Title: The Mysterious Castile Eps 3
Genre: Horor and Mystery
Main Cast: Hey! Say! BEST
Other Cast: Soujiroh Keiko, Soujiroh Naomi, Nikaido Ayumi, Kyomoto Taiga, Ichiya Yuki, Hagiya Keigo
Author:
akirayukaPanda
Aku yakin pasti telah terjadi sesuatu yang buruk dengan Naomi. Tidak salah lagi, mimpi buruk itu adalah pertanda. Tuhan, semoga Naomi baik-baik saja. Aku berjalan dengan langkah lebar agar cepat sampai di rumah Ayumi. Tanpa sengaja aku menabrak seseorang hingga aku terjatuh.
“BRUUUKK”
“Keiko”
“Aduh sakit, Keigo?” keluhku
“Maaf, aku tidak liat” Keigo langsung membantuku bangun, “Ada apa Keiko”
“Keigo, Naomi adikku…..” kataku getir
“Naomi hilang?” Ayumi terkaget ketika kuceritakan padanya perihal hilangnya Naomi.
“Dan yang lebih anehnya lagi ayah dan ibu lupa pada Naomi, mereka bilang tidak punya anak lagi selain aku, bukankah itu aneh?” kataku panik “Kejadiannya sama persis dengan cerita yang pernah Keigo katakan lusa”
Keigo yang saat itu tengah bersandar di tembok bicara, “Tidak salah lagi, ini pasti ulah vampire itu” ucapnya sambil menjentikkan jari tengah dan jempolnya.
“Aku tidak pernah menduga kalo anak itu adalah vampire….. Tapi aku sempat menangkap sesuatu yang aneh dari anak itu” Aku berusaha mengingat-ingat ketika saat pertama kali bertemu dengan Taiga, “Anak itu berkulit putih pucat, matanya gelap dan kulitnya dingin” lanjutku lagi.
“Trus sekarang kita harus bagaimana? Apa yang mesti kita lakukan?” tanya Ayumi
“Aku harus selamatkan adikku!” sahutku lantang. Kulihat Keigo terdiam, dia sedang memikirkan sesuatu. Sementara itu aku masih diliputi oleh rasa takut dan khawatir terhadap Naomi.
“Keiko, aku akan membantumu menyelamatkan Naomi, sudah saatnya vampire-vampire itu di lenyapkan, jika tidak korban akan semakin berjatuhan” kata-kata Keigo sedikit membuatku tenang, semoga saja Naomi bisa kami selamatkan. Sebelum itu, aku harus memikirkan cara untuk menyelamatkan Naomi.
Sinar bulan purnama membias memasuki kamarku lewat jendela balkon, aku begitu merasa kesepian setelah Naomi hilang. Sikap Ayah dan Ibu tidak berubah, mereka lupa akan keberadaan Naomi. Keadaannya pun tidak berubah sedikitpun. Aku duduk termenung diatas tempat tidur, tanpa sadar aku menangis. Kuambil album fotoku di dalam tas dan betapa terkejutnya aku ketika membuka halaman album foto tersebut.
“Ini tidak mungkin……..” Naomi yang seharusnya ada di foto tersebut tiba-tiba hilang. Kubalik lagi halaman album tersebut hingga habis namun sama saja. Tidak ada Naomi. Apa ini? Kenapa bisa terjadi hal seperti ini? Kutenggelamkan album foto tersebut ke dadaku, “Seandainya kami tidak datang ke sini. Mungkin hal ini tidak akan terjadi”
Angin kencang kembali menabrak jendela balkon kamarku hingga terbuka lebar. Kuletakkan album foto di laci meja dan kemudian aku menuju balkon untuk menutup jendela. Bulan purnama malam itu sangan cantik dan terlihat sangat besar dari kamarku. Kupandangi sejenak keindahannya, “Sudah malam……”kataku seraya menutup tirai dan menuju tempat pembaringan.
“TREEKK” langkahku terhenti ketika mendengar suara sesuatu yang mengenai kaca jendela. Tapi aku tak peduli, mungkin itu cuma ranting pohon yang mengenai jendela. Kubaringkan tubuhku di atas tempat tidur dan kututupi dengan selimut tebal sehingga tubuhku hangat. Biasanya disebelahku ada Naomi. “Naomi, aku akan datang mencarimu. Tunggu aku…..” kupejamkan mataku untuk meringankan kepenatanku.
“Kakak……Kakak……Kakak………”
Itu suara Naomi. Aku mendengar suara Naomi sedang memanggilku. Tapi aku mengalihkan pikiranku, mungkin itu cuma halusinasiku. “Kak Keiko……..Kakak tolong aku kak, aku mohon” suara itu muncul kembali, kali ini suaranya terdengar jelas dan diiringi dengan rintihan.
“Naomi…..?” kunyalakan lampu tidurku dan aku memfokuskan diriku kembali untuk mendengar apakah itu memang suara Naomi.
“Tolong aku kak………Tolong aku…….” Itu memang suara Naomi. Suaranya berasal dari bawah, aku bangun dan segera kukenakan baju hangatku. Kubuka perlahan pintu kamar dan dengan berjalan sedikit mengendap-endap kuturuni anak tangga agar tak membangunkan ayah dan ibu. Suasana gelap di dalam villa membuatku sedikit takut.
“Naomi?” ucapku pelan sambil melihat ke sekeliling. Tak ada suara itu lagi. “Naomi…..Naomi” panggilku agak sedikit keras. Dan dari balik jendela aku melihat sekelebat bayangan dengan sangat jelas dia sedang memperhatikanku dari luar sana. “Naomi?” kuusap-usap mataku agar aku dapat melihat degan jelas. Tanpa rasa takut sedikitpun aku keluar untuk mengejar bayangan itu.
“Naomi!!!” teriakku. Bayangan itu berlari ke arah semak belukar dekat dengan villa, aku terus mengejar dan mengejar tanpa rasa gentar sedikitpun. Rumput-rumput liar yang tajam pun aku babat tanpa perduli tangan terluka. Tanpa sadar aku telah berada di tengah hutan.
“Gawat, ini kan hutan tempat kastil itu berada”
Hutan gelap, dingin, dan rimba itu menjadi terang oleh cahaya bulan purnama, suasananya jadi semakin horror. “Huaaa dingin…..” aku meringkuk kedinginan. Astaga bahkan aku lupa pakai sandal, kakiku kotor dan terluka mungkin tadi aku menginjak sesuatu. “Kak Keiko”
Di balik pohon pinus kulihat Naomi sedang berdiri sambil menangis. “Naomiiiiiii” kuhampiri dia. Aku begitu senang menemukan adikku namun ada yang aneh pada dirinya, Naomi seperti mengatakan sesuatu padaku, aku tak dapat menangkap apa yang dikatakannya. “Naomi, aku akan segera menyelamatkanmu” ucapku sumringah. Jarakku dan Naomi tinggal sedikit lagi kutambah kecepatan langkahku dan akhirnya aku dapat memeluknya erat. “Naomii, kamu nggak apa-apa kan?”
“Kamu baik-baik saja kan” aku terus menghujaninya dengan pertanyaan. “Naomi, kenapa diam? Ayo bicara!” kuguncangkan tubuh adikku yang mungil itu. “Kamu dingin sekali Naomi” kulit Naomi terasa dingin seperti es, “Ayo kita kembali ke villa!”
Kutarik dia untuk segera membawanya kembali ke villa, tapi dia malah menarikku kembali.
“Ada apa Naomi?” wajahnya tertunduk dan dari balik rambutnya kulihat dia sedang tersenyum.
Kusibakkan rambutnya dan……….
“Hyaaaaaaaaa!!!! Siapa kau!?”
Aku langsung mendorongnya dan segera menjauh. Sosok Naomi tadi langsung berubah menjadi sesosok pria. Dia tertawa menyeringai, “Hahaha, ternyata kau memang sangat mudah ditipu”
“Mana addiku??”
“Aku tidak ada urusan dengan adikmu, mungkin dia sudah menjadi santapan Taiga” ucap pria itu sambil terus mendekat ke arahku. “Jangan takut begitu, aku ini bukan orang jahat”
Aku terus melangkah mundur, sebisa mungkin aku harus tetap dalam posisi yang jauh dari pria itu.
“Pergi!!” usirku
“Aku tidak akan menyakitimu, tenang saja. Aku hanya ingin meminum darahmu sedikit untuk menghilangkan rasa hausku ini” dia menyunggingkan senyuman yang bagiku itu sangat membuatku ngeri. Dari balik senyumnya, dua buah taring yang tajam menyembul, kuku-kuku tangannya langsung berubah panjang seperti kuku serigala dan telinganya menyerupai telinga kelelawar. Tidak salah lagi, dia adalah vampire. Keringat dingin mengucur hebat dari seluruh tubuhku. Dari ujung kepala dan kakiku terasa dingin. “Ayo kemari, jangan takut” dia mengulurkan tangannya padaku.
Dengan langkah gesit aku berlari sekuat tenaga. Dan vampire itu terbang seperti kelelawar mengejarku. Dalam kerimbaan hutan yang dingin itu dia terus tertawa. Vampire itu kini tepat berada di atasku.
“Tidaaaakk lepaskaaan akuu!!!!” Dia berhasil menangkapku. Aku terus meronta-ronta.
“Aku tak akan membiarkanmu pergi” Vampir itu menyandarkan tubuhku di atas batang pohon cemara hutan yang menjulang tinggi. Bisa kuterka saat ini aku berada dalam ketinggian lebih dari 15 meter.
“Sudah kubilang aku tak akan membiarkanmu lepas” dia menghembuskan nafasnya di wajahku. Aroma yang sangat menjijikan. Aku memalingkan wajahku darinya dan dia kembali melakukan kegiatannya yang berhasil membuatku gemetar. Kuku tangannya yang panjang terasa menggurat-gurat wajah dan leherku.
“Kau mau apa?”
“Aku hanya ingin darahmu saja” ucapnya sambil mengendusku. Dengan tatapan mata penuh hasrat vampire itu mencengkram lenganku dan bersiap-siap untuk menggigitku.
“Jangan!! Jangan laku….” belum sempat aku selesai bicara, kurasakan taring-taring itu menembus kulit leherku. Rasa nyeri yang hebat menggerogoti sekujur hidupku. Vampire itu telah menggigitku dan menghisap darahku.
“BUUGHHHHH”
Tiba-tiba tubuhku terlepas dan aku terjatuh. Tapi saat itu seseorang menangkapku dan meletakkan tubuhku di dekat pohon pinus. Samar-samar kudengar ada orang yang sedang berdebat.
“Hikaruu!!! Apa yang kau lakukan?!”
“Kouta-san” Hikaru terkejut melihat Kouta datang.
“Sudah kuperingatkan padamu! Jangan sentuh dia, dia ini millikku!!”
“Aku tidak bisa tahan! Kau terlalu lama membiarkannya hidup”
Marah mendengar ucapan Hikaru, Kouta langsung menggigit Hikaru hingga dia berteriak kesakitan.
Aku terkulai lemas setelah mendapat gigitan tadi, hingga kesadaranku hilang. Aku merasa ada seseorang yang mengangkat tubuhku dengan perlahan. Rasanya dingin tapi nyaman. Apakah aku akan mati? Atau aku akan menjadi seorang vampire juga? Atau aku sedang bermimpi?
continue to the next chapter
By: Panda