Setelah diwanti-wanti sekian lama, akhirnya hujan turun juga, mendinginkan hati yang sudah panas sejak pagi. Hujan sempat turun di daerah Arjasa sampai Baratan, sedangkan di depan rumahku cuma terdapat bekas hujan dan gerimis yang masih tersisa.
-#-
Dan setelah berjam-jam di sekolah yang super panas gara-gara kipas angin mati, akhirnya sore saat aku sudah di rumah, hujan datang dengan derasnya sekitar pukul 04.00 WIB. Coba bayangkan suara air yang dicurahkan di atas panci. Dan ada ribuan panci di bawah langit. Yah, begitulah suara hujan yang kudengar. Entah kenapa, gelombang rindu sempat menyapu ruang hati saat mendengar derasnya hujan, melihat kabut-kabut putih naik di atas sungai depan rumahku dari jendela. Aku tidak memikirkan siapa-siapa atau apa-apa, hanya merasakan perubahan suasana saja tiap melihat hujan pertama kali. Aku beribadah Ashar seperti biasa, namun entah kenapa lebih khusyuk. Sekarang, dalam benakku mulai melintas serangkaian harapan. Tidak spesifik, tidak pernah begitu tapi aku cuma berdoa demi kebaikan orang tua, keluarga, teman-teman, dan semua orang yang pernah kukenal (dan pernah mengenalku).
Apa ini salah satu hikmah hujan? Berkah dari Tuhan yang dicurahkan untuk manusia, yang membuat semua orang bisa memikirkan hal-hal yang belum sempat terpikirkan? Haha, wajar sih, kalau hujan di tengah jalan, apa yang mau dilakukan kalau bukan berteduh, berhenti beraktivitas dan, WUUSSH, seketika pikiran terbang entah kemana. Hujan waktunya merenung.
Hujan waktunya istirahat.
Posted via
m.livejournal.com.