Title: Ride with Me- “The Zombie Apocalypse” (Part 1)
Genre: Thriller, Horror, Zombie
Cast: OC (Jumper NTB), Hey! Say! Jump member, supporting characters
Author: Akirayuka
Song Theme: Ride with Me- Hey! Say! JUMP
Disclaimer: Cerita hanya fiksi yang timbul dari ide author yang diadaptasi dari kisah di film-film zombie.
Apabila ada kesalahan karakter tolong dimaafkan.
Aku terbangun di sebuah ruangan yang penuh dengan alat-alat pembersih. Kepalaku terasa pening dan sedikit merasa lemas. Kulihat jam tanganku, waktu menunjukan pukul 12.25, entah itu siang atau malam aku tidak tahu. Rasanya seperti sudah berhari-hari aku terkurung di tempat ini. Aku mendekatkan diri ke pintu dan menempelkan telingaku mencoba mendengar suara-suara dari luar, tak terdengar apa-apa, sepi senyap. Dan tiba-tiba saja aku mendengar suara krunyuk-krunyuk, ternyata itu suara perutku yang sedang lapar. Aku menekannya kuat-kuat dengan kedua tanganku, berharap ini dapat mengurangi rasa laparku. Kuperiksa tas ransel dan sudah tak ada lagi sesuatu yang dapat kumakan. Di pantry tempat aku bersembunyi ini juga tak ada sesuatu yang bisa dimakan. Gerah, sesak, dan lapar, itulah yang kurasakan saat ini, udaranya pengap dan lembab. Cepat atau lambat aku harus segera keluar dari sini jika tidak mau mati konyol karena kelaparan.
Kenapa aku bersembunyi di sini?
Kemarin aku pergi berjalan-jalan ke mall mencari sesuatu. Dan entah bagaimana ceritanya tiba-tiba segerombolan zombie datang menyerang, tidak hanya mall ini tapi seluruh kota tempat aku tinggal. Sebelumnya aku mendengar berita bahwa kota sebelah telah terinfeksi wabah zombie dan terisolasi. Tentang bagaimana hal itu bisa terjadi aku masih belum tahu. Dan tepatnya kemarin, kota ini menjadi sasaran serangan zombie-zombie tersebut secara habis-habisan. Aku menyaksikan sendiri bagaimana orang-orang diserang oleh mayat hidup itu. Tubuh mereka dicabik-cabik dan kemudian dimakannya bahkan ada pulanya otaknya dimakan. Jika diingat-ingat kembali, suasana kemarin sangat memilukan dan mengerikan bagiku. Aku langsung kabur dan memilih untuk bersembunyi di sebuah pantry. Pilihanku saat itu hanyalah bersembunyi dan menunggu sampai keadaan menjadi lebih tenang.
Dari dalam pantry ini aku bisa mendengar teriakan, raungan, alarm, dan suara-suara mengerikan lainnya. Yang bisa kulakukan adalah, meringkuk dan menangis tanpa lupa berdoa. Wabah zombie telah merebak di seluruh kota atau mungkin juga diseluruh dunia. Aku sempat berpikir tentang bagaimana keadaan keluargaku, apakah mereka selamat? atau bahkan sudah bermutasi menjadi zombie?. Kuputuskan untuk segera keluar, mungkin keadaan di luar sudah aman. Kuambil sebuah sapu dan kupegang erat-erat tangkainya, perlahan kutarik rak dan trolley yang kugunakan untuk menahan pintu dari dalam. Pintunya terbuka, aku mendongak sedikit, tak ada seorangpun di luar sana. Kuambil beberapa barang yang mungkin bisa dijadikan senjata kalau-kalau aku diserang zombie. Kumasukkan saja baygon, pembersih kaca, dan karbol.
Nah, bagaimana selanjutnya?
Yang jelas aku harus menemukan makanan dulu. Mall ini tampak suram, lampu-lampu masih menyala namun agak redup. Aku berjalan mengendap-endap menyusuri koridor mall sambil tetap besiaga dengan sapu yang kupegang. Saat ini aku sedang berada di lantai 3. Baru beberapa meter aku berjalan, kutemukan tubuh seorang pegawai toko tergeletak, yang tersisa hanyalah beberapa bagian tubuh yang sudah terkoyak-koyak, bahkan bagian kepalanya hancur. Dan itu berhasil membuatku mual dan muntah hebat. Tak selang beberapa meter lagi, kembali aku melihat gundukan mayat yang tubuhnya tak utuh. Barulah aku sadar, bahwa senjata yang kupunya tak cukup membuatku merasa aman. Aku terus berjalan tanpa suara, mengumpulkan keberanian untuk menghadapi ini semua. Nanti aku akan mampir di toko peralatan dapur, setidaknya aku akan mengambil pisau atau parang.
Bau bangkai tercium semakin kuat, membuat rasa laparku hilang seketika. Dengan hati-hati aku berjalan menuju tepi balkon mall dan melihat ke bawah. Oh my! Aku melihat tubuh-tubuh bergelimpangan dan saling tumpuk, darah berceceran dimana-mana. Sungguh pemandangan yang menjijikan. Aku berjalan lagi mencari toko makanan di lantai 3. Dan, lucky!! ternyata ada supermarket di lantai 4 setelah kulihat dari banner yang di pajang di dinding. Tanpa buang-buang waktu aku langsung menuju lantai 4 dengan menggunakan escalator. Entah siapa yang melakukannya, sudah kutemukan escalator ini di blokir dengan menggunakan beberapa barang berukuran besar. Tak ada pilihan lain selain memanjatnya, aku tak berhenti mengumpat ketika hampir terjatuh. Dengan susah payah dan perjuangan akhirnya aku sampai di lantai 4, suasanya tidak jauh beda dengan lantai sebelumnya. Hanya saja disini aku tak menemukan adanya seonggok mayat satupun, tapi tetap saja aku harus tetap hati-hati.
BRAAAAK!! Terdengar suara dari arah sebuah restoran makanan jepang. Aku terpaku.
Kubalikkan badan dan batinku mulai berdebat, periksa atau kabur? Langkahku tercekat karena masih ragu memutuskan antara kabur atau mencari asal suara itu. Bagaimana kalau itu adalah suara zombie? atau mungkin saja itu cuma suatu barang yang tak sengaja jatuh. Aku terlalu lama berspekulasi. Kukeluarkan pisau cutter dari dalam tas, kemudian aku berjalan menuju restoran dengan posisi cutter mengacung. Terdengar suara grasak-grusuk dari dalam sana. Baiklah, jika aku melihat sesuatu yang mencurigakan aku akan segera kabur. Aku menuju asal suara tadi yang sumbernya dari dapur, aku mengintip dari balik meja. Aku melihat sesosok manusia ataukah zombie sedang mengacak-acak isi dapur. Sudah cukup! Saatnya untuk kabur. Saat kubalikkan badan, aku di bekap oleh seseorang. Ini pasti zombie! Aku berusaha melawan dan mengayunkan pisau cutterku di udara. Dan aku berhasil mengenai tubuh si zombie.
“Hei, tenanglah!!!” kata zombie itu sambil tergeletak di lantai
Kuacungkan kembali cutterku ke arahnya, bersiap-siap untuk mencungkil mata si zombie.
“Yabu-kuuuuun” terdengar teriakan cemas dari arah belakangku.
Aku membenarkan posisi kacamataku. Aree!? Ternyata dia bukan zombie tapi manusia.
“Kau ini apa-apaan sih?!” bentak seorang gadis “Kau mau membunuhnya ya?”
“Kupikir dia zombie dan lagi pula dia tiba-tiba menyerangku sih” aku melakukan pembelaan.
Laki-laki tadi meringis kesakitan karena sabetan cutterku di lengan kirinya. “Arrgh!! Aku bukan zombie”
“Darimana kau datang?”
“Lantai 3” jawabku singkat
Si gadis kemudian bertanya padaku, “Bagaiamana caranya, escalator sudah kami blokir” katanya heran.
“Aku memanjat barang-barang yang kalian gunakan untuk memblokirnya” jawabku dengan sedikit bangga.
Laki-laki itu mencoba berdiri,dengan wajah kesakitan dia mengeluarkan sesuatu dari balik jas hitam yang digunakan.
“Yabu Kota, anggota kepolisian kota ini” sambil memperlihatkan ID cardnya.
“Kau seorang polisi?”
“Ya” jawabnya “Hei, cuttermu itu lumayan tajam juga ya, bisa menembus jasku ini” lanjutnya lagi.
“Hmmmmm, aku dapat di ruang pantry”
Darah terus mengucur dari lengan polisi tadi, aku cukup merasa bersalah.
“Yabu-kun, pendarahannya harus dihentikan” kata si gadis yang tak kutahu namanya siaapa.
“Jangan kawatir Yui, aku tak apa-apa”
“Jadi kau berhasil selamat dari amukan zombie-zombie itu?” tanyanya padaku
“Begitulah, aku bersembunyi di pantry dan kau?”
“Saat mall ini diserang, aku sedang bertugas untuk mengevakuasi para pengunjung, tapi karena jumlah zombie semakin banyak, beberapa temanku tak selamat dan aku berhasil menyelamatkan diri. Dan dia” menunjuk gadis yang kulihat di dapur tadi, “Dia juga berhasil selamat, namanya Yui”
“Yoroshiku, maaf sudah membentakmu tadi”
“Ah~ bukan salahmu”kataku kikuk
“Namamu siapa?”
“Mm, aku Yuka”
Untuk menghentikan pendarahan, luka Yabu harus di ikat, jika tidak dia akan kehabisan darah. Aku punya ide, aku mengambil scarf dari tasku. Kemudian kuikatkan di lukanya itu.
“Mungkin ini akan sedikit membantu”
“Terima kasih”
Ternyata dia memang seorang polisi, kulihat dia menggunakan Shoulder Holster dan terdapat dua pistol di sisi kiri dan kanan. Aku senang bisa bertemu Yabu dan Yui. Setidaknya aku tidak sendirian.
“Sekarang kita harus bagaimana? Apa tetap mau bertahan disini?” Yui membuka pembicaraan
Yabu mengurut-urut dagunya sambil berpikir, “Tidak bisa, kita harus keluar dari sini, cepat atau lambat zombie-zombie itu akan menemukan kita”
“Bukankah Perdana Menteri memerintahkan kita untuk ke tempat evakuasi sementara?”
“Dimana itu?! Dimana?” ujarku semangat.
“Di kantor kedutaan besar Indonesia”
“Kalau begitu ayo kita segera kesana sebelum hari mulai gelap?”
“Eh, ini masih siang ya? Kupikir malam” selaku.
“Ini masih jam 2 siang”
“Sebelum kita pergi, sebaiknya kita membekali diri dengan makanan dan minuman” saranku.
“Baiklah, kalian berdua ambilah beberapa makanan di supermarket itu”
Dengan secepat kilat aku dan Yui segera menjarah makanan dan minuman di sebuah supermarket.
“Yuka, kau simpan makanan di dalam tasmu dan aku akan menyimpan minuman”
“Baiklah” sahutku mantap.
Selagi kami berdua memasukkan makanan dan minuman ke dalam tas masing-masing, tiba-tiba Yui berkata, “Hei, aku tak pernah menyangka hal ini akan terjadi”
“Aku juga”
“Zombie?? Hahaha” katanya sambil tertawa “Aku bahkan tak tahu bagaimana keadaan tunanganku sekarang” ucapnya sedih sambil berkaca-kaca.
“Tunangan?”
“Ya, padahal kami akan melangsungkan pernikahan lusa tapi malah ada bencana seperti ini. Kuharap Yuya selamat , ” katanya penuh harap sambil memegang erat liontin di lehernya.
Aku turut sedih mendengar cerita Yui, kasihan dia harus terpisah dengan tunangannya.
“Hei kalian berdua cepatlah, nanti keburu malam” panggil Yabu dari luar.
Aku dan Yui segera keluar menghampiri si polisi, “Jadi sekarang bagaimana?” tanyaku
“Kita akan turun ke lantai dasar melalui tangga darurat, kemudian keluar dari mall ini melalu pintu belakang, Apa saja yang kalian dapat?”
“Makanan, minuman dan beberapa obat” sahut Yui dengan menepuk-nepuk ranselnya yang sudah kembung.
“Lengkapi diri kalian dengan senjata”
Aku dan Yui memperlihatkan senjata masing-masing. Yui yang membawa sebuah tongkat bisbol dan aku dengan sapu dan pisau cutter tajamku.
“Kalau begitu ayo bergegas, kita harus sampai di kantor Kedutaan sebelum malam”
Yabu memimpin di depan sedangkan aku dan Yui mengikuti dari belakang sambil tetap bersiaga. Ini adalah kejadian yang cukup mendebarkan dan menakutkan yang pernah kualami. Bertahan untuk tetap hidup di Zombie Apocalypse. Semoga saja kami menemukan survivor yang lain.
Bersambung………..