Just Call My Name , Chapter 2

Sep 03, 2011 23:26

Title : Just Call My Name

Author : ak_daisuki

Staring : Akanishi Jin, Kamenashi Kazuya, Ueda Tatsuya, Tanaka Koki

Genre : yaoi,

Rating : NC-17 *atau lebih?? huaa~ tiidakkkk!!!!

a/n : Gomen kalo aneh~ gtw juga nih menjurus kmana… huikz~ *pundung diibawah pohon pisang cari wangsit* XDD

Chapter 2 - It's not me

-flashback-

Aku menunggunya. Malam ini kesekian kalinya dia pulang terlambat. Tidak sadarkah aku selalu menunggunya tiap malam? Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 1 malam. Mataku sudah berat. Kenapa tiap malam seperti ini? kenapa dia belum pulang? Aku khawatir. Atau terlalu khawatir? Dia tidak ada jadwal malam hari ini. Kenapa akhir-akhir ini dia selalu pulang terlambat? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar dikepalaku. Pusing rasanya seperti ini. sudah beberapa malam kami tidak bersama.

Setiap hari kami berangkat ke Jimusho pagi. Itu saja sendiri-sendiri. Tentu saja untuk menghindari paparazzi yang berkeliaran liar. Aku tidak mau mempertaruhkan cinta kami demi ketenaran. Di Jimusho tentu saja kami bersikap biasa. Tidak ada kemesraan yang terpancar diantara aku dan Jin. Kita bersikap layaknya teman biasa. Banyak mata yang mengawasi kami. Kami tau ini berat. Tapi demi cinta ini kami lakukan semuanya, pengawasan Kitagawa san adalah hal yang paling berat. Bahkan dalam KAT-TUN, yang dari dulu Akame dikenal dengan sahabat, sekarang dipisah dengan alasan yang tidak jelas. Kami tau ini pasti karena beliau mulai mencurigai kami sebagai sepasang kekasih. Beliau tidak mau KAT-TUN memiliki member-ai seperti yang para fans gemborkan. Baik aku maupun Jin juga tidak akan membawa nama KAT-TUN demi keegoisan kami. Kujalani setiap hari seperti ini. Berat.

Baru malam harinya kami bisa menjadi sepasang kekasih yang sebenarnya. Tapi itu tidak terjadi lagi akhir-akhir ini. Jin menjadi sering pulang malam. Seperti malam ini. Kuputuskan menunggunya diruang tv. Sesaat aku tertidur sebelum mendengan suara ketukan dipintu. Siapa? Kalau itu Jin, Jin kan punya sparekey.

Tok tok tok

Segera aku melangkah kearah pintu, “Iya sebentar..” kubuka pintu sambil berjaga-jaga jika itu orang jahat yang ingin masuk apartemen kami.

CKLEK

kubuka puntu sedikit.

“Jin???” Kulihat Jin yang mabuk berat. Ada Ueda disampingnya sedang memapah tubuh besarnya.

“Kau bisa urus ini Kame? Maaf aku harus segera pergi.” Ueda cepat berlalu setelah menyerahkan Jin padaku. Kulihat matanya merah, tapi bukan karena mabuk. Sepertinya dia habis menangis.

“Uepi! Apa yang terjadi?!” teriakku sebelum dia pergi terlalu jauh. Ueda berbalik, tidak ada suara yang kudengar. Hanya gerakan bibir yang kurasakan seperti berkata ‘Gomen…’

Kubawa Jin masuk. Berat, bau alcohol. Dia mabuk berat. Segera kurebahkan Jin di ranjang. Kulepas sepatu dan kulonggarkan bajunya. Belum selesai kubereskan semuanya kurasakan ada yang menarik tanganku tiba-tiba. Jin menarikku, mendekapku erat.

“Jin~ kau mabuk sayang.. ganti dulu-umph~” belum sempat selesai ucapanku tiba-tiba jin menciumku kasar. Kupejamkan mataku, kunikmati ciuman Jin yang semakin lama semakin dalam, menjilat bibirku dari setiap sisi, memainkan lidahnya didalam mulutku, yang mau tidak mau membuatku ikut kepermainannya. Kubalas ciumannya.

“unghh..” erangku saat ciuman jin menjalar ke leherku. Aku menyukainya. Sudah beberapa hari kami tidak melakukannya.

“Kau masih wangi..” ucapnya saat menjelajahi leher, turun ke bahu. Matanya masih terpejam. Dia pasti masih dalam pengaruh alcohol. Tapi tak masalah itu bukan yang pertama kalinya untukku.

“Wangi ini untukmu Jin..” aku tersenyum, kukecupi wajahnya. Mata, hidung, pipi, dahi, bibir.

“Kau cantik…”

“Kau selalu memujiku jika seperti ini”. aku sedikit tertawa, kucium lehernya, kurasakan tangannya yang besar meremas lembut rambutku. Aku suka perlakuan seperti ini.

Jin menindihku, mengunci kedua kakiku. Melepas semua pertahananku dengan cepat.

“Jin~ sabar sayang..” aku tertawa melihatnya seperti ini. Dengan cepat kubantu dia melepas semua atasanku. Kini hanya boxer yang masih menempel. Aku pura-pura merajuk melihatnya masih berpakaian lengkap.

“Bajumu Jin..”

“Mau membukakan untukku? Belum puas ya sayang?” tanya Jin entah sadar atau tidak.

“He? Puas hanya dengan ciuman? Jangan Bodoh Jinjinnn~” kubuka cepat sisa baju yang menempel dibadannya.

DHEG

‘apa ini??’

Mataku melihatnya nanar. Tanda apa ini? kulihat banyak tanda merah ditubuh Jin. Kutau ini bukan tanda dari gigitan nyamuk. Ini..

“Jin.. apa yang -“

Jin tidak mendengarku. Dia sibuk menciumi telingaku. Menjilatnya sambil menggigitnya kecil-kecil. Aku mengerang dibawah perlakuannya. Sejenak kulupakan tanda itu. aku kembali terbuai oleh permainannya.

Ciuman Jin turun ke dada, lidahnya bermain dinipple kiriku sambil tangan yang satu memilin nipple satunya.

“Aaahh~ Jin jelaskan dulu-ahh~”. Kucoba melawannya. Mendorongnya tapi itu sia-sia. Kekuatannya jauh lebih besar dari kekuatanku.

Tangan Jin mulai nakal masuk ke dalam boxer yang kukenakan.

“Jin-jangann~” Kutahan tangannya, tapi itu percuma, dia lebih dulu menemukan milikku didalam sana. Mengusapnya pelan yang semakin lama menjadi semakin kasar.

“Akhh~ jangan..” kukumpulkan tenagaku untuk berfikir.

Entah karena apa tiba-tiba tubuhku tidak melawannya lagi. Melainkan semakin menikmati apa yang Jin lakukan atas tubuh ini. Jin berhasil melepas boxerku, begitu pula underwear yang kukenakan. Aku hanya bisa menggigit bibirku melihatnya mendekatkan wajahnya kemilikku yang kurasakan sudah tidak sabar menunggu perlakuan apa lagi yang dia berikan.

“Aahh~” kuhentakkan kepalaku keatas saat kurasakan lidah itu menyentuh milikku. Kulebarkan kakiku agar Jin bisa lebih leluasa bermain disana.

“Ohh.. More..” Kuremas kepala Jin yang sedang mengulum nikmat milikku. Sedikit kutekan agar lebih dalam dia memainkannya. Aku menyukai mulutnya, bibirnya, lidahnya saat menyentuh tubuhku.

Entah berapa lama Jin bermain dengan benda milikku, sekarang dia sedikit mengangkat pantatku. Kupandangi dia dengan tatapan bertanya.

“Kau sedang apa Jin?”

“Lubenya habis..”

“Oh SHIT! Beberapa hari tidak melakukannya aku bahkan lupa tentang hal sepenting itu.”

“Akhh.. Jinn-jangan ..” kurasakan jilatan kini berpusat tidak pada tempat yang seharusnya. Aku malu.. Jin tidak pernah berbuat ini sebelumnya,

“Tidak disana jin-aahh” lidah Jin menusuk hole.ku. berusaha masuk tapi itu sulit dengan lidah selunak itu. dia menghisapnya, banyak mengeluarkan salivanya untuk membasahi hole.ku.

“Jangan jin- itu kotor..”

“Tidak untukku.. sudah kukatakan dipermainan kita sebelumnya kan, kau terlalu indah sehingga tidak ada satu pun yang kotor bagiku.”

Jin menatapku tajam, ‘permainan sebelumnya? Jin! Jangan katakan-‘

“Kau cantik bidadariku..” entah apa yang kurasakan, aku merasa seolah Jin tidak berkata itu untukku. Jin tidak bermain denganku. Jin…

“aakhh!!!” aku menjerit keras saat kurasakan milik Jin masuk di hole.ku penuh. Masih sakit seperti dulu. Sakit yang membuyarkan pertanyaanku lagi.

Jin mulai in-out pelan, makin lama makin dalam dengan nafas memburu.

“Uhh-uhh.. Hime.. kau masih nikmat..uhh”. Nafas Jin memburu. Matanya terpejam.

“Hi-Hime? AAkhh!! Akhh! Ngghh…” aku tidak bisa berfikir normal. Antara ribuan pertanyaan dikepala tapi tubuhku bertolak belakang menikmati apa yang Jin lakukan. ‘siapa yang Jin pikirkan saat ini?’

Tangan Jin memompa milikku cepat, seirama dengan temponya in-out padaku.

“Akhh-Jin.. I’m come- JINN!! akhhh!” dengan cepat aku menyemburkan banyak cum di tangannya, mengenai badannya dan badanku sendiri.

“A-Aku juga- akhh!! Tatchannn!!”

DHEG

Kubuka mataku tak percaya. Saat dia klimaks, siapa yang dia teriakkan namanya?

It’s not me…

Dia tertidur lelah, disisiku, disamping mendekapku erat. Tapi dingin. Hati ini membeku atas sesuatu yang terjadi baru saja. Itukah arti dari tanda merah didadamu Jin? Wangi? Cantik? Itu bukan aku kan? Aku terpejam, lelah.

‘Maaf Jin.. Aku bukan Hime…’

***

a/n : OMG! Maaf kalo klewatan…

just call my name, akame, fanfiction, multichapter

Previous post Next post
Up