, aku bahkan tidak tau kalau keluargaku akan datang dan menjemputku saat itu..aku ingin memberitahumu tapi, satu dan lain hal aku tidak bisa. Chii maaf, sudah meninggalkanmu begitu saja,”cerita Yamada panjang, menatap Chinen berharap pemuda imut itu mengerti dengan penjelasannya.
              Chinenbalik memandang dan mengalihkan pandangan itu membuat Yamada merasa sedikit kecewa. Tapi kemudian Chinen mengambil note-nya yang tadi diletakkan Yabu dimeja kecil di samping tempat tidurnya. Kemudian menulis sesuatu pada note itu.
              ‘daijoubu yo, Yama-chan. Aku tidak marah karena itu menyangkut keluargamu. Hanya saja terasa aneh saat kau tak ada…’
              Yamada membacanya dan terdiam pada kalimat terakhir.. ‘sama Chii..di sini juga merasa aneh tanpa mu’ pikir Yamada.
              “Uhm..Chii,aku janji tidak akan pernah jauh dari mu lagi, pergi dari sisimu. Aku akan menjagamu Chii, shinjiru yo,” ucap Yamada yakin, menggenggam tangan mungil itu dengan lembut.
              Chinenyang mendengarnya merasakan hangat dalam hati dan menjalar ke pipi. Blush! Dia melihat pada tangannya dalam genggaman Yamada lalu ke wajah orang di depannya dengan mimik serius. Merasakan senang dalam hati, dia pun membalas genggaman itu dan memberikan anggukan manis padanya.
              Yamada ikut tersenyum melihatnya. Dia senang karena Chinen tidak marah padanya. Danjanjinya dalam untuk menjaga agar senyuman termanis itu akan selalu terpasangdi wajahnya yang imut itu.
              Menatap dalam pada pemuda imut yang masih berbaring di tempat tidur itu, perlahan Yamada mendekatkan tubuh nya dan tiba-tiba pintu kamar terbuka cukup keras,mengagetkan dua (belum) sejoli itu.
              “Chii-chan OHAY-ups!” Yuto segera berhenti ketika matanya menangkap satu pemandangan.Yamada dan Chinen yang kaget melihat kea rah pintu.
              “Kenapa bengong Yuto, minggir ah!” Keito muncul sambil mendorong Yuto untuk masuk kedalam kamar.
              “Hey-hey jangan berisik-eh” Takaki iktu terdiam dengan pemandangan di depannya.“Mengganggu nih, sebaikny akita keluar sa-“
              “Eeehh chotto! Ini bukan seperti yang kalian pikirkan!!!” refleks Yamada segera menjauhkan tubunya dan melepas genggamannya pada tangan Chinen.
              “Ah sorry for the distrubbing,” ujar Keito.
              “Keito..kau..”
              “Wrong time, ah..aku lupa bawa kamera!”
              “Yuto urusaaaiii..!!”
              “Heeehh kalian ini..” Takaki geleng-geleng kepala dan hanya bisa tersenyumj melihat Yuto dan Keito menggoda Yamada. menghiraukan mereka dia berjalan mendekat ketempat tidur Chinen.
              “Hello Chii, bagaimana keadaaanmu?” tanya Takaki.
              ‘sudah mendingan, tapi masih harus istirahat’.
              “Yokattana..etto, tadi aku mampir ke café Daiki, dia bilang akan ke sini sebentar lagi. Ah dia menitipkan ini untukmu, dan berharap kau memakannya ketika kau sudahbangun,” Takaki memperlihatkan sekotak kue, “Aku letakkan di sini saja, ok,”meletakkan kotak itu di atas meja.
              Chinen memperlihatkan senyuman terima kasih-nya pada Takaki yang juga membalas tersenyum. “Oi oi, kita ke sini bukan untuk menggoda Yama-chan tapi menjenguk Chii, hentikan godaan kalian itu!” tegur Takaki pada tiga pemuda yang masih asyik adu mulut itu.
              “Ahgomen Chi-chan~ etto..bagaimana keadaanmu? Kami sangat khawatir mendengar kau di bawa ke rumah sakit..dan..maaf ya, kami meninggalkan mu gomeeen Chii~” kataYuto.
              “Iya Chii, maaf nih jadi bikin rebut gini hehe..” tambah Keito. yamada menghelanapas akhirnya lepas juga dari dua orang itu.
              Merekapun berbincang bersama, tak lama kemudian Yabu balik bersama Inoo dan Ryutaro.Melihat adik kecil Chinen masuk sekilas rasa gugup itu kembali muncul.
              “Yo minna!” sapa Yabu, dia sekilas melihat kea rah Yamada yang jadi terlihat gugup.Tersenyum sendiri dia berbisik ke Yamada. “Hey tenang saja, aku sudahmenjelaskannya pada Ryu. Kau tenang saja, ok!”
              Yamada memandang lelaki itu dan menghela napas(lagi).
              “Sepertinya kunjungan hari sudah selesai, kalau begitu sebaiknya kami permisi dulu,” kataTakaki.
              “Hum benar juga, Chii-chan butuh istirahat, yasudah..besok kami kembali lagi, ne Chii-chan,” lanjut Yuto.
              “Terima kasih kalian sudah mengunjungi Yuri,” ujar Yabu.
              “Ne Chii, aku pulang dulu..kau istirahat ne,” kata Yamada sambil tersenyum. Chinen membalas senyum itu dan anggukan kecilnya.

Malam ke tiga Chinen di rawat di rumah sakit dan besok siang di sudah boleh pulangkarena kesehatannya yang sudah membaik.
              Ryutaro berjalan di koridor rumah sakit sambil membawa kantong plastik berisi cemilan.Dia memaksa untuk menjaga Chinen malam ini setelah melihat betapa lelahnya ke duakakaknya yang setelah bekerja harus menjanya Chinen di rumah sakit, lagipula Chinen akan keluar dari sini besok siang dan kebetulan juga besok hari libur.
              Sambil bermain dengan kantong plastiknya, Ryutaro tanpa sengaja bertabrakan dengan orang di depannya.
              “A-ah! Gomenasai..maaf aku tidak memperhatikan jalanku,” kata Ryutaro sambil membungkukkan badanya meminta maaf.
              “Araa..daijoubuyo,” balas lelaki berkacamata di hadapannya. “Next time, perhatikan jalanmu okey!” setelah berkata demikian, lelaki berjalan melewati Ryutaro yang sekilas termenung melihat wajah lelaki itu.
              “A-haik! I will!" Hmm..orang itu, seperti familiar, ah sudahlah.”
              Ryutaro memasuki kamar rawat Chinen, memperhatikan sekilas wajah tenang kakaknya yang tengah tertidur pulas. Seulas senyum di wajahnya lalu berniat meletakkan cemilannya di atas meja namun kaget saat ia mendapati sebuah bouket bunga ada di atas meja.
              “Bouket bunga? Perasaan tadi tidak ada yang datang..mungkin suster salah meletakkannya,hum eh ada kartunya,” gumam Ryutaro bingung dan mengambil selembar kertas kecilyang terselip. Mengerutkan kening saat membaca pesan yang ia tak mengerti apamaksudnya itu.
              “Huuh..mungkin memang salah kamar, besok saja ku tanyakan.”
              Tanpa ambil pusing Ryutaro meletakkan kembali kartu itu dan berjalan kea rah sofa disana untuk mengistirahatkan badannya sambil mengeluarkan game console kesangannya dan mulai bermain.

The time’s getting nower,
And this “thing” will set up,
Soon…
#

yamachii, fanfiction, indonesia, nishii yukito, hey! say! jump

Previous post Next post
Up