Sep 28, 2012 23:38
A/N: Seperti biasaa, supaya dapet feel-nya, dengerin ini yaa, hehe.
“Tolong dandani dia secantik mungkin.” Tao menurunkan Chanyeol di atas lantai dan mendirikannya dengan hati-hati. Chanyeol melepaskan lingkaran lengannya dari sekitar leher Tao dan melipat kedua tangannya, kesal.
“Pacarnya sudah menunggu di tempat lain.”
“P-pacar?!” Chanyeol membelalakkan matanya. Ia menatap Tao dan Sehun secara bergantian, tidak percaya.
Bagaimana bisa dua manusia ini bersatu?! Sepengetahuannya, mereka berdua saling berbeda satu sama lain, dan bahkan dirinya tidak pernaha mendengar ada cerita tentang mereka berdua, jadi?
“Ah, dia memang begitu, agak sedikit malu-malu kalau ditanya soal pacarnya.”Timpal Sehun sembari terkekeh sedikit dan menatap Chanyeol. Chanyeol menyipitkan matanya sedikit dan menggertakkan giginya kesal.
Sang petugas salon tersebut; yang sedari tadi telah berdiri di depan pintu untuk menunggui mereka; hanya tertawa kecil melihat tingkah Sehun dan Tao, yang menurutnya lucu. Menggoda temannya tidak karuan seperti itu.
“Yah! Aku tidak memiliki pacar! Kau hanya mengada-ada!” Ucap Chanyeol sembari menghindari tatapan aneh sang petugas salon. Tatapan itu terkesan menggodanya dan seolah menyetujui perkataan Sehun dan Tao tentangnya. Ia kesal.
“Itu reaksi yang selalu dia berikan ketika kami mulai membahas soal pacarnya, harap dimaklumi.” Tao tersenyum sopan ke arah petugas salon tersebut. Lagi-lagi, petugas salon itu hanya tertawa kecil sembari menutup mulutnya dengan punggung tangannya. Ia menatap Chanyeol dengan tatapan seolah ia memaklumi keadaannya; sebagai seseorang yang baru pertama kali merasakan cinta kepada seseorang yang lain.
“Y-yah-“
“Aku sarankan lebih baik kau cepat, karena acaranya sudah mau mulai.” Ucap Tao kepada petugas salon itu, dengan sengaja memotong perkataan Chanyeol yang ia yakin, pasti isinya adalah protes-protes dan sangkalan.
“Y-yah! Aku tidak-“
“Mungkin kau lebih memilih cara ini, daripada kugendong kesana lagi, mungkin?” Tao mendekatkan wajahnya ke arah samping wajah Chanyeol dan berbisik tepat di telinganya. Chanyeol membelalakkan matanya lagi.
“Baiklah, kalau memang itu yang kau mau.” Tao menurunkan tubuhnya sedikit, kedua lengannya ia ulurkan untuk meraih bagian tubuh Chanyeol; bagian belakang lutut dan pinggang. Tao menyelipkan lengannya di sekitar area tersebut dan mulai menggendong Chanyeol lagi, persis mengulang apa yang ia lakukan pada Chanyeol di mobil tadi.
“Baik, baik! Aku akan jalan sendiri! Kau tidak perlu menggendongku!” Ucap Chanyeol sembari memukul tangan Tao. Tao melepaskan kedua lingkaran lengannya dari pinggang dan lutut Chanyeol dan tersenyum puas.
“Jadi?” Tao mengangkat kedua alisnya dan menatap Chanyeol.
Chanyeol mengepalkan kedua tangannya dan menghela nafas panjang. “Baiklah.”
“Baiklah apa?”
“Aku mau didandani.”
“Akhirnya!” Seru Sehun senang sembari menepukkan kedua tangannya satu sama lain dengan kencang. Ia tersenyum lebar ke arah Chanyeol. Chanyeol menghela nafas panjang untuk yang kedua kalinya dan menurunkan bahunya lemas.
Bagaimana mungkin ia tega melakukan sesuatu yang memliki kemungkinan terbesar untuk terhapusnya sebuah senyuman riang dan lugu dari wajah Sehun?
Chanyeol menarik kedua ujung bibirnya dan melemparkan sebuah senyum manis kepada Sehun; walaupun terpaksa. Jika ia harus terluka dan tidur di tengah jalan, ia akan melakukannya asalkan imbalannya adalah sebuah senyum tulus dari Sehun.
Sehun benar-benar sudah Chanyeol anggap sebagai adik kandung sendiri.
Chanyeol hanya pasrah dan memajukan kedua bibirnya tanda tidak terima ketika Sehun dan Tao mendorongnya untuk mengikuti kemana sang petugas salon itu pergi. Terdengar samar-samar Sehun dan Tao sedang terkekeh di belakang.
Dasar, tukas Chanyeol dalam hati.
________________________________________________________________________________________________________________________________
Baekhyun menyenderkan punggungnya pada senderan sofa dan menghela nafas; panjang. Ia menopangkan satu kakinya di atas kakinya yang lain. Kai dan Xiumin belum terlihat berjalan-jalan di sekitarnya dan keluar dari ruangannya.
Baekhyun menutup matanya sejenak. Ia mengangkat pergelangan tangannya; dimana disitu melingkar secara elegan dan maskulin sebuah jam tangan yang mahal dan ber-merek terkenal; dan melirik ke arah jarum jam pendek yang menunjukkan pukul 8.
Baekhyun menjentikkan lidahnya kesal dan memalingkan pandangannya.
Dimana dia? Bukankah sudah kukatakan untuk datang tepat jam 8?
Dasar orang lamban.
________________________________________________________________________________________________________________________________
“Teman kalian sudah rapi. Kalian bisa berangkat sekarang.” Ucap sang petugas salon secara tiba-tiba, mengagetkan Sehun dan Tao yang sedang memandang satu sama lain.
Sehun segera bangkit dari tempat duduknya; lebih tepatnya melompat; dan berjalan ke arah sang petugas salon itu dengan antusias. Matanya membesar dan berbinar-binar, seolah sudah mengetahui dan menerka-nerka bahwa hal yang akan ia lihat berikutnya adalah sangat indah.
Sehun tersenyum lebar. Tao mengikutinya dari belakang.
“Noona, dimana Chanyeol-hyung sekarang?” Tanya Sehun kepada sang petugas salon tersebut. Ekspresi wajahnya benar-benar menggambarkan sebuah permintaan harapan; ekspektasi yang besar.
Sang petugas salon tersebut tersenyum dan memiringkan dagunya sedikit, menggunakannya untuk menunjuk sesuatu. Ia menggeser tubuhnya ke samping.
“Tuh.”
Sehun dan Tao menolehkan wajah mereka ke arah belakang, sebelum kemudian memutar tubuh mereka.
Ada sebuah sepatu yang tersembul dari balik tembok, sebelum kemudian diikuti dengan kaki jenjang yang panjang; dan ramping; dan seluruh tubuh.
Sehun membelalakkan matanya tak percaya dan spontan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia tak bisa berkata apa-apa.
Tao membelalakkan matanya; walau hanya samar-samar dan tidak sekentara Sehun; dan memajukan wajahnya sedikit untuk mendapatkan penglihatan yang lebih baik pada orang yang sedang berdiri dengan gesture malu-malu di hadapannya. Ia menelan ludahnya tidak percaya. Ia bahkan hampir tidak bisa mengenali Chanyeol sekarang.
Chanyeol benar-benar terlihat cantik sekarang. Wajah yang biasanya tidak pernah ia niatkan untuk dirawat atau dipoles, kini disulap menjadi sebuah wajah yang bersih, memukau, dan berbeda. Ia terlihat benar-benar manis dan agak sedikit mirip dengan anak perempuan.
Rambut yang sehari-harinya hanya disisir saja tanpa diberi apapun atau dibentuk sebuah model, kini ter-desain dan terbentuk secara indah. Membingkai wajahnya yang putih dan imut. Ia bahkan mengenakan hairpin di rambutnya; tepatnya di bagian samping kepalanya.
Baju yang sehari-hari ia kenakan; kebesaran dan agak lusuh; kini berubah menjadi sebuah pakaian yang anggun dan elegan; begitu pas pada lekukan-lekukan tubuhnya.
Benar-ben-
Oh, satu lagi. Sepatunya. Sepasang sepatunya.
Tidak terbuat dari kaca seperti sepatu Cinderella, namun benar-benar terlihat sangat bagus dan tidak biasa. Sepatu itu menggunakan tali putih pada bagian atasnya; seperti tali pada sepatu warrior; dan sebuah ukiran yang cantik di sekitar area untuk bagian tumit dan pergelangan kaki. Sangat pas untuk ukuran kaki Chanyeol.
Dan bahkan Chanyeol sempat ingat akan percakapannya dengan sang petugas salon tersebut ketika sang petugas salon tersebut memakaikan sepatunya pada kaki Chanyeol.
“Sepatu ini hanya akan bisa dipakai oleh satu orang di dunia, tidak lebih.”
“K-Kenapa bisa begitu?”
“Sepatu ini memang di-desain khusus seperti itu. Orang lain yang menginginkan sepatu ini tidak akan pernah bisa berbohong dengan mengaku-akuinya. Sepatu ini ibarat mutlak milikmu, karena hanya kau-lah satu-satunya di dunia ini yang bisa pakai.”
Sehun berjalan pelan ke arah Chanyeol, mengamatinya dengan tatapan tidak percaya sekaligus terpukau. Ia berjalan mengitari Chanyeol yang sibuk memainkan jari-jemarinya satu sama lain tersipu.
“Kau benar-benar cantik hyung.” Bisik Sehun pelan. Ia mengangkat tangannya untuk menyentuh ujung baju baru milik Chanyeol. Chanyeol semakin menundukkan kepalanya malu.
“Coba kalau kau berdandan seperti ini setiap hari hyung, Baekhyun pasti akan kesulitan menahan dirinya untuk tidak menyatakan cinta padamu.” Goda Sehun sembari mengerlingkan matanya ke arah Chanyeol. Ia tersenyum jahil dan terkekeh pelan.
“Y-yah!” Chanyeol memukul lengan Sehun malu-malu. Rona kemerah-merahan yang menjalar dan menghiasi kedua pipinya tidak dapat ia sembunyikan lagi.
________________________________________________________________________________________________________________________________
“Baekhyun-sshi, sekarang giliranmu memberikan sambutan.”
Baekhyun mengerang kesal dan memutar kedua bola matanya. “Tidak bisakan ditunda sebentar saja? Semua tamu belum datang.”
Lelaki paruh baya tersebut menggeleng pelan, tangannya memegang sebuah note kecil dan pena yang ia keluarkan dari saku jas-nya. “Tidak bisa Tuan, disini tertulis-“
“Baik, baik. Kau tidak usah menceramahiku, aku akan kesana.” Potong Baekhyun dengan cepat sembari beranjak dari sofa-nya. Ia menatap lelaki paruh baya itu sebentar; dengan tatapan kesal; sebelum kemudian melenggang pergi dengan sejuta gaya andalannya, angkuh.
“Maafkan saya Tuan.” Lelaki paruh baya itu menyempatkan dirinya untuk membungkukkan badannya ke arah Baekhyun; yang notabene-nya merupakan majikannya; dan mendapatkan balasan yang cukup menyakitkan.
Semoga saja suatu saat nanti ia bertemu dengan orang yang mampu mengubahnya menjadi lebih baik, do’anya.
________________________________________________________________________________________________________________________________
Chanyeol menggigit kukunya nervous. Ia tak henti-hetinya menatap ke arah kaca spion dan luar jendela mobil secara bergantian. Ia bahkan tidak bisa duduk tenang tanpa berkeringat sedikit di atas jok mobil Tao.
“Gugup hyung?” Tanya Sehun tiba-tiba sembari menolehkan kepalanya ke arah Chanyeol. Chanyeol mengangguk-anggukkan kepalanya pelan.
“Wajar. Pengalaman pertama memang selalu begitu.” Ucap Sehun sembari tersenyum lembut. Ia mengulurkan tangan kanannya untuk menggenggam tangan Chanyeol, mencoba menenangkannya melalui cara seperti itu.
Tao menatapnya secara tidak sengaja melalui kaca spion. Bagaimana Sehun tersenyum, bagaimana Sehun menunjukkan rasa pedulinya kepada orang lain, bagaimana Sehun dengan riang dan senang hati membantu orang lain, bahkan bagaimana Sehun dengan mudahnya khawatir dengan keadaan orang lain.
Tao pikir ia benar-benar jatuh cinta pada namja cantik itu.
Chanyeol menghembuskan nafasnya secara perlahan. Ia tidak dapat memungkiri, seluruh tubuhnya terasa sangat gemetar sekarang. Bahkan mungkin Sehun bisa merasakannya melalui telapak tangannya yang terasa basah dan bergetar hebat.
‘Hwaiting Chanyeol!’ Chanyeol berbisik dalam hatinya.
________________________________________________________________________________________________________________________________
Riuh tepuk tangan terdengar, menggema dan menjalar hingga ke setiap ujung ruangan. Seluruh tamu undangan yang sudah datang tampak memenuhi ruangan aula yang luas nan mewah itu.
Baekhyun membetulkan tuksedo hitam-nya, tidak ingin terlihat jelek dan ‘salah’ di hadapan orang banyak; walaupun hanya sedikit. Ia melangkah menaiki satu persatu anak tangga sebelum kemudian berjalan di atas panggung, menuju ke arah dimana mic sedang berada.
Baekhyun mengetuk-ngetukkan ujung jarinya kepada kepala mic itu dan mulai mengambil nafas dalam. Ia berdehem sedikit.
Panggung itu pas menghadap ke arah pintu aula yang terbuka lebar. Baekhyun dapat melihat dengan jelas siapa-siapa saja yang sudah datang melalui pintu besar dan mewah itu. Ia menggertakkan giginya sedikit, dia belum juga datang.
________________________________________________________________________________________________________________________________
“Chanyeol hyung.”
Chanyeol menarik nafas dalam, dan mengeluarkannya secara perlahan. “Y-ya?”
Ia tidak bohong. Ia benar-benar gugup sekarang.
“Kita sudah sampai.”
A/N: Maaaaaf, kalo apdetannya ngga memuaskan, hehe. Kebetulan author ada sedikit waktu luang nih, hehe. Fic ini masih jadi tanggung jawab author kan? ^___^
Semoga temen-temen suka sama ceritanyaaa ^____^