(no subject)

Jul 03, 2011 09:30


Title                 :           Cruel

Chapter           :           1 of ?

Author             :           Sakamoto “Caprii” Kazamasa

Genre              :           AU, Romance, Fluff, Shonen-Ai

Rating             :           PG-13

Fandom           :           the GazettE

Pairing             :           double ‘R’

Disclaimer       :           They aren’t mine. But the storyline is MINE. Fanfic ini terinspirasi dari komik “Hai ! Miiko”. Saya suka komik itu. Terima kasih bu Ono Eriko yang bikin tu komik. Sumpah saya cinta dan ngakak. XDD

Warning          :           Gaje, MxM, typo, bad language

Summary         :           Pemuda mungil itu kembali menundukkan kepalanya dan berjalan melewati Reita tanpa beban. Mengacuhkan Reita yang kini berbalik dan menatapnya bingung.

=== Douzo ===

“ Aaaaaaaaaaargh !!! Kesini kau Reita no baka !!! ” suara teriakan seorang pemuda mungil menggema di seluruh koridor kelas XII.

Dengan memegangi rambutnya dan bersungut-sungut ia berlari mengejar sosok jangkung yang berlari sambil tertawa dan sesekali menghindari lemparan benda-benda asing yang dilontarkan ke arahnya.

Seluruh siswa kelas XII sudah tidak ada yang heran dengan tingkah kedua pemuda itu. Pemandangan sehari-hari yang sudah sangat biasa bagi mereka selama hampir tiga tahun ini. Para siswa di sekolah itu hanya mengusap dada an berdecak setiap ‘duo’ itu heboh berlarian dan berteriak di sepanjang koridor maupun di halaman sekolah.

“ Week~ sini pendek, kejar aku kalau bisa,” menjulurkan lidahnya, pemuda dengan penutup hidung itu menoleh sekilas, menghindari lemparan kaleng Cola, dan berlari lagi sambil tertawa-tawa.

“ Kau !! tunggu saja pembalasanku dasar tanpa hidung !! ” akhirnya pemuda mungil itu menyerah. Tampaknya ‘buruan’nya sangat sulit untuk ditangkap kali ini. Pemuda itu membungkuk, menumpukan tangan pada kedua lututnya dan berusaha mengatur nafas.

‘PUK’

Seseorang menepuk bahunya dari belakang. Pemuda itu menoleh dan melihat sosok sahabatnya yang cantik turut membungkuk di sampingnya.

“ Sudahlah Ruki . . kalian berdua benar-benar seperti bocah, kau tahu. Ayo ke kamar mandi dan membersihkan rambutmu dari . .” Uruha, pemuda itu memungut sesuatu dari rambut Ruki, “ permen karet ini. Yucks !! ” pemuda berambut pirang madu itu membuang permen karet yang ia pungut dari rambut sahabat kecilnya itu. Membuangnya ke tempat sampah terdekat, dan membersihkan tangannya dengan sapu tangan.

“ Ini lengket Ru,” Uruha mengedikkan bahunya sekilas karena jijik.

“ Dan kau belum pernah merasakan itu di rambutmu kan Uru ?? ” Ruki yang sedari tadi hanya diam untuk mengatur nafas sudah menegakkan tubuhnya kembali dan melirik sinis ke arah sahabatnya itu.

“ Hehe, kuharap aku tidak pernah merasakannya,” Uruha tersenyum sekilas. “ Ayo kita ke toilet,” lanjutnya seraya menggandeng tangan Ruki menuju kamar mandi terdekat.

>> RR

Pemuda mungil itu mengambil air di telapak tangannya yang ditangkupkan menjadi berbentuk mangkuk dari wastafel. Mengerucutkan bibir merahnya, Ruki mengusapkan tangannya yang basah ke arah rambut pirangnya yang tidak sengaja ditempeli perman karet oleh Reita. Ehm, kita koreksi. Permen karet bekas kunyahan yang ‘sengaja’ ditempelkan Reita di rambut indah Ruki.

== Flashback : On ===

Kriiiiiiiing Kriiiiiiiiiiiiiiiing~~~~~

Bel istirahat berbunyi nyaring di seluruh penjuru Chizuru Gakuen.

“ Hoahm~ sudah istirahat ya?? ” seorang pemuda jangkung dengan penutup hidung berwarna putih bangun dari tidur siangnya.

“ Wah wah~ kau sudah bangun Rei?? Di saat yang sangat tepat,” pemuda mungil yang duduk di depan Reita membalikkan tubuh mungilnya dan memutar bola matanya sekilas ketika melontarkan kalimat bernada sinis kepada teman sekelasnya itu.

“ Hemm?? ” Reita, pemuda itu, hanya tersenyum simpul mendengar kalimat Ruki barusan.“ Ah . . bahkan aku lupa untuk membuang permen karet yang aku kunyah sedari tadi,” ia melanjutkan.

“ Nani?? Jorok sekali kau Suzuki Akira,” Ruki bergidik jijik.

Pemuda mungil teman sejak SMP Reita itu membalikkan badannya menghadap ke depan kembali. Setelah membereskan buku pelajarannya, Ruki menghenyakkan kembali tubuhnya ke bangku singgasananya. Ruki bersandar ke bangku kayu itu, menumpangkan kakinya ke atas meja, dan sedikit mendorong bangkunya ke belakang sehingga kaki depan kursi tidak tegak di atas lantai melainkan sedikit terangkat,  lalu ia mendongakkan kepalanya ke belakang dan mulai membaca komik favoritnya. Rambut cokelat sebahunya menggantung ragu di kerah kemejanya. Sesekali helaian lembut itu melambai tertiup angin.

Hal itu menggoda teman yang duduk tepat di belakangnya untuk melakukan sesuatu. Reita mencondongkan badannya lebih ke depan hingga jika Ruki mendongakkan kepalanya 3cm saja Reita dapat mencium rambut lembut kecokelatan milik Ruki.

Pemuda jangkung itu meniup permen karetnya hingga membentuk sebuah balon permen karet kecil. Semakin lama, hembusan Reita pada permen karet strawberry itu makin besar. Sedikit lagi dan . .

‘PLOP !!’

Ruki merasakan sesuatu menyentuh kepalanya. Tidak begitu keras tetapi cukup terasa. Pemuda mungil itu menurunkan kakinya dari atas meja. Mengubah posisi duduknya untuk kemudian meletakkan komik yang dipegangnya. Dengan telapak tangan kirinya, ia menjamah belakang kepalanya. Ingin tahu benda asing apa yang ‘mampir’ di kepalanya.

Mata bulat itu semakin melebar mendapati apa yang ia temukan di rambut bagian belakangnya. Benda lengket, sedikit berair dan menjijikkan berwarna pink. Ia tarik sedikit benda yang menempel cukup kuat di rambut kecokelatannya.

“ Suzuki Akiraaaaaaaaaaaaa !!!!! ” Ruki berteriak kesal setelah mengetahui apa yang dilakukan Reita kepadanya. Saat ia menolehkan kepalanya ke belakang, makhluk di belakangnya sudah menghilang entah kemana.

Ruki bergegas berdiri dari bangkunya. Melihat ke sekeliling kelas. Mungkin saja Reita masih berada disana. Tapi tentu saja itu tak mungkin terjadi. Tidak mungkin seorang penjahat bertahan di tempat kejadian perkara. Ia pasti sudah lari keluar mencari persembunyian.

“ Kau tahu dimana Reita?? ” Ruki bertanya kepada semua orang yang ditemuinya di koridor. Namun semuanya hanya menggelengkan kepalanya. Entah mereka benar-benar tidak tahu atau memang Reita mengancam mereka untuk tidak memberitahukan keberadaannya.

Ruki sedang berbelok di koridor berikutnya saat ia melihat sekelebat rambut pirang berbelok ke arah koridor yang menuju perpustakaan. Dengan segera pemuda chubby itu melangkahkan kakinya dengan cepat. Ia tidak berniat untuk berlari karena Reita pasti langsung menyadarinya dan kemudian kabur lagi. Tiga langkah lagi, Ruki akan mendapatkan Reita.

‘Sret’

Reita menoleh ke belakang.

“ Ck. Sial,” pemuda itu hampir saja tertangkap oleh ‘korbannya’ jika ia terlambat menoleh dan berlari dalam sedetik saja. Ia tahu apa yang mungkin akan dilakukan oleh Ruki kepadanya.

== Flashback : End ===

“ Sepertinya kau harus memotong rambutmu Ru,” ujar Uruha yang masih setia membantu Ruki membersihkan rambutnya dari benda menjijikkan itu.

“ Tidak ! ” Ruki membantah keras bahkan sedikit berteriak.

“ Tapi, itu lebih baik. Permen karet ini menempel kuat sekali di rambutmu. Kau tidak mau kan membawa kotoran menjijikkan ini kemana-mana di rambutmu? ” pemuda cantik itu mengambil air lagi, masih berusaha menarik-narik permen karet itu dari rambut Ruki. Mencoba untuk melepaskannya tanpa mencabut rambut Ruki dari akarnya.

“ Aku juga tidak mau memotong rambutku Uru ! ” Ruki berkata geram.

Menyentakkan tangan Uruha dari rambutnya dan mencoba melihat seberapa besar hasil usaha mereka menyingkirkan permen karet itu dari rambutnya. Hasilnya, mengecewakan. Ruki semakin mengerucutkan bibirnya.

Pemuda kecil itu mendesah pelan. Sepertinya ia menyerah. Sudah hampir 30 menit ia dengan dibantu Uruha mencoba segala cara untuk membersihkan rambutnya. Bahkan mereka berdua rela membolos pelajaran Gackt-sensei yang terkenal kejam itu.

Segala cara yang dapat terpikirkan oleh mereka telah dilakukan. Mulai dari membasahi rambut Ruki dengan air dan menarik permen karet dengan paksa hingga beberapa helai rambutnya tercabut dari akarnya. Kemudian memberi sedikit hand body untuk melicinkannya saat menarik permen karet itu.

Tapi semuanya sia-sia. Benar kata Uruha. Mungkin Ruki harus memotong rambutnya. Pilihan terakhir yang masuk akal. Meski Ruki sangat membenci ide itu. Ia tidak mau memotong rambut indahnya yang rajin dirawatnya.

“ Aku akan membunuh Reita karena harus memaksaku memotong rambutku ! ”

“ Itu lebih baik kau tahu,” Uruha tersenyum. “ Daripada permen karet itu terus menempel di kepalamu. Kita ke atap saja yuk. Gackt tidak akan mengizinkan kita masuk ke kelas sekarang,” ia melanjutkan dan menarik tangan Ruki untuk menuju ke atap.

“ Sepertinya aku mau pulang saja. Aku tidak tahan dengan benda menjijikkan ini. Tolong bilang pada sensei ya,”

“ Bagaimana dengan tasmu? ” Uruha tampak tidak rela dengan keputusan Ruki tersebut.

“ Kau bawakan saja ya Uru . . please~”

“ Hmm . . baiklah,” Uruha tersenyum. Ia maklum dengan keputusan Ruki sekarang walaupun ia berpikir sikap Ruki terlalu kekanakan.

“ Thanks Uru~” Ruki memeluk sahabatnya itu sekilas dan kemudian melesat keluar dari kamar mandi.

>> RR

Esoknya Ruki datang ke sekolah dengan potongan rambut baru. Rambut sebahunya terpaksa dipotong pendek-sangat pendek-untuk menghilangkan bekas permen karetnya.

“ Ohayou Aoi~” pemuda mungil itu menepuk bahu temannya yang berambut hitam.

“ Oha-you. Ruki? Kenapa dengan rambutmu? ” Aoi sedikit terkejut dengan penampilan rambut Ruki yang baru. Setahunya, Ruki tidak mau memotong rambutnya sama sekali.

“ Oh, jangan membuat mood ku buruk sepagi ini dengan menanyakan hal itu,” Ruki mengerucutkan bibirnya-lagi-dan berjalan mendahului Aoi untuk menuju ke kelasnya.

Di belakangknya, Aoi hanya mengerutkan kedua alisnya. Bingung atas sikap Ruki. Menggaruk belakang kepalanya dengan bingung, ia mengangkat bahu dan melanjutkan perjalanannya ke kelas.

Sesampainya di kelas, pemuda berpiercing itu langsung menghampiri orang yang mungkin tahu penyebab Ruki memotong rambutnya dan membuat suasana hatinya buruk sepagi ini.

“ Uru, ohayou~” Aoi menghampiri meja Uruha, sahabatnya selain Ruki, dan langsung mengambil tempat duduk di depan bangku pemuda cantik itu.

“ O-ohayou Aoi,” Uruha tersenyum dan, sedikit tersipu?

Aoi melirik ke arah Ruki yang tepat duduk di sampingnya. Mereka berempat-Ruki, Reita, Uruha,dan Aoi-duduk di tempat yang berdekatan. Sehingga tidak heran jika empat orang itu sangat dekat satu sama lain.

“ Kenapa dengannya? ” pemuda berambut hitam itu mengarahkan dagunya kepada pemuda mungil yang sedang menelungkupkan kepalanya di atas meja. Bangku di belakangnya, bangku Reita, masih kosong.

Biasanya pemuda ber-noseband itu sudah datang dari 5 menit yang lalu. Meskipun terkenal bengal, tapi ia tidak pernah terlambat datang ke sekolah.

“ Ehm, kemarin Reita tidak sengaja menempelkan permen karet di rambutnya,” Uruha mencondongkan tubuhnya ke depan dan berbisik. Ia tidak mau Ruki mendengarnya. Hal itu akan membuat Ruki semakin marah. Tapi ternyata dugaan Uruha salah. Ruki dengan jelas dapat mendengar ucapannya.

“ Reita sengaja menempelkan permen karet itu ke rambutku Uru,” ia menekankan kata ‘sengaja’ dan tidak lupa dengan nada sinis. “ Dan sekarang dia tidak datang ke sekolah seperti biasa karena ingin menghindariku. Ingin menghindar dari kemarahanku,” Ruki menekuk mukanya setelah sekilas melemparkan pandangan menusuk ke dua orang sahabatnya yang sama sekali tidak bersalah.

Di belakang sana, seseorang tengah melihat percakapan kecil itu. Ia sedang mengamati sosok kecil yang terlihat bersungut-sungut sepagi ini.

“ Manis sekali dia,” pemuda itu mengulaskan senyum di wajah manisnya.

>> RR

Jam 08.30, Reita baru sampai di sekolahnya. Biasanya jam 08.00 ia sudah sampai di sekolah. Ia sengaja melakukan itu-terlambat ke sekolah-untuk sebisa mungkin menghindari Ruki. Ruki sangat seram jika sudah marah. Apalagi kesalahan Reita saat ini cukup telak. Menempelkan permen karet di rambut Ruki. Di salah satu bagian tubuh favorit Ruki.

Pemuda itu berjalan santai, padahal 15 menit lagi bel sekolah akan berbunyi nyaring di seantero sekolah. Dengan menyandang tas di bahu kirinya, pemuda itu mengganti sepatunya dengan sepatu sekolahnya. Setelah menaruh sepatu kets miliknya di loker, ia berjalan santai menuju ke toilet. Oh ya, tentu saja hal itu dilakukannya untuk sebisa mungkin telat masuk ke kelas sehingga Ruki tidak memiliki kesempatan untuk marah-marah kepadanya.

Err, tapi sepertinya perkiraan Reita itu salah besar. Makhluk mungil yang sedari tadi ia coba untuk hindari ternyata malah ada di depan matanya sekarang. Pemuda itu, Ruki, terlihat berjalan ke arahnya sambil menunduk dan memegangi bagian belakang kepalanya. Mencoba menyembunyikan potongan rambut barunya.

Kemudian tanpa aba-aba Ruki mengangkat kepalanya dan seketika terkejut mendapati Reita yang ada di depannya. Buruannya itu terlihat mematung karena terkejut. Pemuda ber-noseband itu berniat untuk meninggalkan tempat itu sekarang juga sebelum Ruki mengamuk.

Tetapi niat itu ia urungkan ketika tak sedikitpun Ruki bergerak untuk mengejarnya. Pemuda mungil itu kembali menundukkan kepalanya dan berjalan melewati Reita tanpa beban. Mengacuhkan Reita yang kini berbalik dan menatapnya bingung.

“ Ada apa dengannya ?” menggaruk tengkuknya dengan ragu, pemuda itu mengurungkan niatnya pergi ke toilet dan langsung mengikuti Ruki dari belakang, menuju kelas mereka.

*Tsuzuku*

romance, reitaxruki, fanfiction, pg, fluff

Previous post Next post
Up