Characters: Yesung and Siwon
Pairing: YeWon (as always)
Rate: G
Genre: lemme think.....
Warning: written in Bahasa since I'm too lazy to write in English... hiahahaha
Another warning: cheesy me, cheesy story.... totally cheesy that maybe you're gonna puke... reading at your own risk
greatly insiperd by Dee's poem Barangkali Cinta
Barangkali cinta…. jika darahku mendesirkan gelombang yang tertangkap oleh darahmu dan engkau beriak karenanya. Darahku dan darahmu, terkunci dalam nadi yang berbeda, namun berpadu dalam badai yang sama.
Pernah mengenal orang yang amat sangat mengandalkan logikanya sampai-sampai terkadang merasa kotak fantasinya pasti sudah rusak atau hilang entah kemana? Choi Siwon adalah salah satu dari orang menyebalkan tersebut. Pria ini tidak pernah menyukai cerita fantasi seperti Snow White, Cinderella dan atau dongeng lainnya. Pria ini selalu mencibir pada cerita drama, film, atau novel yang mengangkat tema cinta pada pandangan pertama, cinta karena sebuah kebetulan atau cinta yang bertahan selama bertahun-tahun lamanya meski sudah lama terpisah.
“Bagaimana mungkin kau bisa jatuh cinta sebelum mengenal orang itu? Mengetahui bagaimana dia bicara, apa yang disukainya, atau kegiatan sehari-harinya?” Untuk kesekian kalinya Siwon mengeluarkan argumentasi ‘logis’nya pada sahabatnya, Lee Dong Hae. Adalah sebuah keajaiban kedua orang ini bisa berteman selama bertahun-tahun. Jika Siwon adalah orang yang mengandalkan logika, maka Dong Hae adalah pria polos yang percaya keajaiban cinta. Jika Siwon lebih menyukai membaca biografi petinggi dunia atau tokoh-tokoh sukses, maka Dong Hae penggemar novel bertemakan cinta - dari cerita Chun Hyang, Romeo&Juliet, hingga Twilight. Pria itu pemuja Kahlil Gibran dan bahkan Rumi.
“Untung hanya ada sedikit orang seperti mu di dunia ini.” Dong Hae mengacungkan novel yang sedang dibacanya tepat di wajah Siwon. “Pasti dunia ini akan kering kerontang kehabisan romantisme kalau 50 persen saja penghuni dunia ini adalah orang-orang seperti mu.”
“Kalau semua orang seperti mu di dunia ini, kurasa bahkan bulanpun akan kalian ubah hingga berbentuk hati dan berwarna merah muda.” Siwon tidak mau kalah.
“Sudah, aku kemari untuk bersantai. Aku sedang tidak ingin beradu argument denganmu.” Dong Hae mengangkat buku yang dipegangnya hingga menutupi wajahnya dan menghalangi pandangan Siwon dari pria di hadapannya itu. Siwon hanya bisa berdecak nyaring melihat sikap Dong Hae.
Malam ini adalah Sabtu malam dan kedua sahabat ini senang sekali berkeliling Seoul setiap akhir pekan, kemudian berhenti di café yang belum pernah mereka datangi sebelumnya. Malam ini mereka singgah di café yang terletak cukup jauh dari pusat kota Seoul. Sebuah café dengan nama MouseRabbit.
Siwon melayangkan pandangannya pada panggung yang tidak terlalu besar di salah satu bagian café. Sepertinya akan ada yang menyanyi di café ini karena seorang karyawan cafe terlihat tengah menyiapkan standing mic dan mengatur tata suara dari sound system berukuran sedang yang diletakkan di kedua sisi panggung.
Siwon tidak pernah percaya pada keajaiban cinta. Tidak pernah percaya bahwa seseorang bisa saja jatuh tanpa kendali hanya dalam satu pertemuan singkat.
Kecuali malam ini.
Mata tajam Siwon mengikuti gerakan seorang pria yang mengenakan jas berwarna biru malam dengan kemeja putih di dalamnya. Penampilan yang cukup sederhana namun terlihat menakjubkan di mata Siwon seolah pria itu baru pertama kali melihat seseorang terlihat begitu sempurna mengenakan kemeja dan jas.
Tidak sedetikpun Siwon melepaskan pandangannya dari pria yang mulai berdiri di hadapan standing mic. Nafas Siwon terasa tercekat dan jantungnya seolah tiba-tiba berhenti saat pria itu mulai mengeluarkan suara baritonnya beberapa saat setelah musik mengalun.
Tidak pernah sekalipun Siwon merasa darahnya berdesir seketika, seperti saat ini. Siwon sama sekali tidak mengerti bagaimana bisa pria itu menyanyikan sebuah lagu ballad seolah dia benar-benar sedang sedih karena patah hati. Seluruh emosi lagu yang dinyanyikannya tergambar jelas di wajahnya. Semua perasaan sakit itu. Semua perasaan kecewa. Sebuah penantian panjang.
Atau apakah dia benar-benar sedang patah hari sekarang?
Untuk pertama kalinya Siwon merasa dadanya bergemuruh hanya dengan melihat seulas senyum dari pria yang bahkan tidak ia ketahui namanya.
Malam ini, hingga pria itu akhirnya selesai bernyanyi, otak Siwon terus meneriakkan satu kalimat yang sama berulang-ulang, “mungkinkah ini cinta?”
Barangkali cinta…jika nafasmu merambatkan api yang menjalar ke paru-paruku dan aku terbakar karenanya. Nafasmu dan nafasku, bangkit dari rongga dada yang berbeda, namun lebur dalam bara yang satu.
Yesung sudah beberapa kali mencoba menjalin hubungan dengan orang lain tapi semuanya berakhir gagal. Hingga akhirnya Yesung memutuskan untuk berhenti mencoba menjalin hubungan dengan siapapun dan membiarkan hatinya jatuh cinta pada saat yang memang sudah ditentukan semesta. Karena jatuh cinta adalah tentang jatuh tanpa perlu dikendalikan. Jatuh dengan sendirinya.
Beberapa tahun terakhir Yesung merasa berbagi kebahagiannya dengan orang tuanya dan adik laki-lakinya sudah cukup. Pria itu tidak begitu memusingkan masalah kekasih ataupun pernikahan. Sekali lagi, jika memang hatinya belum menemukan takdirnya maka tidak ada gunanya memaksakan diri.
Yesung menikmati waktunya di café, membantu adiknya mengelola tempat yang sudah mulai berkembang ini. Sedikit demi sedikit ia belajar tentang mengolah kopi dari adiknya yang lebih handal darinya.
Pada setiap akhir pekan Yesung akan mengisi panggung yang ada di salah satu bagian café. Pria itu akan bernyanyi untuk para pengunjung selama satu atau dua jam. Menyanyi adalah salah satu hobi Yesung dan dia jelas diberkahi dengan suara yang akan membuat siapapun yang mendengarnya terhisap dalam setiap alunan kata berirama yang keluar dari mulutnya.
Malam ini, seperti akhir pekan biasanya, Yesung berdiri di atas panggung. Berdiri tepat di depan mic dan mengambil nafas dalam sebelum mulai bernyanyi.
Tapi malam ini, untuk pertama kalinya Yesung merasa telinganya menangkap satu tarikan nafas dengan amat sangat jelas, seolah di ruangan ini hanya ada dua orang. Ia dan pemilik tarikan nafas itu.
Yesung membuka matanya dan mengendarkan pandangannya ke sekeliling café yang sudah dipenuhi oleh pengunjung. Ada yang datang dengan pasangan, teman kerja, teman sekolah atau keluarga. Namun matanya masih belum bisa menemukan siapa pemilik tarikan nafas yang begitu jelas menginvasi indera pendengarannya.
Sesaat kemudian suara musik mulai terdengar, pertanda ia harus melakukan tugasnya sebagai penyanyi. Suara musik mulai memenuhi indera pendengaran Yesung, mengaliri setiap nadinya dengan emosi yang ditimbulkan alunan nada itu dan menterjemahkan setiap bagiannya menjadi kata-kata yang ia lantunkan.
Tapi di sela suara musik yang masuk ke gendang telinganya sendiri.
Di sela suara nyanyian yang berasal dari mulutnya sendiri.
Yesung kembali mendengar suara tarikan nafas pelan nan lembut itu.
Saat Yesung akhirnya menyelesaikan satu lagu, pria itu sekali lagi mengendarkan pandangnnya ke sekeliling ruangan dan mengamati setiap pengunjung.
Saat itulah.
Di salah satu sudut café. Seorang pria duduk.
Menatap ke arahnya sama seperti Yesung yang juga menatap ke arahnya.
Bernafas dengan satu tarikan yang sama dengan tarikan nafasnya.
Saat itulah Yesung bertanya pada hatinya, “mungkinkah ini cinta?”
Barangkali cinta..jika ujung jemariku mengantarkan pesan yang menyebar ke seluruh sel kulitmu dan engkau memahami ku seketika. Kulitmu dan kulitku, membalut dua tubuh yang berbeda, namun berbagi bahasa yang serupa.
Minggu kedua Siwon mengunjungi café yang sama dengan yang ia datangi minggu sebelumnya. Sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Sesuatu yang jelas membuat Dong Hae heran. Tapi hanya perlu melihat sekilas, pria itu sudah bisa mengerti alasan Siwon mengajaknya kembali ke café bernama MouseRabbit itu.
“Kau menyukainya?” Lebih terdengar sebagai pernyataan sebenarnya jika dibandingkan dengan pertanyaan. Siwon menoleh dan melemparkan tatapan membunuh pada Dong Hae, tapi pria itu justru tertawa pelan. “Kau menyukainya!” Kali ini pria itu terdengar benar-benar yakin.
Siwon membuang wajahnya dan kembali memfokuskan pandangannya pada pria yang sekarang menyanyikan lagu The More I Love. Seluruh pengunjung terkesiap saat pria itu sampai di bagian akhir lagu itu dengan nada tinggi yang memenuhi seluruh bagian café, mengirimkan emosi yang membuat semua orang merinding.
Pria itu kemudian memberi tahu ia akan beristirahat sebentar sekitar 15 menit. Tepat saat ia turun dari panggung, Dong Hae beranjak dari tempat duduknya dan tanpa ragu mendatangi penyanyi itu. Mata Siwon mendadak membulat ketika melihat Dong Hae membisikkan sesuatu pada sang penyanyi sambil menunjuk meja tempat ia dan Dong Hae duduk.
Jantung Siwon berhenti berdetak lalu sedetik kemudian kembali bekerja dalam kecepatan berkali-kali lipat saat pria tadi melihat tepat ke arah Siwon. Tubuh Siwon mendadak tegang, tidak dapat digerakkan sedikitpun saat Dong Hae berjalan kembali menuju mejanya dan Siwon. Diikuti sang penyanyi.
“Siwon, kau tidak mau berkenalan dengan penyanyi tampan ini?” Ucap Dong Hae sambil mengedipkan sebelah matanya pada Siwon yang terdiam mematung. “Namanya Kim Yesung.”
Pria itu mengulurkan tangannya seraya menyebutkan namanya.
“Choi Siwon.” Setelah beberapa detik Siwon akhirnya bisa mengendalikan dirinya dan berhasil menyebutkan namanya. Siwon menjulurkan tangannya, menyambut uluran tangan Yesung.
Tepat saat keduanya saling bertukar panas tubuh melalui telapak tangan yang bersentuhan, Siwon bertanya pada otaknya, “apakah ini cinta?”
Tepat saat kulit jemari mereka bergesekan, Yesung bertanya pada hatinya, “apakah ini cinta?”
Barangkali cinta..jika tatap matamu membuka pintu menuju jiwa dan aku dapati rumah yang kucari. Matamu dan mataku, tersimpan dalam kelopak mata yang terpisah, namun bertemu dalam setapak yang searah.
Siwon selalu percaya, perlu waktu cukup lama untuk bisa benar-benar mengenal seseorang. Perlu sekian perbincangan untuk bisa mengetahui seperti apa sifat seseorang. Siwon selalu yakin, jatuh cinta tidak bisa terjadi dalam sekejap pada orang yang belum pernah diajak bicara sebelumnya.
Tapi tidak kali ini.
Tidak saat Yesung kembali ke panggung dan mulai menyanyi. Tidak saat sepasang mata sipit itu terus beradu pandang dengan matanya, dan dalam sekejap seluruh pengunjung seolah menghilang dari penglihatan mereka.
Ada perbincangan tanpa suara. Ada percakapan yang tercipta melalui udara yang mengalir di antara Yesung dan Siwon.
Yesung memang bukan penyanyi professional. Ia tidak dibayar untuk setiap penampilannya. Tapi Yesung selalu berusaha menampilkan yang terbaik dalam setiap penampilannya. Bagi pria itu, lagu adalah rangkaian cerita yang ingin diungkapkan oleh penciptanya, bukan hanya melalui kata-kata ataupun alunan nada namun juga melalui emosi.
Yesung selalu berusaha mengeluarkan emosi yang ingin ditunjukkan oleh lagu yang dibawakannya melalui ekspresi dan tatapan matanya.
Tapi kali ini, Yesung hanya ingin menatap pada satu sisi bagian café. Kali ini, setiap ekspresi yang ditunjukkan Yesung hanya ditujukan pada satu orang pengunjung. Kali ini Yesung ingin berbicara melalui lagu yang ia bawakan pada satu orang pria saja.
Saat kedua pasang mata itu saling beradu, keduanya tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya pada otak dan hati, “inikah rumah ku? Inikah takdir ku?
Barangkali cinta..karena darahku, nafasku, kulitku, dan tatap mataku, kehilangan semua makna dan gunanya jika tak ada engkau di seberang sana.
Yesung sudah berkali-kali bernyanyi di hadapan orang banyak. Gugup bukan lagi masalah bagi pria itu. Dia hanya perlu menghafal lirik lagu yang akan dinyanyikannya dua atau tiga hari sebelum tampil. Dia biasanya hanya memilih asal pakaian yang akan dikenakan untuk tampil.
Tapi tidak dengan minggu ini.
Yesung memilih dengan teliti setiap lagu yang akan ia nyanyikan. Membaca dengan seksama lirik lagu yang akan ia bawakan, memastikan semua perasannya terungkapkan dengan tepat saat ia menyanyikannya nanti.
Yesung memilih dengan benar pakaian yang akan ia kenakan. Mulai dari kaos, jas, celana, sepatu, bahkan kaos kaki yang akan ia pakai. Semuanya harus terlihat sempurna.
Minggu ini mood Yesung berubah-ubah antara gugup dan senang.
Namun saat akhirnya tiba waktunya untuk menampilkan apa yang sudah ia persiapkan. Saat akhirnya Yesung berdiri di atas panggung, di hadapan pengunjung café. Perasaannya berganti menjadi kekecewaan yang terus menggunung dalam setiap detiknya.
Tidak ada tarikan nafas yang sangat familiar di telinganya.
Tidak ada sepasang mata yang mengajaknya berbicara.
Pria itu tidak ada di tempat ia biasa duduk malam ini.
Seluruh kata yang dinyanyikan Yesung terasa hampa dan tidak berarti. Semua lagu yang dinyanyikan Yesung terdengar kosong tak bermakna.
Malam itu, Yesung kembali bertanya pada hatinya, “benarkah ini cinta?”
Barangkali cinta..karena darahmu, nafasmu, kulitmu, dan tatap matamu, kehilangan semua perjalan dan tujuan jika tak ada aku di seberang sini.
Siwon bukanlah workaholic tapi pria itu jelas menyukai pekerjaannya sebagai arsitek. Rancang bangun adalah passionnya dan designing adalah salah satu sumber kebahagiannya. Pekerjaan Siwon terkadang mengharuskan pria itu tetap bekerja pada akhir minggu. Biasanya hal ini tidak menjadi masalah bagi Siwon.
Tapi tidak kali ini.
Minggu ini, di antara kertas-kertas desain, di tengah-tengah ruang kerja yang biasanya menjadi salah satu tempat menyenangkan baginya, Siwon justru merasa pekerjaannya amat menyebalkan.
Minggu ini, Siwon mendadak membenci kertas gambar, pensil atau benda apapun yang berbau rancangan. Yang ingin diinginakan pria itu hanyalah satu; berada di sebuah café.
Pria itu ingin mendengarkan sekali lagi suara yang paling indah yang pernah didengarnya.
Pria itu ingin sekali lagi berhadapan dengan sepasang mata paling dalam yang pernah dipandangnya.
Pria itu ingin merasakan udara yang sama dengan udara yang mengelilingi sang penyanyi.
Malam ini, Siwon kembali bertanya pada otaknya, “benarkah ini cinta?”
Pastilah cinta..yang punya cukup daya, hasrat, kelihaian, kecerdasan, dan kebijaksanaan untuk menghadirkan engkau, aku, ruang, waktu dan menjembatani semuanya demi memahami dirinya sendiri.
Siwon tidak perduli pada angin dingin yang menusuk-nusuk kulit wajahnya saat ia keluar dari kantornya dan mulai berjalan menuju mobilnya.
Siwon tidak menggubris jam di mobilnya yang sudah menunjukkan lewat tengah malam dan itu berarti café yang menjadi tujuannya sudah tutup.
Tidak.
Siwon menentang semua logikanya saat ini.
Yesung tidak merasa terganggu pada kegelapan yang mengitarinya. Yesung sama sekali tidak berniat untuk menyalakan lampu café, setidaknya untuk menemaninya yang tengah duduk sendirian di dalam café.
Yesung masih belum beranjak dari tempat duduknya meski café sudah tutup sejak berjam-jam yang lalu.
Hatinya berkata untuk tetap berada di sana.
Dan kali ini Yesung percaya sepenuhnya pada hatinya.
Semestalah yang mengatur setiap pertemuan. Semestalah yang memiliki kuasa untuk menentukan setiap langkah penghuninya. Lalu siapakah manusia yang bisa mempertanyakan keputusan semesta saat ia menginginkan dua hati untuk bertemu dalam satu takdir? Lalu siapakah manusia yang bisa menentang setiap skenario yang sudah disiapkan semesta-meski diluar logika sekalipun?
Maka logika Siwon pun tunduk pada hatinya saat pria itu melangkah menuju café yang sudah terlihat gelap, namun ia bisa melihat dengan jelas seorang pria tengah duduk sendirian di dalam café.
Maka Yesung pun mengikuti hatinya yang memerintahkannya untuk mulai melangkah menuju pria yang baru saja turun dari mobilnya dan mulai berjalan dengan pasti ke arahnya.
Maka saat keduanya saling berhadapan satu sama lain.
Dan saat keduanya bisa merasakan nafas hangat dalam satu tarikan dan helaan nafas yang sama.
Dan saat keduanya mendengar gemuruh yang sama dari jantung yang berbeda.
…mulut mereka akhirnya mengucapkan satu kalimat yang sama, “ini cinta.”
-kkeut-
*told ya, it's cheesy! hahahaha