Sep 14, 2015 12:29
Inoo Kei dan Yabu Kota
クリスマス
Besok adalah natal, tapi Inoo tidak dapat menghubungi Yabu.
Inoo berjalan melewati meja bar menuju dapur. Tangannya bergerak perlahan menarik gagang pintu lemari es.
Inoo memasukkan kepalanya kedalam lemari es. Matanya berkedip-kedip mencoba menghilangkan rasa kantuk yang masih menggelayutinya.
Tangannya bergerak mengambil beberapa buah mini tomato dan memasukkannya kedalam sebuah gelas pendek berbentuk bulat. Dia membawa gelas itu ke kamarnya. Inoo mengambil sebuah mini tomato lalu memakannya.
“Asam.”
Inoo mengambil ponsel dari atas meja dengan kasar. Jarinya menekan nomor emergency (nomor Yabu). Dia berharap kali ini Yabu akan mengangkat panggilannya. Namun sayang, yang terdengar dari balik sana adalah jawaban operator.
Inoo merasa kesal. Dia melempar ponselnya asal. Lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Menenggelamkan wajahnya kedalam bantal.
“Kenapa kau tidak menjawab panggilanku?” Inoo berteriak frustasi. “Memangnya aku salah apa? Besok hari natal Yabu-kun~” Inoo melempar bantal menghantam dinding kamarnya. Kesal.
Seseorang membuka pintu kamar Inoo perlahan.
“Nandayo, Kei?”
Daiki berjalan mendekati Inoo dengan memasang ekspresi khawatir.
Inoo menggeleng. Tangannya memberi isyarat pada Daiki agar duduk disampingnya.
“Dai-chan, apa kau bisa menghubungi Yabu-kun untukku?” Inoo memohon.
“Eh? Kenapa tidak kau hubungi sendiri.” Daiki mengangkat alisnya.
“Etto….”
“Apa kalian bertengkar?” Daiki melemparkan pertanyaan yang membuat Inoo tersedak tomato.
“Iie,” Inoo memutar bola matanya, mencoba mencari alasan.
“Ya sudah kalau begitu.”
Daiki berdiri, berjalan meninggalkan Inoo.
“Dai-chan~” Inoo memanggil dengan ragu-ragu. “Sepertinya aku membuat Yabu-kun marah. Dia tidak mau membalas pesan ataupun menjawab panggilan dariku.” Jelas Inoo dengan suara kecil.
“Sou desuka.”
“Un,” Inoo menunduk, memandang kakinya dengan gelisah.
“Hai, wakatta.”
Daiki melempar ponselnya tepat ke genggaman Inoo.
“Arigatou, Dai-chan.”
Daiki pergi keluar dari kamar Inoo dan menutup pintunya dengan perlahan.
Namun bukannya segera pergi, Daiki masih tetap berdiri dibalik pintu kamar Inoo. Sambil tersenyum pahit.
“Maafkan aku Kei.”
Flashback
Tiga hari yang lalu Yabu kota bicara dengan Daiki di sebuah café.
“Aku akan pergi ke Paris.” Yabu membuka pembicaraan.
“Eem, bagaimana dengan Kei? Apa dia tidak keberatan kau tinggal?”
Yabu mengaduk-ngaduk minumannya gelisah.
“Dia tidak tahu aku akan pergi. Berjanjilah kau tidak akan memberitahunya.” Pinta Yabu.
“Yabu Kota, aho desuka.” Daiki marah. “Bagaimana kau bisa tidak memberi tahu Kei. Dia itu pacarmu.”
Yabu menghembuskan nafas panjang.
“Wakatta. Demo… Inoo-chan marah padaku tentang sesuatu hal.” Yabu kembali menghembuskan nafas. “Jangankan memberi tahu kalau aku akan pergi. Menemuiku saja, dia tidak mau.”
“Heh? Tapi, kenapa aku tidak boleh memberi tahu dia kalau kau pergi ke Paris. Beri alasan yang jelas.” Desak Daiki.
“Nanti dia khawatir, apalagi kalau dia tahu aku pergi kesana menyelesaikan sebuah proyek.”
“Tapi dia juga akan khawatir kalau kau tidak bisa dihubungi. Apa lagi ini hampir natal.” Daiki memasukkan sesendok chocolate cake ke dalam mulutnya.
“Jangan khawatir aku akan menyelesaikan pekerjaanku sebelum natal.” Yabu meyakinkan. “Jadi, selama aku pergi tolong jaga dia. Dan rahasiakan tentang keberadaanku.”
“Oke.” Daiki menjawab dengan mantap.
Flashback end
Inoo masih mencoba menghubungi Yabu menggunakan ponsel Daiki. Namun, hasilnya sama saja. Sama sekali tidak ada jawaban dari Yabu.
Inoo mulai frustasi. Dirinya sudah lelah.
Inoo tahu ini salahnya, karena bersikap seperti anak kecil. Seharusnya waktu itu dia tidak menolak bertemu dengan Yabu. Andai dia menemui Yabu hal seperti ini pasti tidak akan terjadi.
*
*
*
*
*
Hari ini adalah natal.
‘Meri- kurisumasu’
Yabu baru saja turun dari pesawat. Dia melambai pada seseorang yang sudah menunggunya sejak tadi.
“Ohayou, Daiki.” “Meri- kurisumasu.” Sapa Yabu.
“Meri- kurisumasu, bagaimana penerbangannya?”
“Hah, tidak terlalu buruk.” Yabu tertawa.
Daiki ikut tertawa menanggapi lelucon Yabu.
“Yabu, kapan kau akan menemui Kei. Dia sudah sangat frustasi karena tidak mendengar kabar darimu beberapa hari ini.”
“Ah, aku akan menemuinya segera.” Yabu tersenyum penuh arti. “Setelah membuatnya lebih khawatir lagi.” Sambung Yabu.
Daiki memukul lengan Yabu cukup keras. “Kau cari mati ya?”
“Bercanda~” goda Yabu. “Aku akan menemuinya.”
*
*
*
Inoo menatap keatas langit, memperhatikan setiap titik salju yang turun ke tanah. Matanya menampakkan kekecewaan yang amat dalam.
Berulang kali dia menatap cemburu pada para pasangan yang lewat di hadapannya. Merasa sakit hati mungkin.
Inoo duduk di atas bangku taman. Tangannya menggosok kedua lengannya begitu sering. Kedinginan.
Inoo mengutuki dirinya sendiri. Bagaimana dia bisa sebodoh ini, di saat udara sedang dingin dia pergi tanpa membawa jaket.
Inoo tersentak kaget. Sebuah jaket mendarat di atas bahunya secara tiba-tiba.
“Ini kan jaketku.” Inoo bergumam.
“Baka. Kenapa keluar tanpa membawa jaket.”
Inoo sangat mengenal suara itu. Dia berdiri dan berbalik menghadap pemilik suara itu. Matanya berbinar.
“Yabu-kun.” Teriak Inoo.
Yabu berjalan mendekati Inoo. “Nandayo, Inoo-chan?” tanyanya dengan tenang.
Inoo memukul lengan Yabu dengan keras. Dia tidak tahu harus berekspresi seperti apa. Haruskah menangis? Tersenyum? Atau marah? Inoo benar-benar bingung.
Yabu menatap Inoo dengan penuh arti. Mengacak rambut Inoo dengan lembut.
“Jangan menangis, aku kan ada disini.” Yabu menghapus air mata Inoo.
“Kau jahat, Yabu-kun. Kau sama sekali tidak membalas pesan ataupun panggilanku.” Protes Inoo.
“Gomen.” Yabu tertawa. “Aku sedang menyelesaikan pekerjaanku di Paris. Aku benar-benar sibuk.” Yabu menjawab dengan santai.
“Paris? Kau pergi ke Paris? Tanpa memberitahuku?” Tanya Inoo tak percaya.
Yabu tersenyum geli. Dia menganggukkan kepalanya, “Un,” “Kau yang tidak mau menemuiku kan?” Yabu menggoda.
Inoo terdiam sesaat, menyadari kesalahannya. “Sesibuk itu? Sampai tidak bisa membalas pesanku?” tanya Inoo dengan suara sangat pelan akhirnya.
“Eem, sangat sibuk.” Kata Yabu.
Inoo menundukkan kepalanya, kecewa.
Yabu tersenyum puas menjaili Inoo. Dia mendekatkan tubuhnya pada Inoo. Berbisik ditelinga Inoo. “Eem, sangat sibuk. Alasannya, karena aku ingin pulang menemuimu saat natal.” Yabu mencium pipi merah Inoo.
Inoo mendongakkan kepalanya, terkejut.
“Meri- kurisumasu, Inoo-chan.” Yabu menyodorkan sebuah hadiah pada Inoo.
Tapi bukannya mengambil hadiah dari Yabu, Inoo malah memeluk leher Yabu dan menangis.
“Heh, Inoo-chan. Nandayo? Apa bercandaku keterlaluan?” tanya Yabu panik.
“Iie, Meri- kurisumasu, Yabu-kun.”
Inoo melepaskan pelukannya, mencium singkat bibir Yabu. Lalu kembali memeluk Yabu.
Yabu tersenyum dan membalas pelukan Inoo.
daisuki desuXD
hey say jump,
yabunoo