title: misread
pairing: yixing/cinta
warn: in bahasa
“Dance, when you’re broken open. Dance, if you’ve torn the bandage off.
Dance in the middle of the fighting. Dance in your blood. Dance when you’re perfectly free.”
― Rumi
*
For Yixing, nothing could satisfy him besides dancing. He thinks dancing is the only thing that makes him fit in the community.
Dancing is the only way to express his affection towards everything.
Pertama kalinya Yixing menyaksikan sekelompok remaja di tengah kerumunan ramainya Kota Changsha pada saat itu; melakukan gerakan-gerakan yang menyiratkan arti tersendiri, sinkronisasi, pasang-pasang mata yang haus akan pujian dan peluh yang mengalir di atas kulit mereka. Yixing terdiam-atau lebih tepatnya terkagum. Tangan mungilnya yang sedari tadi mengenggam kedua jemari ibunya perlahan-lahan terlepas. Kedua kakinya melangkah mendekat. Ingin merasakan sensasi aneh yang menggelitikinya lebih dekat.
Yixing wants to be a piece of them.
Yixing thinks dancing is such a distinctive way to communicate with each other, where the synchronization with other members means that they have one goal to reach. Together.
*
“Break for 15 minutes, guys!”
Lelaki tersebut sengaja menjatuhkan tubuhnya di atas lantai yang terbuat kayu, sekarang pandangannya menghadap langit-langit di sebuah ruangan yang dikelilingi cermin-cermin tersebut. Tidak hanya dirinya yang berbaring seperti itu, rekan-rekan satu timnya juga bertindak yang sama. Baru saja dia ingin memejamkan matanya, tiba-tiba ada sensasi elektrik mengejutkan wajahnya. Dia pun membuka kedua matanya dan mengernyit saat mendapati sekaleng minuman isotonik dingin berada di depannya.
“Ergh… go away, Kai. Go find someone else you can disturb with,” gerutu Yixing, memejamkan kedua matanya lagi sembari menutup wajahnya dengan topi bisbolnya, “I need a rest…”
“Tsch, who doesn’t? You’re not fun, Lay.” Kai pun pergi meninggalkan Yixing yang tergeletak tak berdaya, berjalan menuju ke seorang lelaki berkulit seputih susu-melakukan perbuatan sama seperti yang dia lakukan terhadap Yixing sebelumnya.
Yixing is fun. But, he often doesn’t get along with other jokes or perhaps Kai was right.
Akhir-akhir ini, tim mereka sedang melakukan latihan intensif dikarenakan mereka menjadi salah satu kontestan dalam kompetisi menari hip-hop. Pukul 12 siang mereka mulai berlatih dan biasanya latihan selesai pada jam 12 malam atau 1 pagi, bahkan mereka pernah menginap di dalam studio latihan tersebut. Akan tetapi, jarang sekali salah satu di antara mereka mengeluh dengan jadwal ketat serta rutin bagaikan trainee-trainee yang bernasib untuk menghibur penikmat kedustaan dari dunia hiburan-mungkin, karena mereka memiliki satu tujuan yang sama dan mereka memang terlahir untuk menari.
Yixing direkrut oleh tim EXO setahun lalu di pinggir jalan wilayah Beijing. Sebelum bergabung dengan tim tersebut, Yixing menghabiskan waktunya untuk melakukan pertunjukan menari secara cuma-cuma di depan umum. Tujuannya adalah untuk menyampaikan pesan melalui gerakan-gerakan tarian yang dia lakukan. Menjalani hidup seperti dia lakukan memang cukup sulit pada awalnya, apalagi setelah pergi meninggalkan kota kelahirannya, Changsha-demi meraih impian terdalam Yixing.
Lay, bagaimana para penikmat tariannya menyerukan namanya di tengah keramaian kota, bertepuk tangan serta melakukan sorak-soraian.
Lelaki tersebut tidak dapat membohongi dirinya sendiri apabila dia menyukai momen pada saat itu. Seolah-olah sekelompok orang yang menyaksikan pertunjukannya di malam itu, merupakan representasi dari seluruh dunia. Perasaan hangat yang memeluk dirinya menyadarkan Yixing akan satu kenyataan, bahwa dia harus membuktikan dan membahagiakan kedua orang tuanya-terutama neneknya.
Grandma, I will be your Yixing who will be standing on the stage, whose head held high and the crowd will be shouthing his name in an adoring manner.
Lima belas menit pun telah berlalu, Yixing beranjak dari posisinya seraya berjalan ke arah belakang. Membuka kaus tangan buntung berwarna kelabu yang dikenakannya, menggunakannya untuk mengelap peluh-peluh pada kulitnya dan mengenakan kaus baru yang masih kering. Kebiasaannya yang selalu melamun dalam waktu-waktu tak tertentu membuat rekan-rekan Yixing memanggilnya. Yixing pun tersadar dari lamunannya, melangkahkan kakinya untuk menghampiri rekan-rekan timnya yang sudah bersiap dalam posisi mereka. Lelaki tersebut terkekeh malu, mengucapkan maaf berkali-kali, hampir tersandung kaki Tao, dan Yixing pada akhirnya bersiap dalam posisinya.
Musik dengan ketukan cepat pun mulai menyelimuti studio latihan tersebut, seolah-olah memberikan peluit peringatan bahwa lomba estafet sudah dimulai. Tanpa ragu Yixing menggerakkan anggota tubuhnya, memejamkan kedua matanya sesekali, kemudian memperhatikan pantulan dirinya di cermin yang tak jauh dari posisinya berasal. Dilihatnya seseorang yang sedang berlatih keras demi mencapai impian, demi membahagiakan orang-orang terdekatnya-demi hidupnya.
Tubuhnya bergerak melakukan gerakan-gerakan secara refleks tanpa ada kendala sedikitpun, seolah-olah Yixing telah mempelajari gerakan tersebut dalam kurung waktu lama. Tanpa ia sadari, sebuah senyuman terpapar di wajahnya dan musik pun berhenti. Napas terengah-engah dan terdengar tawaan dari arah belakang. Musik kembali bermain. Pada saat itu Yixing tersadar lagi dari lamunannya, bahwa hari itu akan menjadi hari yang panjang seperti hari-hari yang lainnya.
In that moment Yixing realized he wanted to dance until death approaches him.
*
Toprock
“Part of breakdancing when the dancer is primarily on their feet.
This part of the dance is where the dancer shows their style and can be very creative,
therefore making it an important part of breaking’.“
*
Yixing loves to think about everything. That is why he dazes a lot.
It annoys certain people, for some reason.
“Yo, Lay! That’s not a toprock if you’re standing still like that and stared in front of you like you’ve seen a ghost,” timpal Xiaohu sang pemimpin dari tim ini. Xiaohu juga yang bertugas untuk mengajarkan orang-orang baru-salah satunya Yixing. Lelaki dengan tubuh tinggi dan rambut panjang yang diikat setengah itu melipat kedua lengannya, memandang Yixing. Hal itu membuat jantung Yixing berdegup sedikit cepat daripada biasanya. Xiaohu adalah ketua yang baik, kepribadiannya berubah 360 derajat jika mereka sedang latihan. Yixing membungkuk sembari mengucapkan maaf berkali-kali. Sinar mentari pada siang itu sangat menyengat, membuat pandangannya memburam sesaat.
“But… isn’t toprock supposed to show people what’s our s-style?” he fights back, somehow Yixing doesn’t want to lose the argument, “I meant, this is my style. People said I love to daydream. People said I look like an apple tree-always stand still on top of the earth.”
Xiaohu pinched Yixing’s cheek, “Even the tree itself does move to prove the world that the trees aren’t just an inanimate objects-like a table, example-they can move too, although their movement is very slow.”
Yixing nods and gave a shy smile.
A few years later, he named his toprock after Xiaohu.
Xiaohu apparently passed away because of tuberculosis.
The thing that made Yixing sad is Xiaohu hid his secret so well regarding his disease.
*
Yixing merenggangkan otot-ototnya dan tersenyum menyambut pagi hari itu. Langit biru masih terlihat gelap, mentari belum nampak sepenuhnya untuk menyinari dunia. Yixing berjalan ke bawah tangga hendak melakukan rutinitas lari paginya. Baru saja dia keluar dari gerbang, Yixing menepuk keningnya sembari menggumamkan kata-kata kotor. Lelaki tersebut bergegas kembali lagi ke kamarnya hanya karena dia lupa mengunci kamarnya.
Lelaki tersebut melakukan pemanasan dengan berlari kecil sekitar 10 menit, kemudian mulai melakukan jogging. Yixing berniat untuk berhenti sebentar di taman setelah selesai melakukan jogging, dia ingin membeli susu cokelat dingin menggunakan mesin otomatis yang anehnya hanya terdapat di beberapa tempat-termasuk taman itu. Pagi hari itu masih sangat sepi, mungkin karena jarum jam masih menunjukkan angka 6. Yixing berpikir momen di pagi hari berguna sekali untuk menjernihkan kepenatannya setelah latihan berjam-jam di studio latihan. Selain itu, sepertinya paru-paru Yixing memerlukan banyak oksigen yang lebih jernih.
Taman yang dituju terletak beberapa blok dari apartemen miliknya. Untuk mencapai taman tersebut, lelaki tersebut harus melewati sebuah jembatan dengan kali kecil di bawahnya. Beberapa hari yang lalu Yixing mendapati dirinya nyaris saja meninggalkan botol minumannya di jembatan tersebut seusai ia berisitrahat sejenak dari lari pagi.
Terlihat cekungan berbentuk setengah bulan di kedua pipinya saat ia tersenyum sendiri membayangkan timnya mengangkat piala juara satu dari kompetisi menari. Cekungan tersebut perlahan-lahan menghilang ketika Yixing melihat satu sosok asing sedang menyandarkan salah satu sikutnya di pegangan jembatan tersebut. Seorang gadis dengan rambut ikal tebal yang sedang tenggelam dalam lamunannya, ditemani satu putung rokok yang senantiasa terhimpit di antara kedua bibir berlapis lipstik merah.
Apabila Yixing bukanlah seseorang yang terlalu jujur, mungkin lelaki tersebut tidak akan pernah menghampiri gadis asing itu untuk menyentuh pundaknya menggunakan telunjuk Yixing. Yixing menarik lepas headphone yang dia gunakan dan membiarkannya menggantung di sekitar lehernya. Berbeda dengan Yixing yang menatapnya dengan penuh perhatian, kedua alis gadis tersebut tertaut-muncul garis-garis halus di keningnya. She looks prettier if she use that lips to smile at the world, his inner is battling with his brain.
“Why… why are you smoking at the time like this? It’s too early to reduce your lifespan,” he told her in a low voice as he staring at that white piece of nicotine, “Also, what if you enjoy the fresh morning air instead of doing that?” Perhaps, Yixing just realized he cares people too much that he almost annoys them most of the times.
Gadis tersebut tersenyum pahit dan kembali menghisap rokoknya, menggelengkan kepalanya saat mendengar perkataan yang mengalir dari mulut lelaki aneh, “The way you butt to other people’ business like that makes me think and sad,” she replied, easily.
Kedua mata Yixing terbuka lebih lebar daripada biasanya, dia merasa terkejut dengan jawaban dari gadis asing tersebut. “It makes me sad because a person like you-who cares too much about the others above yourself-doesn’t really deserve to live in this world. Because, the fucking reality is there are too many ignorant persons who won’t care about you. So, why spend your fucking time to approached me and asked me something like that?” gadis tersebut tertawa keras, menggunakan jemarinya untuk menyisir rambutnya ke belakang.
Mulutnya terbuka sedikit, dia merasakan sensasi aneh yang tidak ia sukai. Rasanya ada sesuatu yang meremas jantungnya-napasnya terhenti beberapa detik dan lelaki tersebut mendapati dirinya berpegangan pada jembatan, menunduk, mengedipkan matanya berkali-kali. No, she is totally wrong. You can fix her, Yixing.
Instead, Yixing leans his hand to her. Yixing thinks he is insane.
“To prove that you are wrong and I really don’t care if people care or not about me, because I just want to-just give me one cigar, please,” a tiny smile appeared on his thin lips and electrifying dimples appeared again, “Is it a wrong decision to make this earth for a better place? Have you heard pay it forward? I just-I just want the thing I did to someone will have a positive impact to other people and so on.” The girl chuckled again as she gave Yixing a cigar. Yixing then took it he let the little orange flame consumed his cig. Yixing smoke to it and choked so hard.
Yixing is not a smoker. He loves his lungs.
“So, what’s wrong?” he decided to stop smoking after one try. He was wondering why would he want to spend his morning time with a strange girl. He supposed to jog across the bridge to reached the park and then buy a can of chocolate milk-just like his first plan before Yixing left his small apartment.
Gadis tersebut mengangkat bahunya, pandangannya masih menikmati aliran sungai tenang di bawahnya. “What if… you’ve been dreaming about this for a long time. You really want this. But, well, shit happens. That shit is making a wall between you and your dream. A shit you couldn’t break it. You could but… it is impossible, yeah, ‘cause it will affect other aspects. Fucking negative one.”
He cringed at those sentences spurted from her mouth. Yixing thinks deeply. He drowned at his own mind for a moment until that girl blew a smoke in front of his nose. Yixing took a step away from that girl. “Sorry, I dozed off-a lot,” he smiles shyly, tried to cover his mouth using a hand. “Is the impact really bad?”
The girl snorted, “Of course. If it’s not that really bad, I won’t ended up smoking at here in the morning and approached by you-“
“What happened?”
Air mata terlihat ingin mengalir keluar dari kedua matanya. Yixing menghirup udara pagi dan menghelanya. “Just let it go…” ucapnya. Gadis itu pun menangis perlahan-lahan. Lelaki tersebut tidak ingin melakukan apa-apa, hanya terdiam di sebelahnya-mungkin, menunggu hingga gadis asing itu berhenti menangis. Yixing hanya ingin menemaninya. Terkadang, memang hidup perlu ditangisi sesekali. Karena hidup lebih berharga daripada sebuah film romantis dengan adegan menyedihkan yang terlalu dibuat-buat. Itulah lebihnya kehidupan yang kita jalani, batin lelaki tersebut.
“I got this injury and it’s really bad. I-I have a competition in a week-what should I do… I don’t know…” her voice sounds trembled, “I can push myself, but doctor said if I join this competition-I won’t be able to dance for the rest of my life,”
Yixing berkata ‘Ahh’ dengan suara yang sangat kecil. Ternyata gadis ini adalah penari, sama seperti dirinya. “Well, you know… Doctor is not a God (if you have a faith with God, anyway). He is a human like us. Doctor cannot predict what will happen in the future,” chirped him, “Future is like a… fireworks. It surprises us!”
Again, that girl just smiled bitterly at his answers.
“Dancing is your passion and that competition is probably one of your many biggest dreams you shall reach. It must be really sucks to leave them… It’s like… dancing is like your other half. You just can’t live without dancing…” Yixing added, “We can’t live without dreams.”
“I know you can do it and I know you can defeat your injury-“
“What will happen next is a something you must take and responsible for it; whether you can dance again or not-“
“But, anyway, I believe doctors were born to lie.”
*
“I see dance being used as communication between body and soul,
to express what it too deep to find for words.”
- Ruth St. Denis
*
Her name is Cinta. It is an Indonesian term of ‘Love’.
Ever since that bizarre morning, they often meet at the bridge in the morning-most of time they just talk with each other about their habitual life.
Sometimes Yixing talks a lot, sometimes Cinta talks a lot. The moment where either one of them choose to being untalkative, they communicated by dancing.
Yixing loves the way Cinta dances to the bird singing in the morning. It is somehow captivate his eyes and also his heart.
But, Yixing does not understand what love is. He just knows his heart beats rapidly whenever he was around her. He thinks nothing makes him feels like this way besides dancing.
However, as usual, Yixing ignores that strange feeling.
After Cinta told him she is going to participate the competition and she doesn’t give a fuck what will happen in the future.
Yixing keeps reminding her, “Doctors were born to lie, Cinta.”
*
Except, not all the doctors were born to lie. Some of them were born to be frank.
Lelaki tersebut berlari memasuki pintu rumah sakit yang terbuka secara otomatis. Yixing masih mengenakan atributnya seusai melakukan kompetisi-kaus tangan buntung berwarna hitam, celana yang sedikit longgar, pelupuh masih membasahi beberapa area tubuhnya. Napasnya terengah-engah dan sekitarnya terlihat seperti lukisan abstrak yang di dominasi warna putih dan biru muda. Pikirannya selalu memutar kembali adegan dimana dia mendapatkan kabar mengenai gadis yang selalu ditemuinya pada pagi hari.
Yixing berlari kecil setelah menanyakan arah menuju kamar yang hendak dia tuju. Lelaki itu berpikir bahwa hari ini akan berjalan luar biasa dan menyenangkan, apalagi setelah mengetahui timnya masuk ke babak final. Yixing berpikir dia dapat melihat tawa gadis tersebut setelah dia memberitahu mengenai berita menyenangkan ini. Semuanya salah. Yixing teringat kembali tentang perkataannya dahulu mengenai kehidupan.
“Future is like a… fireworks. It surprises us!”
“Fuck future,” he cursed.
Hatinya sakit diikuti seluruh anggota tubuhnya yang melemas melihat seseorang yang dikenalnya terbaring tak berdaya di atas ranjang rumah sakit. Udara di ruangan tersebut dingin sekali, membuat Yixing menggigil sesaat. Dia melangkah mendekat ke ranjang tersebut dan mendapati gadis yang berbaring tersebut memandangnya dengan tatapan sedih, menyesal-penuh kebencian. Apa salahnya?
“You know… the doctor always tell you the truth,” she said in a low voice, “Just… fuck you and please don’t come over. I regret my decision to went to the bridge that morning. Why the hell I just met you? Why would I almost spent my morning for few weeks to talk to you,”
“I-“
“No need to apology, seriously. It’s me the ignorant one,” added her, bitterly. “I shouldn’t have trusted what a stranger told me. I pity myself,”
Yixing hanya berdiri diam, rasanya ingin sekali ia berkata sesuatu. Namun, seperti ada kapas yang menghambat tenggorokannya-Yixing tak dapat berkata. Dia hanya terpaku mendengar semua ocehan yang dilontarkan oleh Cinta. “You told me that you don’t give a fuck with the future. You told me, Cinta…”
“N-no, please I don’t want to hear that,” the girl closed her ears by using her hands.
“You cannot blame me for all of this. I’m not the one to blame,” Yixing chuckled as he shook his head, “I’m not the one to blame. You said you don’t give a fuck… You said it-“
“Stop it!”
“Goodbye and it’s nice to meet you,”
Dia pun memberikan senyuman terakhir kepada gadis yang terbaring di tempat tidur tersebut, kemudian melangkah keluar dari kamar itu. Langkahannya semakin lama semakin cepat dan jantungnya terasa semakin sakit. Suara-suara di sekitarnya terdengar seperti dengungan lebah. Yixing tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia hanya ingin kembali ke studio latihan dan menari hingga peluh berubah menjadi darah.
Yixing feels a pain in his heart. He thinks nothing can cure it.
Maybe time…
[
ii]