Warna-Warni Dunia
❛Kalau cinta ya bilang cinta, kalau sayang ya bilang sayang,
jangan berpura-pura, nanti diambil orang.❜
Tahun kedua di SMA adalah masa-masa paling menyenangkan. Sudah tercapai target untuk memasuki jurusan yang diinginkan, beban digencet oleh kakak kelas berkurang, dan belum merasakan stress-stressnya menjelang UAN. Kelas XI adalah masa-masanya membuat event, baik itu acara sekolah maupun acara angkatan. Untuk Yoseob dan teman-teman seangkatannya, tahun ini adalah giliran mereka untuk mengadakan acara tahunan yang sudah menjadi tradisi di sekolah mereka yang dikenal dengan istilah GP.
Baru dua bulan semenjak tahun ajaran baru, mereka sudah disibuki oleh acara cari dana, rapat, dan sebagainya. Sebenarnya sih, Yoseob malas sekali untuk menghadiri semua rapat dan acara cari dana yang ada. Tapi, apapun dia rela lakukan demi bertemu sang pujaan hati, Jieun atau yang lebih akrab dipanggil Ayu.
"Cup... Cup. Kapan mau majunya hidup lo kalo beraninya cuma ngeliatin doang?" kata Dongwoon seraya menoyor sahabatnya itu.
Kepergok sedang ngeliatin Ayu yang lagi repot mengurus hasil rapat, Yoseob pun tersentak dari lamunannya. "Apaan sih," jawab Yoseob, ngeles-ngeles gengsi.
Yoseob memang sudah naksir Ayu dari mereka masih duduk di kelas 10. Tapi tak pernah sekalipun Yoseob mencoba untuk melakukan pendekatan ke Ayu. Ya gimana mau pdkt, ngeliatin Ayu lewat aja cuma bisa nganga dengan kepala ngikutin ke arah manapun Ayu berjalan. Belum lagi banyak kakak kelas yang mengincar Ayu, ya Yoseob cuma bisa mundur sebelum bertarung dan forever kicep.
"Tau, Cup. Udah dicakin pengecut cinta sama anak-anak tetep aja ga ada kemajuan," Chanyeol nyamber obrolan mereka sambil meneguk susu Milo favoritnya itu.
Merasa dipojokkan oleh teman-temannya, Yoseob pun sewot. "Yee, kayak lo semua pada punya pacar aja."
"Sori coy, kalo gua tinggal nunggu tanggal bagus aja," pamer Dongwoon sambil tersenyum licik dan angkat-angkat alis.
"Yu, sini dong bantuin gue," terdengar seseorang memanggil Ayu dan Yoseob kenal sekali dengan suara itu. Ia pun mendengus kesal.
Setiap Ayu dan Thunder terlihat sedang berduaan, teman-teman Yoseob hanya bisa lirik-lirik tengil ke Yoseob. Mereka berharap suatu saat Yoseob bisa overcome his fear untuk ngomong ke Ayu. Tapi apa daya, Yoseob hanyalah pengecut cinta yang gengsi untuk melakukan pdkt, padahal haus akan perhatian gebetan.
"Tuh, Cup, ntar keburu diambil orang tuh. Ntar nyesel aja," ledek Chanyeol, mendorong-dorong pelan sikunya.
"Wes, pengalaman pribadi nih kayaknya. Jangan jadi curcol gitu lah," melihat Dongwoon dengan puas menertawai dirinya, Chanyeol pun langsung melemparkan bantal kecil ke arah Dongwoon.
"Udah ah, balik duluan ya. Udah ditelfon nih," Dongwoon berdiri dari tempat duduknya sambil merapihkan bajunya dan memutar-mutarkan kunci mobilnya.
"Woon.. Woon. Kak Nana sih kak Nana, tapi... Ganteng-ganteng mau aja dijadiin babu," kata Yoseob sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Heran, cewek di angkatan mereka banyak kok yang cantik dan kece. Tapi selalu saja Dongwoon lebih suka mengejar yang lebih tua, yang lebih susah digapai dan dikejar.
"Heh sob, cinta tuh butuh pengorbanan. Kalo emang mau ya usaha. Emang lu, beraninya lirik-lirik doang," mendengar perkataan Dongwoon, Yoseob pun hanya bisa manyun ngambek tanpa berusaha melawan.
Rumah Chanyeol yang pada saat itu menjadi tuan rumah untuk rapat GP, lambat laun menjadi sepi. Yang tersisa hanya panitia-panitia inti dan beberapa teman dekat Chanyeol, termasuk Yoseob dan Baekhyun. Selain karena rumah Chanyeol yang pewe, mereka juga colo-colo ingin bertemu dengan kakaknya Chanyeol yang terkenal sangat cantik.
"Eh, ada yang bisa nganterin Ayu gak ke Prambors ngomongin tiket?" tanya Thunder, sedikit berteriak.
"Emang lo ga bisa, Nder? Tumben," respon Chanyeol.
"Kakak gw dateng nih hari ini, makanya abis dari sini gw jemput ke bandara," Thunder menjawab dengan nada agak khawatir dan merasa bersalah karena selaku ketua, ia tidak bisa membantu urusan acaranya dan selaku sahabat, ia tidak bisa menemani sahabatnya.
Mendengar hal itu, Chanyeol pun langsung memutarkan otaknya untuk memikirkan ide cemerlang. "Hmm, Nder, si Ucup aja nih yang nganter. Dia dari kemaren bilang ga enak gitu dia ngerasa gabut, ya gak Cup?" ujar Chanyeol sambil menyenggolkan lengannya.
Yoseob membelalakkan matanya, kaget. Namun, sebelum ia sempat berkomentar tentang apa yang dikatakan sahabatnya barusan, Thunder mengucapkan terima kasih sambil menepuk pundaknya. "Oh gitu, gapapa nih Cup? Makasih ya!"
Sepeninggalan Thunder, Yoseob langsung melemparkan bantal kecil yang ada di dekatnya ke arah Chanyeol. Memang begitulah Chanyeol, suka memutuskan keputusan sendiri tanpa persetujuan orang yang bersangkutan. Chanyeol pun membela diri, "Ets selo dong, Cup! Udah bagus juga gua bantuin pedekate!"
"Bantuin gigi lu! Gua kan ga bawa mobil! Ah, Yeol, lu gitu sih... Males gua, ngomong seenak udel," Yoseob memprotes sambil memanyunkan bibirnya.
"Hehehe, beb, jangan ngambek dong..."
"Bab, beb, bab, beb, mang gua Baekhyun? Ah, Yeol, seriusan ah,"
"Ya udah, ya udah, bentar lagi kan kakak gua pulang. Ntar lo pake mobil gw deh, oke? Ayolah, Cup, biar hidup lo maju," Chanyeol tidak hentinya merayu Yoseob untuk meng-iya-kan keputusan sepihaknya tadi.
Tak lama setelah itu, kakak Chanyeol terlihat baru saja datang dengan membawa 3 box Chewie Junior yang merupakan makanan favorit Chanyeol. Memang begitulah jika rumah Chanyeol ketempatan menjadi tuan rumah. Selalu dibanjiri dengan makanan enak sehingga tidak ada kemungkinan untuk merasa lapar selagi di rumahnya. Kedatangan kakaknya Chanyeol, yang bernama Jooyeon, membuat para teman Chanyeol yang pecicilan dan cenderung tidak sopan segera memperbaiki posisi duduknya.
Mir, yang tidak sadar akan kehadiran Jooyeon, masih menangkringkan kakinya diatas kursi sambil selonjoran.
"Heh, kaki, lu, goblok!" Zico membentak sambil memukul dan menurunkan kaki Mir. Baru saja Mir mau protes, "Apaan dah lu Co-eh, hehehe, kak..."
Chanyeol bingung, Lho? Kok gak ada suara mobil tapi kakak udah dateng? Ia pun langsung menghampiri kakaknya. "Kak? Mobilnya mana?"
"Aku masukin bengkel, tadi kayak mogok-mogok gitu deh," Jooyeon meletakkan bawaannya di atas meja. "kamu mau pake?"
Tenot, rencana gagal. Chanyeol memukul pelan dahinya, sebelum memalingkan wajahnya ke arah Yoseob. Dilihatnya Yoseob sedang asik memainkan kursi goyang kesayangan mendiang neneknya. Ia pun menghampiri sahabat chodingnya itu. "Cup... Mobil gua masuk bengkel..."
Baru saja Yoseob mau menjawab pengakuan berdosa Chanyeol, seseorang yang tidak ia sangka menghampirinya dan mencolek punggungnya. Yoseob pun menoleh.
"Umm, Cup, tadi kata Thunder lo yang mau nganterin gue ke Prambors kan ya? Kalo gue jadinya sama Jiyeon... gapapa gak?"
Bagai masih di ambang mimpi, Yoseob tak menjawab perkataan seseorang itu. Ia membiarkan mulutnya menganga sampai waktu yang lama, hingga akhirnya Chanyeol menyenggolkan kakinya dan mengembalikan dirinya dari dunia bengongnya. "Cup, Cup... Cup!"
"Eh! I-iya! Eh, um, gapapa kok, he... hehehe," ujar Yoseob terbata-bata karena kaget.
"Eh, Yu, tapi gapapa lo sama Jiyeon? Jiyeon kan kalo nyetir...." Chanyeol bertanya khawatir.
"Gapapa kok, kan itu arah mau pulang juga. Lagian, lo kan tau kakak gue gimana..." Kakaknya Ayu, yang bernama Reza atau akrab dipanggil Eja, memang terkenal over-protective. Ia melarang Ayu untuk berada di dalam mobil berdua dengan cowok, kecuali Thunder, satu-satunya orang yang ia percayai. Mungkin, ini juga salah satu faktor kenapa Yoseob takut untuk pedekate dengan Ayu.
Chanyeol dan Yoseob hanya bisa mengangguk mengerti. "Ya udah, hati-hati ya, Yu!"
Ayu pun pamit kepada teman-temannya dan pergi bersama Jiyeon, sahabatnya. Sementara itu, Yoseob hanya bisa menyayangkan nasibnya yang sangat nyaris naik ke langkah selanjutnya. Tapi, ya, walaupun nyaris begitu tetep aja Alhamdulillah.
//
Menjadi panitia inti untuk sebuah acara tidaklah mudah. Seringkali, Ayu merasa menyesal menerima jabatan tersebut. Kalau bukan karena sahabatnya dari kecil itu ketua acara, mungkin sekarang ia hanyalah anggota yang nantinya tinggal menikmati acara. Toh, sebelumnya, dia juga bukan seseorang yang aktif di kegiatan angkatan. Namun, hal itu berubah setelah ia dipilih untuk menjadi sekretaris GP. Waktunya untuk berleha-leha, malam minggu tenang di rumah, menonton drama komedi romantis menjadi sangat berkurang. Bahkan, tidak jarang ia pulang di waktu malam pada hari sekolah.
"Dari mana aja kamu?"
Ayu menghela nafas panjang mendengar pertanyaan itu. Sungguh kesal rasanya memiliki kakak laki-laki yang lebih protektif daripada orangtua. "Abis dari Prambors, kan tadi aku udah bilang ke kamu..." Ih, ngapain sih sampe nungguin di ruang keluarga gini. Papa mama aja gak seginininya, Ayu mendumel sambil manyun-manyun.
"Sama siapa kesananya?"
Ihhhh! Ngeselin banget sih! Nanya itu berkali-kali. "Sama Jiyeon... Ih, sumpah deh Ja, kok bisa ya kak Hyunyoung betah sama kamu selama ini?" ujar Ayu, duduk dan mengambil bantal kecil sambil menyalakan televisi.
Reza, atau Eja, tak segan memukul bantal secara pelan ke arah muka adik kesayangannya itu. "Ya betah lah! Eh Yu, besok temenin aku sepedahan yuk, Hyunyoung ada acara keluarga soalnya."
***(Reza/Eja itu Sungyeol!!)
Pertanyaan Eja dihiraukan setelah Ayu membuka handphonenya dan melihat notification bbm muncul di tampilan homenya. Alangkah kagetnya ia ketika ia membuka bbm dan melihat bahwa seseorang yang tidak disangka-sangka lah yang mengirim bbm tersebut.
태양:
Yu, apakabar?