(Oneshot) Aishiteru yo, Sho-chan

Jul 28, 2010 17:54

Judul: (Oneshot) Aishiteru yo, Sho-chan.

Penulis: ainoshiteru

Pairing: Sakurai Sho x Aiba Masaki (SakurAiba)

Genre: Drama, Romance

Rating: NC-17

Sinopsis: Sakurai Sho tak tahan lagi dengan kelakuan kekasihnya, Aiba Masaki. Suatu hari, sebuah kejadian spontan yang tak terduga terjadi pada Aiba. Akankah hal ini merubah sikap Aiba terhadap Sho sekaligus membawa mereka hubungan mereka yang tahap yang lebih serius?



♥♥♥
“Luruskan kakimu,” pinta Sho sambil menepuk paha Aiba, membuat pria itu mendelik dengan galak ke arah Sho.

Aiba memejamkan mata sejenak lalu menghela nafas dalam-dalam, “Memangnya kau mau apa?” tanyanya tak ramah. Sebenarnya Aiba masih kesal karena Sho membuatnya terjaga dari tidur yang lelap hanya karena ia ingin menyaksikan keindahan bunga sakura. Padahal ini masih jam setengah duabelas malam. Waktu yang terlalu dini untuk melakukan tradisi hanami dan terlalu larut jika kau ingin melakukan yozakura. Tapi bukan Sakurai Sho namanya kalau ia tak bisa membuat Aiba Masaki untuk memenuhi permintaannya, meski yang teraneh sekalipun. Dan setelah melewati beberapa sesi pertengkaran, Sho dan Aiba pun akhirnya sampai di sebuah taman yang jaraknya paling dekat dengan apartemen mereka berdua.

Sho mendecakkan lidahnya gemas. Seharusnya Aiba bisa bersikap lebih manis padanya. Tidak setiap hari kan mereka bisa menyaksikan keindahan cahaya rembulan yang menelusup diantara kelopak bunga sakura. Apalagi jika kau adalah personel sebuah grup terkenal seperti Aiba Masaki dan Sakurai Sho. Bisa menikmati waktu libur di tengah jadwal yang demikian padat saja sudah merupakan sebuah anugerah yang harus disyukuri.

“Nemuii~” gumam Sho tak jelas sambil pura-pura menguap.

Aiba meniup beberapa helai rambut yang menutupi pandangannya lalu melirik kearah Sho yang sudah melentingkan tubuhnya kearah belakang, siap untuk membaringkan diri. Sebenarnya, Aiba bisa saja mengelak dan membiarkan tubuh atletis pria itu berbaring di atas rerumputan. Tapi ia tidak bisa melakukannya, lebih tepatnya lagi ia tidak tega. Merasa tak punya pilihan lain, akhirnya Aiba menyandarkan punggungnya ke pohon sakura yang menaungi mereka berdua, lalu memposisikan kedua kaki panjangnya kearah depan, menyediakan tempat yang nyaman untuk menyangga kepala Sho selama ia tertidur.

Sunyi sejenak. Sho yang pura-pura tertidur hanya bisa mempertahankan sandiwaranya selama kurang dari lima menit. Ia sedang tak ingin memejamkan mata, tidak selama Aiba ada didekatnya. Satu hal yang ia inginkan saat ini adalah bermesraan dengan Aiba. Aiba yang sedang kesal pada Sho tentu saja tak berhasrat untuk menyentuh kekasihnya itu. Pria berwajah manis itu hanya cemberut sambil memandangi tiga buah tenda yang didirikan tak jauh dari tempat mereka berada sekarang. Tenda dome yang, Aiba yakin, ditempati oleh oji­-chan yang ingin mendapat tempat paling strategis untuk ber-hanami esok hari

Sikap semacam inilah yang terkadang membuat Sho gemas pada Aiba. Terlepas dari penampilannya yang selalu aktif di atas panggung, jika berhadapan dengan Sho, Aiba akan berubah menjadi pribadi yang pemarah dan menyebalkan. Tidak ada lagi Aiba yang enerjik dan ceria. Yang ada hanyalah Aiba yang pintar memancing amarah Sho. Seharusnya waktu enam bulan sudah lebih dari cukup untuk membuat sepasang kekasih saling mengerti satu sama lain. Rupanya hal ini tidak berlaku bagi mereka berdua. Dan Sho merasa perlu melakukan sesuatu untuk memperbaiki hubungannya dengan Aiba. Permasalahannya adalah, ia tak tahu harus melakukan apa untuk membuat hubungan percintaan mereka kembali harmonis.

Sho membuka matanya secara tiba-tiba, membuat Aiba yang diam-diam sedang mengamatinya terpaksa harus mengalihkan pandangan ke arah lain. “Kau membuat apa untuk bekal piknik kita malam ini?” tanya Sho sambil memiringkan tubuhnya kearah kiri, memandang Aiba dengan pandangan ingin tahu.

Aiba pun membuka kotak bekalnya tanpa kata. Bekal yang ia siapkan lima menit sebelum mereka berangkat ke taman ini. Tidak ada hidangan spesial seperti yang selalu ia siapkan untuk menu makan Sho sehari-hari. Yang ada hanyalah menu sederhana yang Aiba yakin, kurang disukai oleh Sho.

“Kau membuat apa?” tanya Sho lagi.

Aiba tak menjawab. Ia hanya mendekatkan kotak makanan berwarna merah dengan kasar ke dekat Sho, hampir membuat seluruh isinya berhamburan.

“Kappa Maki?!” ujar Sho. Kelopak matanya membesar seketika, setengah tak percaya dengan pilihan menu Aiba di hari libur mereka yang spesial ini.

Aiba menghela nafas panjang. “Memangnya apa lagi yang kau harapkan? Di kulkas kita kan hanya ada nori dan mentimun,” katanya sambil cemberut, kedua belah pipi halusnya bahkan ikut memerah karena kesal. “Dan jangan bertanya tentang sake. Kau tidak membiarkanku mampir ke kombini sebelum kita berangkat kesini,” tegasnya lagi.

Sho bangkit dari posisi berbaringnya, lalu mengacak rambutnya dengan putus asa saat melihat Aiba asyik melahap bekal dari kotak makannya yang berwarna hijau. Ia sungguh tak tahu lagi harus bersikap bagaimana untuk menghadapi kelakuan menyebalkan kekasihnya itu.

Akhirnya, Sho pun memutuskan untuk menyunggingkan senyum termanisnya, meski yang terlihat hanyalah ringisan aneh. “Daijyobu dayo, Aiba-chan,” kata Sho sambil mengacak rambut Aiba penuh rasa sayang, yang ditanggapi dengan dingin oleh kekasihnya.

“Hei… Bagaimana kalau kau menyuapi aku?” usul Sho.

“Kau makan saja sendiri,” tolak Aiba sambil memasang muka tak peduli.

Sho mencibir sebal karena usahanya untuk meluluhkan hati Aiba gagal total. “Baiklah, aku akan memakannya sendiri. Itadakimasu~!” katanya sambil menyuapkan dua potong sushi sekaligus, mengunyahnya dengan cepat. “Ah, Umai~“ ucap Sho sambil mengacungkan jempol lalu tersenyum pada Aiba.

Aiba hanya membalasnya dengan senyum tipis. “Kau meragukan kemampuanku, hah?” gumamnya pelan.

“Kau bilang apa tadi?” tanya Sho.

“Aku tidak bilang apa-apa,” kata Aiba sambil terus mengunyah bekalnya.

“Ne, Masaki… Coba tebak, apa yang ada didalam pikiranku saat aku memakan bekal buatanmu?” tanya Sho sambil memandang tajam kedua bola mata Aiba, yang dibalas dengan pandangan tak peduli.

Aiba tak menanggapi pertanyaan Sho. Ia sedang tidak berminat untuk meladeni omongan Sho. Dan lagi, pertanyaan Sho terdengar begitu aneh. Memangnya jawaban macam apa yang ia harapkan dari mulut Aiba.

Sho mengulum senyum membayangkan hal gila yang tiba-tiba saja melintas di pikirannya. Sebuah ide brilian yang ia yakin betul akan meluluhkan benteng pertahanan serta keangkuhan Aiba terhadapnya.

Tanpa buang waktu lagi, Sho pun bangkit lalu mengulurkan tangannya pada Aiba. “Ikou~” ajaknya.

“He?!?”

“Ayo pulang!” kata Sho riang sambil tersenyum penuh makna. Ia bahkan sempat bersenandung pelan sambil melangkah pergi, meninggalkan Aiba yang masih terpaku di tempatnya.

Aiba mengerutkan alisnya, terlihat bingung dengan jalan pikiran Sho yang serba tidak terduga. Bukankah Sho sendiri yang tadi memaksanya untuk pergi. Dan sekarang, setelah mereka berdua ada disini, Sho pula lah yang, secara tiba-tiba, mengajaknya untuk kembali ke apartemen. Dengan terburu-buru, Aiba membereskan bekal makanan yang belum habis dimakan oleh Sho maupun olehnya. Lalu mengejar Sho yang sudah berada jauh didepannya.

♥♥♥
“Sho-chan,”

“Nani?” tanya Sho setengah berteriak

“Sabun yang kupakai ini terasa agak berbeda dengan sabun yang biasa…” ujar Aiba sambil menggosok punggungnya perlahan. Meski menghasilkan busa sabun yang melimpah, tapi sabun cair yang ia gunakan malam itu sama sekali tidak berbau.

Berendam di dalam bathtub setelah beraktivitas seharian penuh memang selalu bisa menenangkan Aiba. Hal ini pula lah yang malam ini berhasil meredakan kemarahannya terhadap Sho. Kekasih mana yang tetap bisa menyimpan amarah, saat orang yang ia cintai menyiapkan beberapa liter air hangat dengan busa sabun yang melimpah didalamnya. Setidaknya hal semacam itu berlaku untuk Aiba yang senang sekali berlama-lama di kamar mandi, hanya untuk bermain busa sabun.

“Sho-chan, kau membuatku kaget!” sahutnya dengan nafas terengah, saat mendapati Sho melongokkan kepalanya ke dalam kamar mandi

Sho tersenyum simpul. “Kau selalu saja lupa membawanya,” katanya sambil menggantungkan jubah mandi bergambar pinguin di balik pintu kamar mandi, yang dibalas Aiba dengan ucapan terimakasih.

Aiba mengeryitkan matanya dengan heran. Diluar dugaan, Sho sama sekali tak menghampirinya, untuk menggoda ataupun ikut bergabung untuk mandi bersamanya. “Sho-chan,” panggilnya saat Sho bersiap akan menutup pintu kamar mandi.

“Hm?”

“Kau tidak,” Aiba menggelengkan kepalanya. “Maksudku, kau takkan…” Aiba menggigit bibir bawahnya sambil menggosokkan jari telunjuknya di bawah hidungnya dengan perlahan, membuat Sho hampir kehilangan pertahanan dirinya.

“Iiyo~” Sho melempar senyum termanis yang ia miliki, membuat Aiba tak bisa berkata-kata. “Kau nikmati saja waktumu. Aku bisa mandi belakangan,” lanjutnya sambil menutup pintu kamar mandi.

Aiba terpaku sejenak sambil berusaha keras untuk mengembalikan akal sehatnya. Mendadak, Aiba merasa asing dengan sosok Sho yang baru ia temui beberapa menit yang lalu. Jika ia betul-betul Sho yang ia kenal selama ini, tanpa diminta pun, ia akan langsung menghampiri Aiba untuk ikut mandi bersamanya. “Apa dia sudah bosan denganku?” gumamnya sambil menarik penutup berbahan karet yang berada di dasar bathtub, membiarkan seluruh busa sabun dan air, yang telah ia gunakan untuk mandi, mengalir ke pipa pembuangan.

Usai memakai dan mengikat jubah mandinya dengan rapi, Aiba pun keluar dari kamar mandi dan langsung memasuki kamar tidurnya dan Sho yang bernuansa serba putih. Ketidakhadiran Sho di sana membuat pikiran Aiba mengembara kesana-kemari. Tapi ia tak bisa berlama-lama memikirkan kekasihnya itu, karena tak lama setelahnya rasa kantuk pun melanda. Membuat Aiba menguap berkali-kali. Ia memang selalu begitu, gampang sekali mengantuk setelah lama berendam didalam bathtub. Apalagi tadi Sho sempat mengganggu waktu tidurnya, membuatnya terpaksa memangkas kualitas serta kuantitas tidurnya.

Tanpa sempat mengganti jubah mandinya dengan piyama, Aiba langsung berbaring di atas tempat tidur ukuran king size yang dihiasi dengan bed cover bercorak dandelion. Aiba mengerjap-ngerjapkan matanya yang sudah sangat mengantuk, merasa sedikit hampa dengan ketidakhadiran Sho disisinya. Dengan gerakan lemah, ia pun meraih boneka Hello Kitty yang berada tidak begitu jauh dari jangkauan tangannya. Ia pun memeluknya dengan erat sebelum akhirnya tenggelam ke dalam dunia mimpi. Aiba terlelap dengan damai, tanpa menyadari bahwa sesaat lagi akan ada sesuatu akan menimpanya. Suatu hal besar yang tampaknya akan merubah perlakuannya terhadap Sho.

♥♥♥
Aiba terbangun sekitar setengah jam kemudian, karena rasa dingin yang melanda sekujur tubuhnya. Kalau diingat-ingat lagi, ia memang tidur dengan mengenakan jubah mandi, jadi pantas saja kalau ia merasa kedinginan. Tapi, rasa dingin yang ini agak berbeda. Entah apa yang membuatnya berbeda. Yang jelas, ini bukan rasa dingin yang biasa ia rasakan ketika kulitnya terlalu lama bersentuhan dengan jubah mandi yang basah. Rasa dingin yang ini seperti… rasa dingin yang ia rasakan saat pertama kali melepas seluruh pakaian yang ia gunakan sebelum beranjak ke kamar mandi. Rasa dingin ini pula lah yang biasa ia rasakan sebelum ia melakukan aktivitas pribadinya bersama Sho. Di tengah usahanya untuk mengembalikan kesadarannya, Aiba menggelengkan kepalanya dengan lemah. Rasanya kemungkinan terakhir yang ia fikirkan terdengar terlalu mustahil untuk menjadi kenyaraan. Mereka takkan melakukan hal itu, tidak sebelum mereka berhasil memperbaiki hubungan mereka.

“Hei,” sapa Sho yang tahu-tahu sudah mendekatkan berada sangat dekat dengan Aiba. Ia bahkan bisa dengan mudah mengakses cuping telinga pria itu dan menggigitnya sekilas.

Aiba mendesah lemah, tak mampu mengelak dari suasana intim yang ditawarkan kekasihnya itu. Tubuhnya merespon dengan cepat, seluruh bulu kuduknya langsung berdiri manakala Sho meraih tangan halusnya lalu mengecup punggung tangannya dengan gerakan yang luar biasa lembut.

Aiba mengerjapkan matanya perlahan, masih berusaha mencerna serentetan kejadian tak terduga yang ia alami hari ini. Tapi, tak perlu waktu terlalu lama untuk Aiba agar bisa mengerti apa yang sedang terjadi. Saat penglihatannya sudah fokus sepenuhnya, ia menemukan dirinya terbaring diatas tempat tidur dalam keadaan polos, tanpa sehelai benang pun.

Belum habis keterkejutan Aiba, ia kembali dikagetkan oleh keberadaan berbagai macam benda yang sepertinya memang sengaja disusun diatas tubuhnya. Dedaunan yang menjadi alas untuk menyimpan berbagai jenis sushi diletakkan secara rapi di sekujur badannnya, masing-masing lembar daun digunakan untuk menyimpan satu potong sushi. Dua potong Salmon Nigiri disimpan secara horizontal, menutupi dada Aiba. Beberapa potong Kani Maki dan Tuna Maki disusun dalam bentuk segitiga terbalik, menutupi tulang rusuk hingga ke pinggang lelaki manis itu. Bagian paling sensitif dari Aiba pun ikut diikat dalam simpul mati bersama selembar daun dan daging ikan salmon. Singkat kata, bisa kita simpulkan bahwa kini Aiba Masaki, bintang yang selalu bersinar diatas panggung Arashi, tengah berada dibawah kendali kekasihnya.

“Sho-chan?!” Aiba membelakkan matanya tak percaya.

Sho hanya tersenyum lalu mengecup pipi kanan Aiba dengan mesra. “Kau suka?” tanyanya sambil mengedikkan kepala kearah berbagai varian sushi yang sudah tersaji diatas tubuhnya, siap untuk disantap kapan saja.

“Sho-chan…” Aiba membiarkan kata-katanya tergantung di udara. Rasa kantuk yang tadi masih melandanya memang sudah menghilang sepenuhnya. Tapi ia sungguh kehabisan kata-kata untuk mengomentari perlakuan Sho terhadapnya.

Inilah yang disebut dengan nantaimori, seni penyajian sushi atau sashimi diatas piring hidup. Setidaknya itulah yang pernah Aiba baca secara sekilas di salahsatu situs internet. Kalau tidak salah, ia juga pernah menyaksikan video nyoitamori, lebih tepatnya, karena ia menyaksikannya bersama MatsuJun. Tapi, sungguh tak pernah terlintas sedikitpun di benaknya bahwa ia akan menjadi objek nantaimori. Lebih tepatnya dijadikan objek penderita oleh kekasihnya.

“Itadakimasu~” kata Sho yang sudah bersimpuh di sisi Aiba sambil memegang sepasang sumpit merah yang bergambar sulur. Siap melahap sushi yang tersaji dihadapannya.

Aiba melenguh perlahan saat sumpit yang Sho pegang menyapu tubuh polosnya yang tidak tertutupi daun, membuat Sho memasang senyum penuh kemenangan. Ia sungguh tak menyangka bahwa dua bilah sumpit bisa membuat kekasihnya yang serba konvensional itu mengeluarkan suara-suara nakal yang tak pernah ia dengar sebelumnya.

Sho memang tak berniat untuk melahap seluruh hidangan yang tersaji dihadapannya dengan cepat. Reaksi yang diperlihatkan oleh Aiba atas perlakuannya terlihat jauh lebih menarik untuk disaksikan. Bahkan hal itu membuatnya ingin segera melumat sekujur tubuh Aiba, sebelum menghancurkannya dalam kenikmatan. Tapi ia tak bisa melakukan hal itu sekarang, tidak sampai ia melahap habis sushinya.

“S-Sho-chan…” panggil Aiba lirih saat Sho sedang berusaha mendorong sepotong Kani Maki dengan lidahnya. Sumpit merah yang sebelumnya digunakan Sho untuk menjepit sushi tadi sudah tergantikan oleh kedua belah bibirnya. Perubahan yang terlalu tiba-tiba ini membuat sekujur tubuh Aiba bergetar karena gairah.

Sho mendekatkan wajah tampannya ke dekat Aiba yang masih menutup matanya. “Nani?”

“H-hentikan,” katanya terengah sambil memandang Sho dengan pandangan sayu.

Sho menelan ludah, sesaat ia merasa jantungnya seakan berhenti berdetak.

“Kumohon, jangan siksa aku lagi,”

Permintaan singkat yang terlontar dari mulut Aiba membuat Sho tersenyum. Ia pun membungkukkan badannya ke bagian bawah tubuh Aiba, memutuskan simpul mati yang mengikat bagian bawah tubuhnya dengan satu gigitan. Tindakan tersebut sontak membuat Aiba menjerit kencang. Gigi seri Sho baru saja menciptakan sebuah interaksi singkat dengan anggota badannya yang telah menegang secara maksimal.

Sho melahap lembaran daging salmon yang membalut bagian intim dari tubuh Aiba dengan sekali telan, lalu menyingkirkan dedaunan dan bunga yang masih berada diatas tubuh Aiba. Tanpa membuang waktu lagi, ia pun membuka kancing kemejanya birunya. Aiba tertawa kecil menyaksikan kekasihnya yang sibuk bergulat untuk melepaskan pakaian yang sedang ia kenakan.

Sho mendecakkan lidahnya, berpura-pura terlihat sebal. “Kau masih bisa tertawa dalam kondisi seperti ini? Kau benar-benar harus dihukum, Masaki,” katanya sambil menyeringai dengan wajah penuh nafsu.

Tawa kecil Aiba perlahan menghilang karena Sho segera melumat bibirnya dengan penuh gairah yang, diluar dugaan, disambut Aiba dengan tak kalah bersemangat. Tak ada lagi kesunyian yang biasa Aiba perlihatkan saat mereka beraktivitas diatas tempat tidur. Aksi diam Aiba kini tergantikan oleh suara-suara yang tak pernah ia sangka bisa keluar dari mulutnya.

Tak perlu waktu lama bagi Sho untuk membuat Aiba siap menerima kehadirannya. Jari tengah dan jari telunjuknya hanya perlu membuat beberapa gerakan saja di bagian bawah tubuh Aiba. Mereka bahkan tidak memerlukan alat bantu apapun, karena saat ini salahsatu anggota tubuh Aiba sudah mengeluarkan pelumas alami yang akan mempermudah penyatuan diri mereka. Ia pun memegang bagian badannya yang juga telah menegang sepenuhnya, memposisikan diri diantara kedua belah paha Aiba yang sudah merenggang dengan sendirinya.

Dengan perlahan, Sho pun mulai memasuki bagian bawah tubuh Aiba, membuat pria berwajah manis itu mengernyitkan alisnya lalu mendesah kuat-kuat. Tak ada rasa sakit yang biasa Aiba rasakan ketika mereka melakukan aktivitas intim tersebut, yang ada hanyalah keinginan untuk meraih kenikmatan total yang siap meluluhlantakkan mereka berdua. Aiba bahkan tak butuh waktu lama untuk bisa beradaptasi dengan keberadaan Sho di dalam tubuhnya. Tak lama setelah tubuh mereka menyatu, Aiba sudah bisa membuat gerakan-gerakan yang seirama dengan gerakan yang diciptakan Sho. Semuanya berlangsung dengan penuh kelembutan dan gairah.

Sho menutup kedua matanya saat ia merasakan bagian bawah tubuh Aiba mencengkramnya kuat, menghantarkannya mencapai puncak kenikmatan yang sedari tadi mereka kejar. Pria bertubuh seksi itu pun ambruk diatas tubuh Aiba. Tak lama setelahnya, Aiba menggigit bibirnya saat merasakan sesuatu meleleh membasahi perutnya dan juga perut kekasihnya. Mengirimnya ke dunia baru yang tak pernah ia kunjungi sebelumnya.

Setelah bisa bernafas dengan normal, Sho pun melepaskan satu-satunya anggota tubuhnya yang menghubungkannya dengan tubuh kekasihnya itu. Desahan lirih Aiba hampir saja membuat gairahnya kembali berkobar. Untung saja akal sehatnya masih berfungsi dengan baik, sehingga ia bisa mencegah dirinya untuk tidak melakukannya lagi pada Aiba. Ia pun merangkul pinggang Aiba, menyelimuti tubuhnya hingga ke bahu lalu menyusul kekasihnya memasuki dunia mimpi.

♥♥♥
“Sho-chan?”

Sho membuka matanya karena cubitan kecil yang Aiba layangkan ke pipinya. “Hm?” gumamnya tak jelas sambil mengerjap-ngerjapkan kedua kelopak matanya.

“Sushi yang tadi malam… Darimana kau membelinya?”

Sho memiringkan tubuhnya menghadap Aiba. Matahari belum juga tinggi dan Aiba sudah membahas tentang hidangan yang memiliki andil besar dalam membantu mereka dalam melakukan aktivitas intim mereka tadi malam. “’Ohayou, Sho-chan~!’ itulah yang seharusnya kau katakan padaku saat pagi hari tiba,” katanya sambil tertawa geli.

Merasa baru saja melakukan hal konyol, Aiba pun mengulum senyum malu-malu. Dengan kikuk, ia pun menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak terasa gatal.

“Ohayou, Sh-“

Tiba-tiba saja Sho mengecup bibir Aiba dengan lembut, membuat sapaan pagi hari Aiba terputus di tengah jalan. “Ohayou, Masaki~,” katanya sambil mengusap-usap punggung kekasihnya dengan jemari tangan kanannya.

Sunyi sejenak. Bahkan, Aiba yang biasanya senang meributkan hal-hal kecil di pagi hari, merasa tak perlu berkata apa-apa. Agaknya mereka ingin menikmati dulu aura penuh cinta yang terpancar kuat di sekeliling mereka berdua.

“Sho-chan,” panggil Aiba, berusaha memecah kesunyian yang membuatnya merasa canggung.

“Ah~! Sushi, ne?” Sho yang sedang memandang langit-langit kamar mereka pun menoleh kesebelah kanan untuk memandang kekasihnya, mendapati Aiba yang menggelengkan kepalanya. “Lalu?” tanyanya lagi.

Tanpa Sho duga, Aiba mendaratkan ciuman singkat diatas bibir Sho, membuat kekasihnya itu terpaku. “Aishiteru yo, Sho-chan,” katanya.

Sho hanya tersenyum lalu mengangguk. Ia merasa tak perlu menjawab pernyataan Aiba. Karena baginya takkan pernah ada kata yang bisa menggambarkan rasa cinta dan kasih sayang yang ia miliki untuk kekasihnya itu.

“Gomen ne~ karena selama ini aku bersikap kekanakkan. Gomen~,” kata Aiba yang tanpa sadar sudah terisak di tempatnya. Tiba-tiba saja rasa bersalah menyergapnya. Selama ini Sho selalu memperlakukannya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Meski Aiba seingkali berulah dan bersikap menyebalkan padanya, Sho tetap bisa menghadapi Aiba dengan sabar. Ia pun masih tetap memelihara rasa cintanya yang tulus dan sungguh-sungguh pada Aiba. Hal itulah yang membuat Aiba merasa seperti orang jahat karena telah menyia-nyiakan kebaikan kekasihnya itu.

Sho mengacak rambut Aiba sambil tertawa kecil. “Baka~,” katanya sambil mengusap airmata yang kini telah mengalir membasahi kedua belah pipi Aiba, lalu meraih pria manis itu kedalam pelukannya.

“Masaki,”

“Nani, Sho-chan?”

“Apa kau siap untuk melakukan olahraga pagi?”

“Ha?” Aiba melepaskan pelukan Sho lalu memandangi wajah tampan pria itu dengan pandangan bingung. Setahu Aiba, Sho bukan tipe orang yang senang melakukan olahraga pagi, tidak di hari libur seperti ini. Tapi, tampaknya Aiba tak butuh penjelasan panjang lebar atas pernyataan yang Sho lontarkan tadi. Karena tak lama setelahnya, salahsatu anggota tubuh Sho yang telah menegang dengan sempurna melakukan interaksi singkat dengan bagian paling vital dari tubuh Aiba, membuat Aiba mengerti akan jenis olahraga berpasangan yang akan segera mereka lakukan sebentar lagi.

Sho tergelak saat mendapati Aiba yang meringis sambil tertunduk malu. Tanpa banyak bicara, ia pun meraih dagu kekasihnya itu. Bersiap untuk menyirami Aiba dengan segenap cinta dan kasih sayang yang ia miliki.

♥♥♥
A/N: Hola! Aino desu~ <3. Akhirnya FF pertamaku jadi juga, yay~! (^_~)// Tapi-tapi-tapi, kok aku jadi bikin FF SakurAiba, ya? Langsung NC pula.. *merasa berkhianat sama TomaPi* xD Oh iya, ini adalah FF pertama yang aku tulis, jadi sorry banget kalo misalnya ada kesalahan ataupun kekurangan. Namanya juga masih newbie, hehehe.. Saran dan kritik akan diterima dengan tangan terbuka :)

*pairing: sakuraiba, aiba masaki, sakurai sho, *length: oneshot

Next post
Up