-Hyemin POV-
“Terimakasih ya sudah mau menemaniku,”
Aku menoleh ke Kyuhyun yang sedang berjalan di sebelahku dan tersenyum padanya, “Mengapa masih bicara sekaku itu? Santai saja, oppa.”
Kyuhyun membalas senyumku, “Aku tahu. Hanya saja, aku belakangan ini selalu menjadi bebanmu. Kita tidak pernah akur sejak aku pulang dari Austria dan…”
Aku melempar pandanganku pada Kyuhyun, dan dia diam. Hubunganku dan Kyuhyun sudah jauh membaik dan aku sama sekali tidak mau mengingat-ingat masalah-masalah diantara kami.
“Maaf,” ujar Kyuhyun.
Aku hanya tersenyum. Beberapa saat kami diam sambil tetap berjalan berdampingan menyusuri mall itu. Kyuhyun memang memintaku menemaninya membeli baju untuk dipakainya ke sebuah acara makan malam dengan rekan kerjanya.
Aku memandang sekelilingku. Ini adalah malam minggu dan sangat wajar sekali jika banyak sekali pasangan-pasangan yang berada di mall seperti ini. Tapi yang aku sesali adalah setiap aku melihat pasangan-pasangan ini, yang terbayang di benakku adalah jika aku dan Hyukjae yang berada di posisi mereka.
Aku baru saja menghela nafas dan mengalihkan pandanganku dari pasangan yang sedang duduk di sebuah bangku di bawah pohon buatan di dalam mall itu sambil makan es krim ketika tiba-tiba Kyuhyun memegang tanganku dan mengajakku masuk ke sebuah butik bermerk yang aku tahu menjadi langganan Kyuhyun sejak dulu.
Kyuhyun memegang tanganku sampai kami berada di dekat sebuah manekin, “Ini bagaimana menurutmu?” tanya Kyuhyun sambil menunjuk jas abu-abu yang dipakai manekin itu.
Aku melepaskan tanganku dari genggaman Kyuhyun lalu memegang dan mengamati jas itu, “Tapi modelnya agak kelihatan tua untukmu,” jawabku. Aku mengalihkan pandanganku dari manekin itu dan memandang berkeliling mencari-cari baju yang menurutku lebih pas untuknya.
“Ah itu,” gumamku setelah melihat sebuah jas yang kusuka di sisi lain ruangan itu.
Aku beranjak dari tempatku hendak menuju tempat jas yang aku maksud, tapi sepertinya karena terlalu bersemangat tanganku menyenggol manekin yang tadi aku pegang.
“Awas!!!” seru Kyuhyun.
Dan sebelum aku menyadari apa yang sudah terjadi, Kyuhyun menarikku dan aku sudah berada di dalam pelukannya.
Manekin itu jatuh berdebam di belakangku, tepat dimana tadi aku berdiri. Aku terdiam di pelukan Kyuhyun, dan merasa sangat familiar sekali dengan situasi ini.
Segalanya seolah terputar kembali di otakku. Saat sebuah manekin juga nyaris menimpaku dari belakang... Saat tangannya menahan manekin itu di belakangaku.. Saat aku bertatapan dengannya dengan sangat dekat. Aku mengatur nafasku, mataku terasa panas dan airmata sudah menggenanginya. Kenapa semua yang aku lakukan seolah selalu mengingatkanku pada Lee Hyukjae?
“Kenapa kau ceroboh seka…” Kyuhyun meraih wajahku dan mengangkatnya. Dia terkejut saat melihat airmata jatuh dari mataku. Aku terlambat menghapusnya. “Hyemin-ah, ada apa?”
Aku melepaskan diri dari pelukan Kyuhyun dan menjauhkan diriku. Aku berusaha tersenyum selebar mungkin kepadanya, “Tidak apa-apa. Ayo kesana, itu ada baju yang bagus untukmu.”
Aku berbalik lalu berjalan menuju tempat yang aku maksud sambil menghapus airmataku.
***
-Nichkhun POV-
Aku melihat-lihat etalase jam tangan bermerk di sebuah mall sambil menunggu Victoria yang sedang ke toilet tak jauh dari situ. Beberapa saat kemudian, gadis itu keluar dari toilet wanita. Aku menoleh padanya dan dia tiba-tiba tersenyum lebar ke arahku dengan ekspresi seolah sangat senang melihatku dan tidak pernah melihatku sebelumnya.
Ada apa dengan anak ini? Kan dari tadi aku bersamanya, pikirku.
"Oppa!" Seru Victoria.
"Hah? O-oppa?" Gumamku heran. Victoria tak pernah memanggilku oppa.
Victoria merentangkan tangannya mendekatiku, aku masih menatapnya dengan heran. Tapi ternyata dia berjalan melewatiku.
Victoria memeluk seorang cowok yang tingginya kurang lebih sama denganku. Ia memakai kaus lengan panjang dan celana jeans. Ia hanya kelihatan lebih tua sedikit dariku.
"Qiannie!" balas cowok itu.
Qiannie? Pasti orang ini saudaranya, karena hanya keluarga Victoria yang memanggil Victoria dengan nama Mandarinnya, Song Qian.
"Oppa, sudah kubilang jangan panggil aku seperti itu lagi!" Rengek Victoria. Ia melepas pelukannya, tapi tangannya masih terkait dengan tangan cowok itu. Baru kali ini aku melihat Victoria sedekat itu dengan cowok lain selain aku.
Laki-laki itu tertawa.
"Sejak kapan kau kembali kesini? Kenapa tidak memberitahu aku?" Tanya Victoria lagi.
"Aku banyak urusan, Qiannie. Lagipula..." jawabnya, ia melirik ke arahku sambil tersenyum. "...Sepertinya kau juga sudah punya banyak urusan."
Dengan canggung aku tersenyum dan mengangguk menyapanya.
"Ah oppa!" Balas Victoria, ia meninju pelan lengan laki-laki itu. "Kau kan sudah sering aku ceritakan tentangnya!"
"Jadi kau tidak akan mengenalkan aku secara langsung padanya?" Tanya cowok itu lagi. Aku semakin merasa canggung karena yang dibicarakan adalah aku.
"Ah baiklah," ujar Victoria. Wajahnya memerah. Ia menarik laki-laki itu mendekatiku. "Oppa, ini Nichkhun. Aku rasa kau sudah tahu siapa dia. Nichkhun, ini sepupuku, Guixian...."
"Jangan memanggilku seperti itu!" Ujar cowok itu.
"Kau juga memanggilku Qian!" Balas Victoria tidak terima.
Laki-laki itu tidak menggubris Victoria. Ia tersenyum sambil mengulurkan tangannya padaku, "Cho Kyuhyun."
*****
-Hyemin POV-
Aku menunggu Kyuhyun yang sedang ke toilet di sebuah bangku masih di dalam mall tempat kami mencari baju untuk Kyuhyun. Di sampingku sudah ada beberapa tas belanjaan milik Kyuhyun.
"Lama ya?" Tanya Kyuhyun beberapa saat kemudian setelah ia kembali dari toilet. Ia tersenyum padaku.
"Tidak juga," jawabku singkat.
"Tadi aku bertemu sepupuku," balas Kyuhyun. Lalu ia duduk di sampingku. "Kalau tidak salah dia juga sekolah di sekolahmu."
"Oh ya? Siapa?"
Kyuhyun terdiam sejenak lalu tiba-tiba ia nyengir kuda memandangku, "Aku lupa nama aslinya. Hehehehehe. Tapi aku sering memanggilnya Qian."
"Qian? Sepertinya aku tidak tahu..." jawabku sekenanya.
"Tadi nya mau aku ajak bertemu denganmu, tapi dia buru-buru mau nonton sama pacarnya," lanjut Kyuhyun.
"Oh..."
Selama beberapa saat berikutnya kami berdua tidak bicara. Memang sejak nyaris tertimpa manekin di butik tadi aku tidak banyak bicara. Kejadian yang begitu mirip dengan kejadian bersama Hyukjae dulu membuat mood ku hancur. Aku tidak bisa menghapus ingatanku tentang Hyukjae. Aku tahu Kyuhyun pasti menyadari perubahan moodku itu, tapi aku sudah tidak punya niat untuk menutupinya dengan berpura-pura senang.
"Hyemin-ah," panggil Kyuhyun. Aku tidak menyadari bahwa sudah beberapa menit dia memandangiku dengan seksama.
"Hmm?" Sahutku. Aku menoleh dan agak canggung melihat matanya yang tidak berkedip memandangku. "Kenapa kau memandangiku seperti itu?"
"Apa aku pernah membuatmu bahagia?" Tanya Kyuhyun, wajahnya serius.
"A-apa maksudmu?" Tanyaku lagi. "Tentu saja. Oppa, kau selalu bersamaku sejak kecil, kau tahu aku selalu tertawa bersamamu."
"Bukan waktu kita kecil. Aku tahu waktu kecil kau selalu tersenyum dan tertawa bersamaku. Tapi sekarang?" lanjut Kyuhyun lagi. "Apa aku pernah membahagiakanmu? Aku tidak pernah melihatmu senyum setulus dulu lagi saat bersamaku."
Aku menelan ludah dan memaksakan senyumku, merasa bersalah pada Kyuhyun, "Bukan begitu, oppa. Aku hanya... Ada yang mengganjalnya di pikiranku."
Sesaat Kyuhyun hanya diam memandangiku. Aku mengalihkan pandanganku dengan salah tingkah. Tiba-tiba Kyuhyun menggeser duduknya mendekatiku, dan ia mengaitkan tangannya dengan tanganku. Ia menggenggam tanganku dengan hangat.
"Aku akan menunggu. Aku akan menunggu sampai posisiku kembali sama seperti dulu di hatimu. Aku akan menunggu sampai aku bisa membahagiakanmu seperti dulu. Dan selama aku menunggu, aku akan selalu disini untukmu, baik kau menyadarinya atau tidak. Aku akan selalu untukmu, dan aku percaya kau akan kembali seperti dulu," ucap Kyuhyun.
Aku tertegun. Tidak seperti sebelum-sebelumnya saat ia memohon kepadaku untuk berada disampingnya, kali ini Kyuhyun bicara seolah tanpa memaksaku. Aku menoleh padanya. Ia sejak tadi bicara tanpa memandangku. Sadar aku sudah memandangnya, ia menoleh kepadaku. Hatiku masih sakit karena mengingat-ingat Hyukjae dan sekarang seketika hatiku terasa semakin sakit melihat ekspresi Kyuhyun.
Aku tidak pernah melihat matanya sesedih itu.
"Oppa..." Bisikku lirih.
"Aku percaya kau akan kembali menjadi Hyemin ku yang dulu," jawab Kyuhyun.
Aku tidak menjawab. Karena aku tidak tahu jawabannya. Sekalipun aku merasa aman dan nyaman di samping Kyuhyun sekarang, tapi aku tidak merasa aku bahagia sepenuhnya. Bagaimana aku bisa bahagia jika separuh jiwaku sekaligus kunci kebahagiaan terbesarku sudah meninggalkanku?
Hanya agar tidak menecewakan Kyuhyun, aku mempererat genggaman tangannya dan meletakkan kepalaku di pundaknya. Sungguh, sebenarnya aku berharap aku bisa kembali bahagia tanpa harus ada laki-laki sialan itu di hidupku.
*****
-Hyukjae POV-
Sekolah sudah mulai sepi. Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Hanya ada beberapa anak yang masih berlalu lalang. Aku duduk di meja taman sekolah berhadapan dengan IU yang sedang mengerjakan tugasnya. Aku menopang daguku sambil memandang IU terus menerus, walaupun sebenarnya pandanganku kosong.
“Kau semakin ngefans denganku ya?” tanya IU setelah menyadari aku tak juga melepas pandanganku darinya.
Aku hanya tersenyum simpul kepadanya. Sesungguhnya aku sedang berpikir bagaimana aku bisa benar-benar mencintaimu seperti aku mencintai gadis itu, Jieun.
“Dor!!!” seru Donghae yang tiba-tiba muncul dan menepuk punggungku.
“Yah!!!” balasku kaget.
Donghae nyengir lalu ia duduk di sampingku, “Kok belum pada pulang?”
“Aku harus menyelesaikan ini dulu,” jawab IU. “Sebelum pulang aku harus mengumpulkannya.”
“Dan tentunya aku harus menemani gadisku ini,” lanjutku.
Donghae mengangkat sebelah alisnya memandangku, sementara IU hanya mendengus sambil terus mengerjakan tugasnya.
“Kau tidak mengantar Jiyeon pulang?” tanyaku pada Donghae.
“Jiyeon mau ke rumah temannya dulu, tugas kelompok,” jawab Donghae.
“Ooh,” sahutku.
“Ngomong-ngomong,” ujar Donghae lagi. “Jadi sebenarnya hubungan kalian berdua apa? Sudah beredar kabar yang tidak-tidak tuh.”
“Kabar apa?” tanyaku.
“Kalian pacaran,” jawab Donghae.
Aku nyengir, “Oh tentu saja. Kami memang pacaran.” Aku meraih lengan IU dan mengusap-usapnya.
Tiba-tiba IU menarik lengannya dan ia tersenyum sambil melambai ke satu titik dibelakangku, “Hai Hyemin! Tumben kesini?”
Jantungku mencelos. Aku tahu mukaku pasti langsung pucat. Aku menahan nafasku dan menunggu dalam hitungan detik hingga Hyemin sampai di meja itu. Tapi sudah lebih dari 10 detik tak ada siapapun yang mendekat. Aku menoleh ke arah belakangku, dan ternyata tidak ada siapa-siapa. Aku kembali memutar tubuh menghadap IU, sudah bersiap protes kepadanya tapi terhenti saat melihat ia sedang tersenyum lebar sambil bicara pada Donghae.
“Lihat ekspresinya kan? Kau bodoh jika percaya bahwa dia pacarku sementara saat ia mendengar nama Hyemin saja dia sudah seperti itu. Ekspresinya tidak bisa bohong,” ujar IU. Donghae tertawa.
“Lee Jieun!” seruku.
“Aku benar kan?” balas IU. Ia menjulurkan lidahnya padaku lalu kembali sibuk dengan tugasnya.
“Tapi aku kan sudah menyatakan perasaanku padamu!” balasku tak terima.
“Apa aku pernah bilang aku percaya?” tanya IU lagi.
“Kau bilang kau menyukaiku, kau perduli padaku. Aku pun begitu padamu. Sudah, kita pacaran saja!” ujarku.
IU menghentikan pekerjaannya. Ia mengangkat kepalanya memandangku, “Lalu apa kau pikir hanya itu syarat untuk kita bisa pacaran? Ya, aku menyukaimu, aku perduli padamu, tapi bukan berarti aku bisa memaksakan kamu untuk bahagia bersamaku kan? Karena aku tahu dimana kebahagiaanmu,”
Aku tidak menjawab. Selama beberapa saat aku dan IU bertatap-tatapan sampai akhirnya Donghae berdeham keras. Ia merasa atmosfirnya menjadi terlalu sentimental.
“Bicara tentang kebahagiaan, tugasmu masih berapa banyak, IU?” tanya Donghae.
Aku melirik Donghae heran. Apa hubungannya kebahagiaan dengan tugas???
IU melepas pandangannya dariku dan kembali mengerjakan tugasnya, “Sedikit lagi.”
Donghae menyeringai terpaksa kearahku sebelum akhirnya kami bertiga tidak ada yang bicara lagi. IU sibuk dengan tugasnya, Donghae memandang tak jelas ke sekelilingnya, dan aku-tanpa sadar-memandangi ke arah kelas Hyemin di lantai atas yang sekarang sudah kosong.
“IU, aku boleh bertanya sesuatu?” tanya Donghae.
“Hmm?” gumam IU mengiyakan.
“Bagaimana sebenarnya rumahmu yang dulu bisa digusur seperti itu?” tanya Donghae lagi.
Aku meoleh memandang Donghae, yang sedang memandang IU dengan wajah serius. Lalu aku ikut memandang IU.
“Entahlah,” jawab IU ringan. Ia masih belum lepas dari pekerjaannya. “Semua tiba-tiba saja tanpa ada pemberitahuan sebelumnya.”
“Yang melakukannya X88 Co, kan?” tanya Donghae lagi.
Aku mengernyit, menebak-nebak maksud Donghae menanyakan hal ini.
IU mengangguk, “Kabarnya disitu akan dibuat kawasan perkantoran.”
“Kau tahu bahwa itu adalah anak perusahaan XO Group?” tanya Donghae lagi.
Kali ini IU mengangkat kepalanya dan ekspresinya kaget, “Benarkah? XO Group yang memberiku beasiswa itu?”
Donghae mengangguk, “Kau tahu bahwa General Manager X88 adalah Cho Kyuhyun?”
Aku memandang Donghae. Ada tekanan aneh saat dia menyebut nama Cho Kyuhyun. Mungkinkah dia tahu siapa Cho Kyuhyun? Aku tidak melepas pandanganku dari Donghae.
“Menurutmu aneh tidak,” lanjut Donghae, ia masih memandang IU dan tidak menggubris pandanganku. Padahal aku tahu pandanganku pasti sudah mengganggunya. “Kau diberi beasiswa, lalu kemudian hidupmu malah dihancurkan oleh perusahaan yang sama?”
IU mengernyit, “Mungkin itu hanya kebetulan, oppa.”
Donghae mengangguk pelan, “Dan ada kebetulan yang lain pula bahwa yang nyaris mencoba menghancurkan perusahaan keluargaku adalah perusahaan yang sama. X88 Co.”
Jantungku berdetak lebih cepat. Bagaimana Donghae bisa sampai menyimpulkan seperti ini?
IU benar-benar menghentikan pekerjaannya. Ia menaruh pulpennya, “Tapi perusahaan itu memang rival keluargamu sejak dulu kan?”
Donghae mengangguk, “Tapi ada kebetulan lain yaitu kita diserang dalam waktu yang amat berdekatan. Dan aku lupa menyebutkan, bahwa kebetulan kita sama-sama sahabat Hyukjae.”
Aku berdeham, “Donghae, apa maksudmu?”
Akhirnya Donghae menoleh padaku, “Cho Kyuhyun adalah teman kecil Hyemin yang tidak pernah bisa menerima hubunganmu dengan Hyemin kan?”
Aku terdiam.
“Oppa, maksudmu,” kali ini IU yang bicara. “Cho Kyuhyun-yang adalah pemilik XO Group-yang merupakan teman kecil Hyemin-memang bermaksud untuk menghancurkan Hyukjae oppa dan Hyemin? Dan ia menggunakan kita sebagai alatnya?”
“Pintar,” balas Donghae. “Itu analisaku.”
Aku mencelos. Aku berharap ada cara untuk menghilang dari tempat itu detik itu juga. Tapi itu tidak mungkin. Aku tidak punya pilihan. Dua orang ini adalah orang yang paling mengenalku dan aku tidak pernah bisa bohong dengan mereka. Ini kiamat.
“Hyukkie,” ujar Donghae. “Jelaskan mengapa kau bisa putus dengan Lee Hyemin.”
*****