Title : Ketika Yama-chan Sakit
Author :
bluesatellite4Genre : General
Character(s) : Yamada Ryosuke, Hey Say Jump
Yang kurang paham/penasaran bisa diintip ke sini dulu ^^
Hey Say Jump Dormlife Suatu pagi saat Keito bangun dari tidurnya, ternyata udah jam setengah tujuh.
“Aduh aku kesiangan, Yama-chan pasti marah-marah nih!” Keito membatin dalam hati. Baru dia akan loncat dari kasur dan segera ke dapur, dia mendengar lenguhan orang di ranjang sebelahnya.
“Uuuuhhh…. Okaa-san… uuhhh…”
Dan Keito mendapati suara itu berasal dari roommate-nya, Yamada Ryosuke yang masih tertidur di kasurnya dengan wajah merah dan berkeringat.
Keito langsung histeris.
============
“Aduh… kalian ngapain sih… uhuk uhuk…” Yamada Ryosuke, sudah terbangun tapi masih terbaring lesu, memperhatikan sekelilingnya. “AKU INI BELUM MAU MATI KALIAN NGAPAIN NGELINGKARIN AKU KAYAK BEGINI??!!” setelah itu dia terbatuk keras.
Ya, teman-teman satu grup-nya yang berharga, saat ini sedang mengelilingi Yamada dan beberapa ada yang mengepalkan tangannya sambil berdoa.
“YAMA-CHAN JANGAN MATIIII!!!! NANTI SIAPA YANG TRAKTIR AKU?????” Chinen menangis histeris di sebelah Yamada.
“YAMA-CHAN KITA BELUM MENIKAH JANGAN MATI DULUUUU!!!!” Yuto juga ikut menangis meraung-raung.
“Ini salahku, ini salahku, ini salahku,” dan Keito dengan wajah pucat dan airmata bercucuran mengkeret ke pojokan.
Sekuat tenaga, Yamada menggeplak kepala ketiga orang itu.
“Aduh, udah deh, Yamada lagi sakit begini jangan digangguin kek!” seru Daiki. Dia mendorong Yuto yang tadi berlutut di sebelah Yamada. “Gimana perasaanmu Yama-chan? Yang mana yang sakit? Kamu mau ke rumah sakit? Atau kamu mau minum obat aja? Kamu mau makan sesuatu? Atau mau tidur aja lagi? nanti aku beliin buburnya Mang Udin mau ngga?”
Dan Daiki bertransformasi menjadi ibunya Yamada.
“Maaf, semuanya… uhuk uhuk… ngga usah khawatir deh, aku masih bisa kerja kok… uhuk uhuk…”
“Kamu kalau berdiri dari kasur itu aku geplak jidatmu,” titah sang Papa grup, Yabu Kota. Semua orang menatap Yabu. “Pokoknya hari ini Yamada harus istirahat. Pekerjaan rumah hari ini biar kita yang ngurusin! Kamu, Yama-chan, jangan coba-coba bergerak sesenti pun dari sini!”
“Tapi…”
“Jariku siap loh buat nyentil kamu,” ancam Yabu. Yamada diem.
“Ih Yabu-chan serem amat sih,” Inoo memukul bahu si kurus Yabu. Dia duduk di kasur Yamada dan tersenyum manis. “Serahin aja semuanya ke kita Yama-chan. Hitung-hitung ini kesempatan kamu buat istirahat. Kamu bisa kok ngandalin kita,” Inoo tersenyum malaikat.
“Teman-teman… uhuk uhuk… maaf ya…” Yamada tersenyum. “Kalau begitu aku serahin semuanya ke kalian… uhuk uhuk… yang masak Hika aja ya, jangan biarin, uhuk-uhuk, Yabu-chan deket-deket dapur,” kata Yamada.
“Tenang aja!!” Hikaru unjuk gigi yang udah lumayan rapi dan menyiapkan tali entah dari mana.
“Tenang aja Yama-chan, aku bakal bantu sebisaku, aku nganggur kok,” kata Yuya, entah kenapa senyumnya getir.
“Aku juga akan bantu!” Chinen loncat-loncat.
“Serahin urusan merawat Yama-chan ke aku!!” tunjuk Yuto.
“Bisa apa kamu?” cibir Daiki.
“Ayo kita kerjasama hari ini, demi Yama-chan!” seru Hikaru. Ini kesannya kayak sebelum mereka mau konser.
“OOOOHHH!!!!!”
Yamada geleng-geleng kepala melihat kelakuan teman-temannya itu.
“Eh, by the way aku ada kerjaan nih, kayaknya aku ngga bisa bantuin kerjaan rumah, nanti aku beliin strawberry buat Yama-chan aja ya habis pulang kerja,” Inoo melempar flying kiss dan pergi meninggalkan lokasi sambil ber-lalala. Yang lain bengong.
==========
=Sarapan=
“Nih,” Hikaru meletakkan sepiring penuh telur goreng dan oseng-oseng mi.
“Lah begini aja?” tanya Yuya.
“Iya, emang mau gimana?” tanya Hikaru.
“Yaa Yama-chan kan biasanya yang lebih wah gituu…” rengek Yuya.
“Mau makan ini atau ngga usah makan sama sekali?” ancam Hikaru. Yuya diam tapi misuh-misuh. Dia mengambil bagian telurnya.
“Hikka, susuku mana?” tanya Chinen.
“Ya bikin sendiri lah Chi,” kata Hikaru cuek. Chinen cemberut.
“Tapi aku ngga tau takarannya yang biasanya dipakai Yama-chan,” sungut Chinen.
“Ya ngapain pake takaran coba? Sesukamu aja lah,” balas Hikaru kesel.
“Iiihh ngga mau!!! Yang punyanya Yama-chan yang enak!!!” aum Chinen.
Sementara itu, Yuto mengendap pergi untuk membawakan sarapan Yamada.
“Wah Hika bikin bubur?” tanya Yamada.
“Nggak, ini beli di warung Mang Udin,” jawab Yuto polos. Yamada menghela napas kesal. Dia kan pengen jawaban yang romantis.
“Oh iya Yuto, ini kasih ke Hika ya,” Yamada menyerahkan selembar kertas ke Yuto. Yuto membacanya.
“Takaran susunya Chinen dan jadwal snack-nya Chinen?”
Yamada mengangguk polos.
=========
=Cucian=
Yabu bertugas mengumpulkan cucian dan mencucinya di mesin cuci. Sementara itu Daiki disuruh mengambil cucian yang sudah kering dan melipat serta menyetrikanya.
“Dai-chan, ini tinggal di start aja nih?” tanya Yabu.
“Iya. Udah otomatis kok,” kata Daiki. Yabu mangut-mangut. “Sabunnya ngga berlebihan kan, Yabu-chan?” tanya Daiki tepat sebelum Yabu menekan tombol start.
“Emang sabunnya ngga otomatis?” tanya Yabu. Daiki menatap Yabu.
“Sabunnya belum dimasukkin?” tanya Daiki.
“Kirain otomatis,” jawab Yabu polos.
“Ya enggak lah! Taroh sabunnya dulu baru di cuci! Pernah nyuci ngga sih?” Daiki melempar sebuah kaus kaki ke arah Yabu.
“Ya maap, kan selalu Yamada yang nyuci,” Yabu nyengir ngga berdosa. Akhirnya Yabu bisa menyalakan mesin cuci dengan selamat sentosa.
Sementara itu, Daiki mengumpulkan cucian kering.
“Ih, boxer siapa ini ada inisialnya? TY?” Daiki mengernyitkan jidat. Setelah lima menit berpikir, Daiki terkesiap. “Bo - boxernya… Yuya????” Daiki menjerit dalam hati. Secara otomatis, dia menyelundupkan celana itu di kantong parkanya.
PLAK!
Sebuah karate chop melayang ke kepala Daiki dari Yabu.
“Sebagai sahabat yang baik aku udah dikasih titah oleh Yuya untuk menjaga privasinya, terutama dari orang kayak kamu Dai-chan!” tunjuk Yabu.
“Ih, apa sih Yabu-chan! Rese banget!!” Daiki tidak terima dan balas memukul bahu Yabu.
PLAK!
Tanpa ampun lagi Yabu menampar Daiki.
“Heyyy, jangan berantem di tempat jemuran dong, cuciannya terbang tuh!!” seru Keito di bawah yang sedang menguras kolam renang.
“Ih kolor terbang!!” pekik Chinen.
“AAAAARRRGGGHHH”
=============
=di siang hari=
Yuya mengibas-ngibaskan rambutnya yang mengganggu setiap kali dia menunduk saat menyapu.
“Ini sapu kok pendek banget sih?” gerutu Yuya.
“Kan yang pakai Yama-chan,” sahut Chinen yang duduk di atas sofa. Daiki di sebelahnya mengangguk.
“Kalian ngapain di situ?” tanya Yuya.
“Nontonin Yuya nyapu rumah,” Chinen nyengir.
“Kapan lagi sih ngeliat cowok ganteng nyapuin rumah,” sambung Daiki. Lalu mereka berdua mengikik kayak kunti. Yuya ngga ngerti dan melanjutkan pekerjaannya sambil sesekali mengibas-ngibaskan rambutnya lagi. Dia ngga sadar kalau kelakuannya itu membuat Chinen dan Daiki terpesona.
Di dapur, Hikaru menatap dendam pada Yuya sambil sibuk melap meja dapur.
(Yuto bikin vlog pembantu ganteng vs pembantu jelek)
=========
=sorenya=
“Yama-chan, aku bawain strawberry nih!!!” Inoo muncul di kamar Yamada.
“Oh, taruh aja di situ deh, ntar aku makan kalo pingin. Makasih ya,” kata Yamada. “Oya, di luar gimana? Rumah beres aja kan?” tanyanya.
Inoo senyum-senyum aja. Dia duduk di kasur Yamada. “Yama-chan istirahat aja yang bener deh. Ngga usah mikirin yang lain-lain dulu. Ntar sembuhnya lama loh. Pokoknya, kamu tenang aja ya?” lagi-lagi Inoo senyum malaikat. Yamada mengangguk.
“Iya deh. Makasih ya, sis, eh, bro,”
Lalu Inoo pamit dari kamar Yamada menuju ruang tengah.
“Yuya, itu di kolong meja masih berpasir tuh! Sapuin yang bener kek! Yabu juga, bisa-bisanya lupa ngeringin baju, itu tuh ngga bakal kering sampe besok deh!! Dai-chan udah dibilangin jangan main-mainin jemuran, apalagi kolornya Yuya!! Jadi ilang kan kolornya Yuya!! Keito, bak kamar mandi udah di kuras belum?! Chinen, kembalian beli kecap tadi mana?!”
Inoo menatap kalem. Sepertinya absennya Yamada telah digantikan oleh Madam Hikaru yang sedang mengamuk membudaki minion-minionnya. Inoo beranjak ke kamarnya sehening mungkin.
“Inoo! Baru pulang?” ternyata Hikaru punya indra keenam. Dia bisa merasakan kehadiran Inoo meski sebelumnya sibuk memarahi Chinen. Inoo senyum-senyum.
“Hikka, aku kan baru pulang kerja, aku istirahat dulu ya-“
“Sikat lantai kamar mandi ya!” titah Hikaru mutlak.
“Kamu gila ya?” batin Inoo. Tapi mana mungkin dia protes secara terbuka, bisa mati dia diomeli Hikaru yang sedang dalam mode Madam Hikaru.
==========
=Malamnya=
“Ket, kamu tidur di kamarku ya,” kata Yuto.
“Hah, kenapa? Kan kasian Yama-chan ditinggal sendiri,” kata Keito.
“Nah itu maksudku Ket. Kamu tidur di kamarku, jadi biar aku aja yang jagain Yama-chan malam ini,” jelas Yuto.
“Oh,” Keito kalem.
“Ya nggak papa kan? Yama-chan juga pasti penginnya gitu,” kata Daiki. Dengan mengantongi ijin dari ibu palsunya Yamada, Yuto loncat-loncat menuju kamar Yamada.
“Yama-chan, gimana keadaanmu?” tanya Yuto sedikit berbisik. Yamada membuka matanya yang tadi terlelap sedikit.
“Oh Yuto… udah mendingan dari tadi pagi kok,” jawab Yamada.
“Bagus deh. Tapi jangan maksain kalau belum sembuh banget ya. Pokoknya kalau belum baik, Yama-chan ngga boleh turun dari kasur,” kata Yuto. Yamada tersenyum. Dirasakannya tangannya digenggam dengan erat oleh Yuto.
“Kamu juga tidur gih, nanti capek,” kata Yamada. Yuto mengelus dahi Yamada.
“Kamu itu gampang banget khawatir sama orang lain, tapi ngga sadar saat kamu sendiri kecapekan,” Yuto menyentil hidung Yamada sedikit. Yamada hanya diam. “Ya aku ntar tidur kok. Tapi disini, jadi Yama-chan ngga kesepian,” kata Yuto.
“Eh, si Keito gimana?” tanya Yamada.
“Kita tukaran kamar dulu. Biar aku bisa nemanin Yama-chan malam ini,” jelas Yuto. Yamada mengulum senyum senangnya. “Eh, Yama-chan, demamnya balik lagi? Kok pipimu merah?” tanya Yuto usil.
“Berisik ah,” Yamada memalingkan wajahnya dari Yuto. “Ya udah, naik ke kasurnya Keito sana,” suruhnya.
“Ngga mau, aku mau disini aja, biar aku bisa pegangin tangannya Yama-chan semalaman,” tolak Yuto.
“Kok gitu? Kan dingin,” meskipun protes begitu, Yamada tidak bisa menahan jantungnya yang berdebar senang. “Nanti kamu sakit.”
“Saat ini aku juga sekhawatir itu soal kamu, Yama-chan. Aku sangat khawatir sampai aku ngga bisa mikir buat melakukan apa-apa selain merawat kamu sampai sembuh total. Aku sekacau ini kalau Yama-chan sakit,” Yuto mengelus tangan Yamada dalam genggamannya. “Yama-chan, sebelum kamu membiarkan dirimu bekerja terlalu keras, coba ingat perasaan khawatirmu ke orang lain itu. Kami, teman-temanmu, juga sekhawatir itu soal kamu.”
Yamada menatap mata Yuto lekat. Yamada mencarinya dalam hatinya yang terdalam. Terkadang, semua memang terasa melelahkan…
“Terima kasih. Aku tahu aku memang beruntung memiliki kalian,” Yamada tersenyum. “Dan kalau aku terjatuh, kamu akan menangkapku kan?” tanyanya. Yuto menjawab dengan senyum lebar.
“Kapan pun kamu lelah, aku ada di sampingmu,” Yuto membubuhkan kecupan di dahi Yamada. “Goodnight.”
“Goodnight.”
Genggaman tangan mereka bertahan hingga pagi hari menjelang.
===========
=Besoknya=
“Kok lantai di bawah meja masih berpasir sih??? Itu yang mindah susunya Chinen ke lemari atas siapa?! Cucian juga kok banyak yang numpuk?? Jemuran kemarin diangkat ngga sih?! Itu juga lantai kamar mandi disikat ngga sih?! Kotor banget!!!”
Pagi-pagi, di hari yang cerah ceria, Yamada Ryosuke yang telah sembuh dari sakitnya sibuk menginspeksi keadaan rumah yang ditinggalnya sehari. Hikaru menjadi asisten pengawasnya. Sementara anak-anak yang lain duduk di lantai sambil di sidang.
“Kalian ini bener-bener ngga bisa diharapkan deh!!”
Sepagian, anggota Hey Say Jump harus menampung suara merdu Yamada yang digunakannya untuk marah-marah.
==========
TAMAT
===========
GWS Yama-chan yang lagi sakit ><9