Title: Love U Without a Reason
Author:
azura_caelestis Rating : PG+13 to NC21 / straight
Main Cast: Dong Young Bae (Tae Yang) Big Bang and OC
Length : 8 Shots
Part : 5 of 8
Genre: Romance, Drama, Comedy
Disclaimer: I don't own the character and this story is only fiction.
Warning:
If there is no one comment here, I won't post the second chapter hohoho....XD
For the friend who does not have Live Journal ID, please comment as ANONYMOUS and write your name in the comment box.
(click the poster to see the real size)
Chapter 5: “I’m Nothing Without U”
Mataku hanya dapat menatap nanar dari balik teralis yang mebatasi maesanin.
Kulihat Jae Joong keluar dari kamar sambil merapihkan kemeja putihnya itu dan aku pun tahu bahwa memang ada sesuatu yang telah terjadi.
Hee-chan menyusul Jae Joong dan ikut berlari keluar dari kamar.
Bajunya tidak terkancing dengan rapi dan bagian atasnya pun masih sedikit terbuka.
Tak sengaja tatapan kami bertemu.
Ia terlihat kaget sekligus ketakutan saat melihat keberadaanku yang tak dikiranya itu.
Buat apa kau takut Hee-chan?
Mau melakukan apa pun juga,itu bukan hakku untuk melarangmu karena sudah berkali-kali kau katakan bahwa aku ini hanyalah seorang pembantu dan aku tidak punya hak apapun atasmu.
Hee-chan mengantar Jae Joong ke arah pintu lalu ia membiarkan pipi kanannya dicium oleh laki-laki brengsek itu.
Tanganku terasa geram dan ingin sekali melayangkan tinju ke arahnya, namun semuanya itu hanyalah anganku. Kekesalan di hatiku benar-benar tidak berguna. Percuma saja aku mengumpat karena yang dapat kulakukan hanyalah berpaling ke arah tembok dan pura-pura tidak melihatnya.
BLAM!
Terdengar suara pintu yang menutup.
Jae Joong sudah pergi, tetapi aku tetap memutuskan untuk menghadapkan tubuhku ke arah tembok.
Aku masih belum bisa menerima semuanya.
Tiba-tiba aku mendengar seseorang memanjat anak tangga yang menuju ke mesaninku ini.
“Young Bae~a..”
Sudah kuduga, orang itu pastinya Hee-chan.
Suaranya terdengar agak bergetar seperti menahan tangisan.
Buat apa kau datang ke sini?
Kau merasa bersalah sekarang?
Tantangku dalam hati.
“Young Bae~a..” Ia terus memanggil namaku, namun aku tetap tidak mengacuhkan panggilannya itu.
Hatiku terlalu sakit untuk menatap wajahnya dan mengingat apa yang baru saja terjadi.
Semua ingatan itu terlintas seperti film yang tiada hentinya terpampang di otakku.
Aku tidak mau membentaknya saat ini, oleh karena itu lebih baik aku diam saja, akan tetapi kali ini Hee-chan tidak diam saja. Tiba-tiba ia berbaring di sebelahku lalu memeluk pinggangku dari belakang.
Aku terkejut.
Mengapa ia bisa bertindak seberani ini?
****
Aku sudah frustasi dengan kelakuan anehnya.
Aku berusaha memberanikan diri untuk memeluk pinggangnya itu.
Aku memeluknya dengan erat seakan aku takut kehilangan dirinya, akan tetapi mengapa ia tidak berbicara sedikit pun?
Padahal sekarang aku ingin sekali mendengar kata-kata penghiburan yang biasa dilontarkan dirinya.
Tanpa kusadari air mataku perlahan meleleh dan membasahi pipiku.
“Young Bae~a...mianhae...” Hanya kata itulah yang dapat kuucapkan disela isak tangisku.
Aku tidak ingin ia salah paham dengan apa yang telah terjadi di kamar tadi.
Aku tidak ingin ia berpikir bahwa diriku sudah melakukannya tadi bersama sunbae karena sesungguhnya kami tidak melakukan apa-apa.
Hatiku belum siap untuk melakukannya.
Entah mengapa saat aku pasrah untuk memeberikan milikku ini kepadanya, aku malah tidak bisa menghapus wajah kecewa Young Bae di benakku ini.
Rasanya aku ingin menangis saat mengingat itu semua.
Young Bae tetap diam tak bergeming.
Apakah perkataan maafku hanya dianggapnya sebagai isakan bisu di telinganya?
Sebenarnya apa yang salah dengan dirinya?
“Young Bae!”
Aku mulai kesal dan memukul punggungnya, namun ia tetap saja diam dan menerima pukulanku tanpa perlawanan.
Tanpa kusadari tiba-tiba saja ia berbalik dan menahan kedua tanganku yang hendak memukulnya itu.
Ia menatatapku. Tatapannya yang dalam itu seolah memohon kepadaku agar aku mengehentikan kelakukan bodohku ini.
Seketika itu juga aku terdiam dan menatap matanya dengan perasaan takut.
Tak kusangka Young Bae malah mendekati wajahku dan mulai mencumbui bibirku.
Ia melumatnya dengan kasar tanpa mempedulikan perasaanku.
Aku mencoba untuk memberontak dengan sekuat tenaga, namun usahaku sia-sia saja. Ia memegangi kedua lenganku dan menahannya dengan kuat.
Ia mendorong tubuhku dengan paksa ke arah tembok. Aku hanya dapat meringis dan menahan sakit di kepalaku saat terbentur dengan tembok di belakangku.
Bibirnya terus melumat bibirku tanpa henti dan tiba-tiba saja salah satu tangannya mulai melepaskan genggamannya lalu merogoh ke dalam celah kemejaku yang terbuka itu.
Ia meraba bagian punggungku dan berusaha membuka bra-ku dengan paksa. Aku semakin memberontak ketakutan dengan sikap anehnya ini.
GEUMANHAE!
Aku berteriak dalam hati.
Kumanfaatkan genggaman yang melonggar itu untuk mendorongnya dengan sekuat tenaga.
Genggamannya terlepas.
PLAK!
Telapak tanganku mendarat dengan sukses di wajahnya.
Kupeluk kedua kakiku untuk menutupi bajuku yang setengah terbuka itu.
Aku kecewa dengan apa yang dilakukannya ini. Aku tidak pernah mengira bahwa ia akan memaksaku untuk melakukannya.
Sekilas kupandang wajahnya sambil terisak.
Ia memandangku dengan tatapan dingin.
Perasaanku tercampur aduk.
“KELUAR! JANGAN PERNAH KEMBALI! PERGI SANA!” teriakku histeris sambil menangis.
Tanpa membantah Young Bae pun mengambil tas ransel di sebelah tempat tidurnya lalu pergi meninggalkan diriku sendiri.
Ia tetap diam dan tidak mengatakan sepatah kata pun di sela kepergiannya itu.
Suara terakhir yang kudengar di tengah tangisanku ini hanyalah suara bantingan pintu yang dilayangkan Young Bae.
Mengapa? Mengapa semuanya menjadi seperti ini?
Padahal Young Bae adalah orang yang sangat baik di pikiranku, tetapi mengapa-mengapa sikapnya yang barusan ia tunjukkan bukanlah sikap Young Bae yang sama ini kukenal?
Apa yang ada di pikirannya tadi?
Hanya pertanyaan-pertanyaan itulah yang bisa kutangisi sendiri.
Kutatap kedua pergelanganku memar akibat ulah yang Young Bae tadi.
Rasanya sakit, namun rasa sakit ini tidak seberapa dengan rasa sakit yang tertoreh di dalam relung hatiku.
****
Mianhae, Hee-chan~a.
Ini yang memang pantas kudapatkan atas yang perlakuanku tadi.
Aku tidak bisa menahan perasaan iri ini.
Perasaan geram di hatiku seakan meluap tanpa henti saat kusaksikan dirimu bersama Jae Joong tadi.
Pemandangan itu begitu menyakitkan.
Aku tidak memang pantas marah kepadamu atas ini semua dan aku yakin pasti kau tidak akan pernah memaafkanku, namun walaupun begitu aku akan tetap mengingat kebaikkan dirimu selama ini.
Kuhentikan kakiku dengan lesu di depan sebuah rumah.
Setelah beberapa lama aku meninggalkannya akhirnya aku harus menginjakkan kembali kakiku di rumah ini.
Kubuka pintunya dengan cepat lalu melangkah masuk ke dalam,namun bau yang tidak sedap segera menghadangku saat langkah pertama ke arah ruang tengah.
OMO! Bau apa ini?
Kulangkahkan kakiku sedikit mengendap-endap sambil mencari asal bau tersebut.
Setelah sekian lama berkeliling akhirnya kusadari bahwa bau ini ternyata berasal dari akuarium kecil yang berada di samping televisi.
Aku lupa bahwa aku memelihara-
Belum sempat kulanjutkan kata-kataku, hatiku sudah dikejutkan oleh dua bangkai ikan yang berbau busuk itu.
MINKI?! YUKI?! Kedua ikan kesayanganku itu mati di tempat.
Agggrrhhh! Andwe! Ini memang salahku, aku melupakan mereka berdua, tetapi untungnya Boss-
anjingku kutitipkan pada Ji Yong.
Setidaknya keadaannya akan lebih aman daripada aku harus meratapi kematiannya jika ia tetap berada di rumahku ini.
Akhirnya dengan berat hati kubuang bangkai Minki dan Yuki lewat saluran pembuangan rumah.
Hatiku rasanya sangat bersalah, mengingat merekalah peliharaanku sejak dulu.
Tetapi,semuanya itu telah terlambat.
Jika bangkai mereka tidak segera disingkirkan, kemungkinan aku akan terus berteriak histeris di dalam hati,selain itu mungkin aku akan dikira tetangga menyembunyikan mayat di rumah.
Jelas saja aku tidak mau rumahku digeledah polisi tanpa sebab yang jelas.
Langkah selanjutnya yang kujalani adalah membereskan rumahku.
Kupandangi sejenak keadaannya yang seperti kapal pecah itu.
Memang tatanannya tidak terlalu berantakan, tetapi bau tak sedap lainnya sudah kembali menyerang rumahku ini dan bau itu berasal dari dapur.
Ternyata sejak hari terakhir aku meninjakkan kaki di rumah ini, aku masih menyisakan beberapa piring kotor di bak cuci piring.
Aish, jorok sekali!
Kotoran piring itu mungkin sudah dibelatungi dan kotorannya sudah mengambang ke mana-mana.
Aku memang bodoh!
Tetapi semua itu akhirnya harus terpaksa kubereskan sendirian.
****
Drrrttt....Drrrttt.....
Nuguya? Siapa yang menelepon pagi-pagi seperti ini?
Akhirnya dengan setengah hati dan bermalas-malasan kuputuskan untuk melihat nama sang penelepon di layar handphone-ku .
YOUNGIE calling.
Dasar Youngie buat apa meneleponku pagi pagi seperti ini?
Dengan terpaksa kudekatkan handphone ke arah telingaku.
“Yeoboseyo,Youngie~a...”
“HEE-CHAN! Mau menemaniku shopping di Apkujong hari ini?”
“YOUNGIE! Sudahku katakan jangan memanggilku dengan sebutan itu!”
“Ahh, ara. Itu panggilan sayang dari Young Bae untukmu, kan? Geurae, aku tidak akan memakainya! Takut aku mencemari nama itu?”
Mengapa Youngie harus membahas nama itu lagi!
Padahal aku hendak melupakan itu dari kehidupanku.
“Ya!” Teriakkan Youngie dari telepon membuyarkan lamunanku.
“Ye? Ada apa?”
“Jadi bagaimana? Kau mau menemaniku kan?”
Aku berpikir sejenak atas pertanyaan itu, tetapi boleh juga. Daripada aku terus mengurung diri di rumah dan menjadi lebih depresi memikirkan Young Bae, lebih baik aku me-refreshing pikiranku untuk sejenak.
“Geurae, aku akan ke rumahmu sekarang.”
Aku segera menutup handphone-ku dan bangkit bediri.
Ting Tong...Ting Tong...
Youngie, sedang apa sebenarnya? Mengapa lama sekali membuka pintu?
Padahal sudah sekitar dua kali aku menekan bel, tetapi mengapa masih belum membuka pintu.
Akhirnya dengan hati yang tidak sabar kuputuskan untuk mengetuk pintunya kali ini.
Pintu pun terbuka,namun aku begitu terkejut saat tahu yang membuka pintu adalah Seung Hyun.
“Sang Hee~a, mian! ” katanya seraya mempersilahkanku untuk masuk.
“Gwenchanayo, Min Young ada?”
Aku merasa canggung saat berbicara dengannya. Walaupun aku bersahabat dekat dengan Youngie, tetapi aku hanya sempat beberapa kali bertemu dengannya.
Tanpa basa-basi aku pun langsung menerobos masuk, melewati ruang keluarga dan langsung menuju kamar Youngie yang berada di sudut lorong.
“Youngie~a!”
Aku berteriak sambil membuka pintu kamarnya dan seperti biasa ia sedang membereskan koleksi disc-nya yang bertebaran di mana-mana.
Aku jelas mengetahui gaya berpacarannya yang menurutku aneh itu.
Pasangan yang berpacaran pada umumnya akan bermesraan jika mereka memiliki waktu luang untuk berdua,tetapi hal ini sama sekali tidak berlaku untuk Youngie dan Seung Hyun.
Benar-benar pasangan yang super aneh.
Mereka justru akan berdebat tentang disc-disc new release yang baru mereka beli.
Aku tidak sampai tidak habis pikir saat mendengarnya bercerita waktu itu.
“Hee-chan, kau sudah datang? Masuk saja!”
“Ya! Jangan panggil namaku dengan sebutan itu lagi!”
Aku memasang muka murung seketika.
“Ara. Um, ada apa dengan wajahmu? Waeyo? Mengapa wajahmu kusut begitu?”
Sudah kukira ia akan menanyakan hal itu.
Sesungguhnya aku mencoba untuk menyembunyikannya, tetapi akhirnya ia dapat menebaknya juga.
“Anio.”
“Ah, kau jangan menyembunyikannya di hadapanku.”
“Youngie~a, jinja. Aku tidak menyembunyikan apapun.”
“Aku tahu pasti kau sedang bertengkar dengan Young Bae? Iya, bukan?”
“Entahlah.” Aku menghela nafas.
“Gojitmal, ayo ceritakan! Kau anggap aku ini siapa? Kalau kau menganggapku sahabatmu, maka lebih baik kau menyeritakannya padaku.”
Aku benar-benar tidak ingin membahas tentang masalah itu, tetapi Youngie malah memaksaku untuk menceritakannya.
“Aku mengusirnya.” Aku tertunduk lesu.
“Mwo? Memangnya apa yang terjadi? Apa ia melakukan hal yang tidak-tidak terhadapmu?”
“Ani.” Lagi-lagi aku mencoba untuk menutupinya.
Aku tidak ingin Youngie tercengang jika ia tahu apa yang telah terjadi tadi malam.
“Ya sudah, lebih baik kita berangkat sekarang dan bersenang-senang, bagaimana?”
Aku mengangguk pelan.
****
Sehari tidak bertemu dengannya,rasanya sudah membuatku merasa sepi.
Mengapa di otakku hanya ada Hee-chan seorang?
Mengapa hidupku seakan tidak bisa kembali normal sejak tinggal di rumah itu.
Aaarrgghh...
Jika begini, lama-lama hidupku bisa menjadi gila!
Lebih baik hari ini aku ke rumah Ji Yong untuk mengambil Boss di sana.
Tok....Tok....Tok....
Tiba-tiba pintu kamarku diketuk dari luar.
Nugu?
Mengapa bisa ada yang mengetuk pintu?
Bukannya aku hanya seorang diri di rumah ini?
Jangan-jangan itu-
BRAK!
Tanpa basa-basi lagi sang pengetuk pintu segera mendorong pintu kamarku dengan kasar dan menerobos masuk.
“Ji Yong~a! Jinja! Kau ini benar-benar mengagetkanku saja!”
Dengan tampang pura-pura tidak tahu Ji Yong hanya tersenyum tidak jelas ke arahku.
“Mian.” Ia meminta maaf dengan wajah polosnya itu. Benar-benar menjengkelkan.
Dasar! Kukira ia perampok di tengah siang bolong!
Padahal aku hendak menuju ke rumahnya.
“Igeu!” Ia menyodorkan sebuah tali yang berada di tangannya.
Sejenak aku bingung dengan kelakukannya, tetapi kemudian aku mengerti pun dengan yang ia maksudkan itu.
Segera kuambil tali yang disodorkannya itu dan terlihat wajah yang lama tak kujumpai mengintip dari celah pintu.
Boss segera berlari ke arahku dan aku segera menggendongnya.
Mungkin Boss dapat menghilangkan rasa bosanku selama minggu-minggu ke depan di rumah ini.
Aku harap itu dapat terjadi.
****
Rasa benar-benar risih saat melihat wajah Sang Hee yang sedari tadi pagi hanya terpampang lesu tanpa semangat itu.
Apa sebegitu dashyatnya efek dari kehilangan Young Bae?
Aku tidak habis pikirnya.
Aku yakin, mungkin saat ia bertengkar dengan Jae Joong sunbae, pastinya ia tidak akan semurung itu. Benar-benar aneh.
Apa mungkin selama ini ia hanya menipu perasaannya sendiri?
Sudahlah, jika memang benar, pasti itu semua akan terungkap dengan sendirinya.
“Sang Hee~a!”
Panggilanku sama sekali tidak dihiraukan olehnya.
Sudah dua jam lamanya kami berkeliling di Apkujong, tetapi Sang Hee sama sekali tidak dapat memalingkan wajahnya dari toko itu.
Sebenarnya apa yang ada di toko itu?
Hanya topi rajutan saja dan tidak ada yang lain.
Sang Hee pastinya mengalami depresi berat, namun jika sikapnya begini terus aku pun sebagai sahabatnya akan ikut menjadi gila.
****
Semuanya berjalan begitu tidak terasa.
Sudah sebulan lamanya Young Bae meninggalkan apartemen ini tanpa jejak.
Terkadang aku masih merindukannya.
Aku merasa bukan siapa-siapa jika tak ada dirinya di rumah ini.
Suasana menjadi begitu hampa tanpa senyuman dan candaannya itu.
Aku merindukan semuanya.
Aku menyesal telah mengusirnya waktu itu.
Young Bae! Jika kau bisa mendengarku,tolong kembalilah!
Aku memaafkanmu apa adanya.
“Sang Hee~a.”
Jae Joong Sunbae tiba-tiba menyelimuti tubuhku dengan jas yang biasa dikenakannya itu.
Belakangan ini sikapnya berubah.
Ia menjadi lebih romantis.
Sebenarnya apa yang telah terjadi pada dirinya belakangan ini?
Memang selama Young Bae menghilang dari kehidupanku, waktu menjadi lebih banyak kuhabiskan bersama Sunbae, tetapi aku yakin bahwa semua hal itu bukanlah penyebab dari perubahan sikapnya.
Sejak seminggu lalu, ia selalu mengirimkan bunga secara diam-diam setiap paginya.
Awalnya aku tidak mengetahuinya, tetapi setelah kuselidiki ternyata memang benar itu adalah ulahnya.
Hari ini ia malah mengundangku untuk pergi ke tempat yang sepi seperti ini.
Semuanya begitu sepi dan hanya suara jangkrik dan terpaan angin malamlah yang dapat kudengar di tempat ini.
Memang suasan di sini benar-benar romantis.
Di tempat ini aku dapat memandang ribuan lampu yang menerangi kota Seoul dari kejauhan, akan tetapi jika aku melihat ke arah belakang terkadang aku merasa ketakutan. Semuanya begitu gelap dan jauh dari kesan pemandangan hiruk-pikuk perkotaan.
Sunbae tiba-tiba duduk di sebelahku dan menyerahkan segelas wine yang dibawanya dari rumah.
“Otte?” tanyanya pelan.
“Joa.” Aku menanggapinya dengan senyuman.
“Sang Hee~a, apa kau pernah berpikir bahwa waktu akan berjalan secepat ini?”
Ia merebahkan kepalanya di bahuku.
Aku yang tersontak kaget malah tidak mendengarkan pertanyaan darinya.
“Ye?” tanyaku bingung.
“Anio, aku hanya saja tidak menyangka dapat bertemu denganmu kembali. Padahal jika kuingat saat dulu, semuanya seakan seperti mimpi.”
Aku terharu mendengarkan kata-katanya itu dan sesekali mengusap rambutnya yang sudah mulai panjang itu.
“SARANGHAE JAE JOONG~A!!!” Aku berteriak sekencang-kencangnya ke arah lampu-lampu kota itu.
Kulihat Sunbae tertawa di sampingku.
“Wae?”
“Anio, hanya saja baru kali ini kau memanggil namaku.”
“Jinja? Aku tidak sadar melakukannya.”
“Lebih baik kau tidak perlu memanggilku dengan sebutan Sunbae dari sekarang.”
“Waegurae?”
“Karena-” Sunbae tidak melanjutkan kata-katanya, namun ia malah mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celananya.
OMO! Itu kotak cincin.
Lalu apa jangan-jangan Sunbae mau-
Tanpa kata-kata yang terucap dari mulutnya, Sunbae menarik tangan kiriku dan menyematkan sebuah cincin di jari manisku.
Aku terhenyak seketika. Lidahku kelu untuk mengucapkan kata-kata, namun tiba-tiba saja ia mencium bibirku dan melumatnya lembut.
Aku bisa merasakan manisnya wine di setiap setuhan bibirnya itu.
Aku balas melumatnya, namun tetap saja perasaan terkejut masih belum dapat pergi dari benakku.
**TO BE CONTINUED**