Title : Your Love is All I Need
Author :
azura_caelestis Main Casts : Kim Jun Su (TVXQ) and Min Jung Hwang
Other Casts : Kim Jae Joong (TVXQ)
Length : Oneshot (1687 words)
Genre: Tragedy, Fluff, Drama
Rating : T (PG+13)
A/N :
This is the one of my fan fiction collection, this fiction I wrote last year, so may be the words and sentences are little bit odd.
But, I still like the idea, so hope you like it too!
(click the poster if you want to see the real size)
Dear Diary,
Menjadi manager DBSK memang terlihat seperti pekerjaan yang menyenangkan , namun sebenarnya anggapan itu salah besar.
Orang melihatku dapat bersama pria-pria tampan itu merupakan sebuah kebahagiaan, tetapi fakta itu sama sekali salah.
Mulai dari pagi hari, aku harus bangun lebih pagi melihat dan menyusun jadwal mereka.
Setelah itu ,belum lagi seharian aku harus ikut bersama-sama dengan mereka ke manapun.
Sepertinya dua puluh empat jam dalam sehari rasanya tidak cukup untukku, aku ingin merasakan kebebasan sebenarnya,tetapi apa boleh buat.
Rasa lelahku terasa semakin menjadi akhibat perintah-perintah konyol dari para member DBSK, khususnya orang yang bernama Jun Su itu.
Ia sangat menjengkelkan, selalu saja ia menyuruhku melakukan ini dan itu, padahal sangat jelas ia dapat melakukan pekerjaan itu sendiri.
Akan tetapi, setidaknya rasa lelahku dapat sedikit terlupakan karena Jae Joong.
Walaupun aku tidak seberapa dekat dengannya, tetapi ia selalu berlaku baik padaku.
Ia sering menyuruhku untuk memperhatikan kesehatanku dan ia juga sering membantuku menyelesaikan pekerjaanku.
Aku berharap Jun Su dapat menjadi orang seperti Jae Joong agar tidak selalu merepotkanku.
Aku tidak sengaja membaca tulisan itu dari buku harian milik Jung Hwang.
Padahal tadinya aku ingin menyuruhnya untuk membeli persediaan cemilan yang sudah habis, tetapi saat aku panggil namanya berulang kali ia tetap saja tidak merespon.
Akhirnya aku menuju meja kerjanya dan ternyata ia sudah tertidur pulas di sana.
Ia tidak sadar telah membiarkan buku hariannya dalam keadaan terbuka dan aku juga tidak sengaja meliriknya.
“Jung--” aku berniat membangunkannya, namun tiba-tiba aku malah mengurungkan niatku itu.
Saat aku membaca kata-kata hatinya itu, aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku telah keterlaluan kepadanya selama ini.
Aku pergi keluar asrama dan berjalan menuju mini market untuk membeli cemilan kesukaanku, tetapi saat aku melewati lemari minuman, aku malah teringat dengan Jung Hwang.
Kata-kata yang ditulisnya di buku tadi seolah bermunculan di otakku.
Ia berharap diriku dapat lebih perhatian kepadanya.
Meingat kembali kata-katanya itu.
Tiba-tiba sebuah ide brilian di kepalaku.
Aku berniat membelikannya minuman.
-------------------------------------------------
“Hhmmm...” erangku sambil membuka mata perlahan.
Aku baru menyadari bahwa semalam aku tertidur di meja kerjaku.
Oh tidak, semalam aku lupa menutup buku harianku!
Akhirnya dengan cepat kututup diary mungilku itu.
Aku berharap tidak ada yang membacanya.
Jangan sampai ada satu member DBSK pun yang membacanya, jika tidak pastinya aku akan menghadapi masalah besar.
Aku bangkit dari kursi dan bersiap-siap menuju kamar mandi, namun tidak sengaja mataku melihat sebuah kaleng susu yang terletak di ujung meja.
Siapa yang membelinya? Bukannya tadi malam aku tidak membeli minuman apapun?
Tapi, tak apalah lumayan juga ada minuman gratis di pagi hari seperti ini.
Kuangkat kaleng itu dan berniat untuk membukanya, tetapi aku malah menemukan sebuah notes di sisinya.
Gomawo karena telah berkerja keras selama ini.
Aku tahu sekaleng susu ini tidak setimpal dengan usahamu selama ini.
Akan tetapi, cobalah untuk memperhatikan kesehatanmu.
Jangan ketiduran di meja lagi..
Sebenarnya dari mana minuman ini berasal?
Apakah dari Jae Joong?
---------------------------------------------------------
Jun Su tersenyum kecil di ruang tengah saat melihat Jung Hwang meminum susu pemberiannya.
Jung Hwang yang melihat Jun Su tersenyum ke arahnya langsung berkata,”ya! apa yang kau lihat? Memang ada apa dengan diriku?”
Mendengar kata-kata itu Jun Su menyimpan senyumnya kembali.
“Anio, aku hanya memikirkan tentang hal lain...” balas Jun Su.
“Cham, bagaimana rasa minuman itu? Apakah enak?” Jun Su bertanya kembali sambil menunjuk kaleng minuman yang berada di genggaman Jung Hwang.
“Oh, tentu saja enak...karena yang memberikannya adalah Jae Joong,” sindir Jung Hwang.
Mendengar jawaban itu rasa kecewa langsung terukir di hati Jun Su.
“Sudah,terserah kau sajalah,” Jun Su memalingkan wajahnya dan berpura-pura menonton televisi.
Akan tetapi, Jun Hwang yang juga tidak merasa bersalah dengan santainya melanjutkan perjalanannya menuju kamar mandi.
----------------------------------------------------------
Dia memang benar-benar menyebalkan!
Katanya ingin diberi perhatian,tetapi sekarang apa balasannya?
Ia malah berkata padaku bahwa Jae Joong-lah yang memberikan minuman itu.
Padahal kemarin malam, Jae Joong sudah tertidur pulas sama seperti dirinya jadi mana mungkin ia bisa membelikan minuman.
----------------------------------------------------------
Usaha Jun Su yang gagal itu tidak berakhir di situ saja.
Ia mencoba kembali usahanya.
Sejak saat itu, setiap pagi Jun Su tidak lupa meletakan sebuah kaleng susu untuk Jung Hwang.
Namun, setiap pagi pun Jung Hwang masih mengira bahwa yang memberinya adalah Jae Joong.
---------------------------------------------------------
“Jung Hwang, pali!” teriak Jae Joong dari dapur.
“Ye, changkaman!” balas Jung Hwang sambil berlari membawa belanjaan.
“Hari ini apa yang kita masak?” tanya Jung Hwang sambil tersenyum.
“Hari ini kita membuat steak saja, otte?,” jawab Jae Joong sambil mengeluarkan barang-barang dari kantong belanjaan.
“Geurae, kau harus mengajarkannya padaku,” balas Jung Hwang.
“Arasseo,” Jae Joong membentuk tangannya seperti lambang oke.
----------------------------------------------------------
Perutku lapar sekali,apakah Jae Joong sudah memasak?
Biasanya jam segini Jae Joong akan bersiap-siap masak untuk makan malam.
Belum sampai aku masuk ke dalam dapur, aku mendengar sudah mendengar suara tawaan.
Aku coba mengintip dari balik pintu.
Aku merasakan perasaan yang aneh.
Aku merasa iri kepada Jae Joong.
Saat Jung Hwang bersamanya ia terlihat bahagia, mereka dapat bercanda-canda, tetapi mengapa saat bersama denganku ia hanya menjawab pertanyaanku dengan sinis?
Walaupun akhir-akhir ini aku selalu berusaha perhatian kepadanya, tetapi ia selalu saja tidak mempedulikan usahaku.
Usahaku malah dikiranya sebagai usaha Jae Joong.
Aku iri dengan Jae Joong, mengapa ia tidak dapat memandang diriku sama seperti kau memandang Jae Joong?
Saat aku sudah diacuhkan seperti itu, tetapi ada sebuah perasaan yang selalu mendorongku untuk tetap bertahan.
Sejak perasaan itu muncul aku selalu bertanya-tanya dalam hatiku.
Apakah mungkin perasaan itu disebut cinta?
Apakah mungkin aku sudah mulai menaruh hati kepadanya selama ini?
--------------------------------------------------
Hari ini DBSK mengadakan pemotretan untuk album terbarunya.
Karena hal ini Jung Hwang semakin sibuk saja hari ini.
Ia harus mengurusi jadwal, mengurusi perlengkapan, dan banyak hal lagi yang harus dibereskannya.
-------------------------------------------------
Benar-benar melelahkan.
Barang yang harus dibawa masih banyak, lalu bagaimana caranya membawa ini semua?
Saat aku berniat membawa barang-barang itu, namun tiba-tiba sebuah tangan sudah terlebih dahulu mengambilnya.
“Biar aku saja,” katanya.
“Jun Su?” Aku kaget melihatnya membantuku.
Selama ini ia tidak pernah berlaku begitu baik kepadaku.
“Jinja?” Pertanyaan spontan itu meluncur begitu saja dari mulutku.
“Ye, tenang saja...aku benar ingin membantu kok,” ia tersenyum kepadaku.
Ada apa dengannya hari ini?
Mengapa ia berlaku seperti itu kepadaku.
Biasanya ia hanya menyuruh-nyuruhku untuk melakukan yang aneh-aneh sampai kelelahan,tetapi mengapa kelakukannya lain sekali hari ini?
Ia malah membantuku, sebenarnya apa yang telah terjadi pada dirinya?
---------------------------------------------------
Aku benar-benar sudah tidak mempehatikan sama sekali gengsiku hari ini.
Walaupun semua member sudah berada di lokasi, namun aku rela menghilang sebentar untuk membantunya.
Awalnya aku beranggapan bahwa ia akan mengetahui perasaanku walaupun aku memperlakukannya baik secara diam-diam.
Namun,anggapanku ternyata salah besar.
----------------------------------------------------
“Jae Joong~a, gomawo atas minumannya selama ini,” kata Jung Hwang.
“Ye? Minuman apa memangnya?” tanya Jae Joong.
“Igeu.” Jung Hwang menunjukkan kaleng minuman yang juga didapatkannya hari ini di meja kerjannya.
“Minuman itu-minuman itu bukan dariku,” balas Jae Joong.
“Jadi ini dari siapa?” tanya Jung Hwang pada dirinya sendiri.
“Memang kau mendapatkannya di mana?” tanya Jae Joong penasaran.
Belum sampai Jung Hwang menjawabnya tiba-tiba Jun Su datang dan menarik tangannya.
“Ya!” teriak Jung Hwang.
“Ikut aku sekarang!” bentak Jun Su.
Jae Joong yang melihat itu hanya bisa tercengang dan bingung dengan tingkah Jun Su yang tidak seperti biasanya.
------------------------------------------------
Aku sudah mempedulikan apa-apa.
Aku benar-benar cemburu saat Jung Hwang bersama Jae Joong tadi.
Pertanyaan yang sama masih tetap menghantui kepalaku.
Mengapa hubunganku dengannya tidak bisa sedekat hubungan Jae Joong dengannya?
Padahal segala usaha telah kulakukan.
Aku menarik tangannya.
“Ya! Geumanhae!”
Aku tidak menghiraukan teriakannya sampai di sebuah taman dekat asrama.
Kulepaskan cengkraman tanganku di lengannya.
“Kau ini benar-benar..”
Belum ia selesaikan kata-katanya, aku nekat mencium bibirnya.
Ia memberontak, namun aku mendekapnya kuat dan masih tidak melepaskan bibirku dari bibirnya.
Setelah ia memukul dadaku karena kehabisan nafas, aku baru menghentikan aksiku itu.
“Apa yang kau lakukan?!” ia membentakku sambil menangis.
Ia berteriak hesteris di hadapanku.
“Tunggu, dengar dulu penjelasanku!”
“Aku mau menjawab pertanyaanmu yang itu.”
Ia diam dan mencoba untuk meredam nafasnya yang terengah-engah itu.
“Yang memberimu minuman itu setiap paginya adalah aku,” jawabku pelan.
“Aku tidak bermaksud memaksamu untuk memaafkan aku, tetapi selama ini aku telah bersalah kepadamu, aku selalu menyuruhmu tanpa memperhatikan perasaanmu...mianhae.”
Aku tidak berani memandang wajahnya.
Aku merasa aku terlalu buruk untuk mengatakan kata-kata itu.
“Saat membaca buku harianmu itu, aku baru sadar bahwa aku memang keterlaluan dan sejak saat itu aku memutuskan untuk berubah, namun kau tetap saja menganggap bahwa semua perhatian yang kuberikan itu berasal dari Jae Joong.”
“Awalnya aku kecewa namun lama-kelamaan aku cemburu dan menyadari bahwa aku jatuh cinta kepadamu.”
Aku diam sejenak dan mencoba untuk menerawang langit.
“JUNG HWANG, SARANGHAE!”
Akhirnya aku berani untuk meneriakkan kata-kata itu.
Aku menunggu reaksi darinya, tetapi tiba-tiba ia malah menangis semakin keras dan pergi tanpa mempedulikan kata-kataku sebelumnya.
--------------------------------------------------------
Aku tidak menyangka ia akan mengatakan kata itu kepadaku.
Aku memang tidak memiliki perasaan apa-apa kepadanya selama ini, tetapi saat mengetahui ia yang selama ini memberiku minuman itu setiap paginya, aku menjadi memikirkan semua anggapan burukku selama ini.
Selama ini aku beranggapan bahwa ia adalah seseorang yang sombong dan tidak pernah peduli dengan orang-orang di sekitarnya, namun hanya karena diriku seorang ia rela merubah sifatnya.
Aku berlari setelah mendengar kata-katanya itu.
Aku tidak sanggup mendengarnya lebih lanjut, namun karena terlalu terburu-buru, aku tidak menyangka ada mobil yang tiba-tiba datang dari arah kanan.
Aku kaget dan sudah tidak dapat mengelak lagi.
Aku hanya dapat menutup mataku dan pasrah terhadap apa yang akan terjadi.
Tiba-tiba ada yang mendorongku dari belakang sampai aku terjatuh ke daerah rerumputan dan saat kubuka mata kemudian menengok ke arah belakang.
Aku tidak sanggup berkata-kata.
“Jun Su! Jun Su!” aku berteriak menghampiri Jun Su yang sudah bersimbah darah itu.
“Jun Su! Ironabwa!” aku menggoncang-goncangkan tubuhnya.
Namun usahaku itu sia-sia saja.
----------------------------------------------------------
Saat itu aku baru menyadari akan suatu hal.
Saat ia masih berada di sampingku,aku tidak pernah menyadari akan seberapa pentingnya dia di dalam hidupku.
Saat ia sudah meninggalkanku,aku baru menyadari kalau aku membutuhkan cinta dan perhatiannya selama ini.
Namun segalanya sudah terlambat.
Penyesalanku juga sudah tidak berguna lagi.
Ia sudah meninggalkanku dan sekarang aku hanya dapat meningat-ingat akan kebaikan-kebaikannya selama ini ia berikan kepadaku.
Jun Su, aku akan selalu mengingat cinta dan pengorbananmu itu, karena setiap hari rasanya ada sesuatu yang kurang dalam hidupku ini dan sesuatu itu adalah cintamu.
----------------------------------------------------